Dua Puluh Enam

4K 199 1
                                    

Nathan berlari tergesa diantara para pelajar lainnya, setelah sampai dikelas yang dia tuju Nathan segera masuk tanpa permisi.

Dia melihat kesekeliling kelas itu namun tak menemukan orang yang sedang dicarinya, dengan napas terengah dia keluar dari ruang kelas itu dengan pandangan aneh dari penghuni kelas yang baru saja dimasukinya.

"Nyari Vanesa lagi?" Tanya Dio yang sedang bersandar ditembok didepan kelasnya.

"Udah 4 hari ini dia gak ada kabar dan selama itu juga gue kaya orang gila yang nyariin dia" Gumam Nathan lirih.

Selama 4 hari ini kegiatannya hanya bolak-balik ke kelas Vanesa hanya untuk memastikan apakah gadis itu sudah masuk sekolah atau belum. Fina pun tidak masuk sekolah dua hari terakhir ini, membuat Nathan bingung ingin bertanya kepada kepada siapa lagi.
Saat dia kerumah Vanesa pun, rumah itu kosong seperti tak berpenghuni.

"Lo udah coba cari informasi ke orang lain? Keguru misalnya" Ucap Dio

"Gue udah tanya kesemua orang yang deket sama Vanesa Di, cuma mereka itu kaya nutupin sesuatu sama gue."

"Gue juga gak tau Vanesa itu ada dimana Nath, lo yang sabar ya!" Dio menepuk pundak Nathan secara gentle lalu pergi masuk kedalam kelasnya.

****

Bel pulang berbunyi nyaring diseantero sekolahan, Nathan berjalan gontai dengan wajah yang jelas menunjukkan ketidaksemangatan nya bersekolah.

Tiba-tiba Digo dan juga Raffa menghampirinya dengan nafas tersengal-sengal.

"Nath!"

Nathan hanya menoleh sekilas lalu kembali berjalan menuju parkiran.

"Nath, Vanesa gimana?" Tanya Raffa yang sudah berjalan disebelahnya.

"Masih sama" Jawab Nathan datar

"Lo udah jelasin tentang Alexa?" Kini Digo yang bertanya

Nathan terus berjalan hingga sampai diparkiran lalu duduk diatas motornya dan menghembuskan nafas lelah "Gimana gue mau jelasin? Setelah kejadian itu aja Vanesa ngilang gak ada kabar!" Dengus Nathan lalu menyalakan mesin motornya dan menggunakan helm fullface nya.

Digo dan juga Raffa saling pandang  "Mungkin Nesa udah terlalu kecewa sama lo Nath jadi dia mutusin untung pergi dari hiduplo" Ucap Raffa

Dari balik helm nya Nathan menatap tajam Raffa, lalu menancap gas motornya dengan kecepatan tinggi meninggalkan kedua sahabatnya itu.

Nathan memarkirkan motornya disebuah parkiran rumah sakit yang selalu dikunjunginya.

Dari arah berlawanan Kemal berlari menghampiri Nathan " Nath, Oma! Oma kritis!!" Ucap Kemal lalu segera menarik tangan Nathan dan berlari menuju ruangan dimana omanya dirawat.

Nathan tampak pucat pasi.
Jangan terulang lagi ya, Allah. Batinnya.

Didepan ruangan itu tampak papa dan juga mama tirinya yang sedang duduk dikursi tunggu, Nathan terus saja mondar-mandir didepan ruangan itu, dengan terus merapalkan doa didalam hatinya.

Pria berpakain seorang dokter keluar dari ruangan tersebut. "Dok Oma saya gimana?" Tanya Nathan

Dokter yang tampak seumuran dengan papanya itu menghembuskan nafas lelah dengan raut wajah yang membuat Nathan dan juga yang lainnya mulai merasakan adanya kejadian buruk akan menimpa mereka semua.

" Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun penyakit kenker yang diderita oleh pasien semakin parah sehingga kami tidak dapat menyelamatkan nyawanya. Maafkan kami."

Deg!

'' Kami sudah berusaha semaksimal mungkin,namun penyakit kanker yang diderita oleh pasien semakin parah sehingga kami tidak dapat menyelamatkan nyawanya"

Perkataan dokter itu terus terngiang dikepala Nathan membuat kepalanya terasa amat pening.

Papa Nathan mencoba menenangkan istrinya yang kini menangis keras, sementara kemal terduduk dikuris dengan kepala tertunduk.

Nathan menatap kosong pintu ruangan yang ada didepannya, lalu tertawa seperti orang gila.

"Haha gak! Gak mungkin!! Lo pasti bohong! Oma gak mungkin meninggal yakan?! Oma gue gak meninggal bangsat lo!!" Nathan mencengkram kerah jas yang digunakan dokter tersebut, membuat Kemal mau tak mau menahan Nathan agar tak berbuat yang lebih jauh lagi.

"Nathan!!" Tiba-tiba Alexa berlari kearahnya dengan berlinangan air mata dan langsung memeluk tubuh pria itu.

"Saya permisi" Ucap Dokter itu, sebelum mendapat perlakuan lebih kejam dari Nathan.

"Lepas Jalang!!" Nathan melepaskan pelukan Alexa sehingga gadis itu tersungkur dengan keras nya keatas lantai kramik rumah sakit.

"Nathan jaga sikap kamu!!" Ucap Papanya garang.

"Bacot!!" Nathan lalu masuk kedalam ruangan dimana oma nya telah terbujur kaku dan wajahnya sudah ditutupi oleh kain putih.

****

"Jadi Vanesa sudah boleh pulang dok?" Tanya Kelvin

"Iya, kondisi nya sudah membaik dan hari ini juga bisa pulang. Saya permisi"

Kelvin tersenyum kearah Vanesa yang juga sedang tersenyum kearahnya "Lo tunggu disini dulu ya, abang mau beresin semua barang lo. Fin lo bisa kan bayar administrasinya?"

"Bisa bang"

Fina lalu berjalan keluar dari ruang rawat Vanesa.

"Bang udah berapa hari aku dirawat?" Tanya Vanesa yang kini sedang duduk di sofa.

"Hmm 5 harian" Ucap Kelvin seraya memasukkan segala barang-barang Vanesa yang dia butuhkan selama dirumah sakit kedalam tas berukuran besar.

Vanesa menerawang,apakah selama itu juga Nathan mencoba mencarinya? Atau mungkin Nathan bersikap acuh dan tak perduli?. Begitulah pikiran Vanesa.

"Hey! Lo ngelamun? Ayo kita pulang!"

Vanesa berjengit lalu tersenyum dan mengangguk.
Fina yang sudah kembali pun menggiring Vanesa, dan Kelvin membawa tas yang berisi barang-barang Vanesa.

Saat sedang berjalan dikoridor Rumah sakit, Vanesa seperti melihat Nathan.
Namun, gadis itu segera menggelengkan kepalanya dan berpikir bahwa itu hanya orang yang mirip dengan Nathan.

****
TBC...

My Rival My Pacar [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang