Dua Puluh Sembilan

4K 205 3
                                    

Vanesa terus menatap keluar jendela mobil, berharap bisa menghilangkan sedikit rasa sedihnya.
Wajahnya nampak pucat serta bibir yang nampak pucat pula.
Orang yang melihatnya pasti akan berpikir kalau gadis itu tengah mengidap penyakit serius yang sulit disembuhkan.

Lamunannya buyar kala Doni menyentuh pundaknya " Lo kenapa?" Tanyanya

"Gak papa" Jawab Vanesa lalu kembali melihat keluar.

Doni hanya mengangguk lalu memarkirkan mobilnya saat sudah sampai dipelataran rumah sakit.

"Ayo turun"

Vanesa mengangguk lalu turun dari mobil dan mereka berduapun berjalan memasuki rumah sakit dan berjalan dikoridor rumah sakit.
Setelah bertanya kepada resepsionis, Doni menuntun Vanesa untuk menuju ruangan dokter yang biasa menanganinya.

"Selamat pagi dok!"Ucap Doni saat membuka ruangan bernuansa putih itu.

"Selamat pagi" Ucap Dokter itu

Vanesa tensenyum kearahnya lalu duduk dikursi depan meja dokter itu, diikuti Doni disampingnya.

"Apa kamu masih merasakan pusing yang sangat sakit Nesa?"

"Kadang iya dok"

"Kamu jangan banyak pikiran ya, itu bisa memicu kambuhnya penyakit dalam tubuh kamu. Jangan menyepelekan penyakit kamu ini. Wajah kamu semakin memucat, saya khawatir penyakit itu semakin menyebar luas yang dapat merusak organ fital dalam tubuh kamu" Papar dokter itu sembari mencatat sesuatu diselembar kertas.

"Nah ini jadwal kamu harus periksa kerumah sakit, sekarang mari saya periksa" Dokter itu menyerahkan selebaran kertas tadi lalu menuntun Vanesa menuju ruangan khusus.

Sementara Doni masih berada ditempatnya menunggu Vanesa selesai diperiksa keadaannya.

Setelah 30 menit berlalu Vanesa beserta Dokter pun keluar dari ruangan itu, dan kembali duduk dikursi sebelumnya.

"Saya harap kamu cepat sembuh Nesa, kamu masih muda masih banyak impian yang harus kamu capai. Saya sangat menyayangkan semua impian kamu terkubur begitu saja karna penyakit ini"

Vanesa tertegun lalu mengangguk, gadis itu merasa penyakit dalam tubuhnya semakin menjadi-jadi.

"Terimakasih dok!" Doni menyalimi Dokter itu lalu keluar sembari merengkuh bahu Vanesa.

Mereka berdua berjalan menuju mobil dan pergi meninggalkan pelataran rumah sakit.

"Mau makan dulu Nes?" Tanya Doni

"Hm iya gue laper"

"Yaudah kita makan dulu"

Doni memarkirkan mobilnya setelah sampai disalah satu cafe yang bernuansa klasik itu. Lalu keluar dan kembali menuntun Vanesa.

Mereka memilih meja nomor 8 yang berada tepat disamping jendela kaca berukuran besar sehingga mereka dapat melihat langsung pemandangan diluar.

"Mbak saya pesan satu ice cream Vanilla, Milk shake dan photatto chips. Lo mau pesen apa Nes?"

"Gue Hot chocolatte , sama red velvet porsi jumbo"

Pelayan itupun mengangguk lalu berjalan pergi.

"Lo yakin makan dengan porsi jumbo?"

"Yakin gue bakal  habisin itu semua."

Doni hanya mengangguk, dan tak berapa lama pelayan tadi kembali dengan membawa pesanan mereka.

Doni mulai melahap makanannya begitupun dengan Vanesa.

"Lo gak pernah berubah ya, makan Ice cream vanilla dimix pake kentang" Ucap Vanesa terkekeh

"Ya lo tau kan gue emang aneh, ice cream dicampur kentang goreng"

Vanesa tertawa begitupun dengan Doni.
Namun, tawa Vanesa seketika terhenti ketika melihat Nathan berjalan memasuki Cafe bersama Alexa.

Doni menatap kearah dimana Vanesa melihat Nathan yang kini sedang berjalan kearah meja yang dekat dengan meja mereka.

"Lo kenal sama mereka?" Tanya Doni

Vanesa tersentak lalu menggeleng " Oh gue kira tu cowok pacar lo, kalo emang bener tu cowok pacar lo abis sama gue!" Ucap Doni membuat Vanesa tersenyum getir.

Dia emang pacar gue, tapi entah dia masih anggap gue pacar atau engga. Batin Vanesa

Nathan duduk dimeja yang berjarak satu meja dengan Vanesa dan juga Doni.

"Eh Nath bukannya itu Nesa ya?" Ucap Alexa saat pandangannya tak sengaja melihat Vanesa.

Nathan mengikuti arah pandang Alexa dan saat itu pula tatapan nya menajam, Nathan bangkit dari kursinya lalu berjalan dengan langkah cepat menghampiri Vanesa.
Sementara Alexa hanya tersenyum miring masih ditempatnya, ingin menyaksikan drama apalagi yang akan terjadi.

"Jadi ini kelakuan lo?" Ucap Nathan tiba-tiba dengan amarah.

Vanesa terkejut lalu bangkit dari duduknya.

"Maksud kamu apa Nath?" Tanya Vanesa

"Jadi lo selingkuh diblakang gue?! Iya hah?!!" Dan kali ini Nathan tak mampu menahan emosinya dan mencengkram bahu Vanesa dengan kuat membuat gadis itu merintih kesakitan.

"Lepas apaan sih lo!!" Doni menyentak tangan Nathan kuat membuat cowok itu melepaskan cengkramannya.

Nathan menatap Vanesa yang kini sudah menangis " Ka-kamu kenapa sih Nath? Aku selama ini sudah coba jelasin semuanya kekamu! Tapi kamunya yang gak mau dengerin aku!!" Vanesa berkata dengan lantang membuat pengunjung cafe menatap kearah mereka.

"Gak ada yang perlu kamu jelasin! Kamu itu memang cewek egois!" Ucap Nathan membuat Vanesa semakin terisak.

"Bajingan lo!" Umpat Doni lalu menarik tangan Vanesa keluar dari Cafe.

Sementara Nathan membeku ditempatnya, dia merasa bersalah kepada Vanesa namun emosi menguasai nya saat ini.

"Nath udah!" Alexa memegang bahu Nathan namun segera ditepis kasar oleh Nathan.

Nathan berjalan keluar dari cafe meninggalkan Alexa yang tersenyum sinis.

"Liat aja Nath, gak lama lagi hubungan lo sama Vanesa bakal hancur!"

****

TBC...

My Rival My Pacar [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang