Lima Belas

5K 256 0
                                    

"Woy lo mau kemana?!!" Nathan berteriak lalu menarik tangan Vanesa yang otomatis membuat cewek itu berbalik kearahnya.

"Lo marah sama gue?" Tanya Nathan

Vanesa mengernyit " Yang bilang gue marah siapa?" Ucapnya

"Soalnya lo main pergi gitu aja"

"Gue baru inget kalo bang Kelvin  nitip martabak, ntar kalo kemaleman yang jual martabaknya tutup" Jelas Vanesa lalu kembali berjalan meninggalkan Nathan dibelakangnya dan Nathan kembali mengejar Vanesa lalu kembali menarik  tangan Vanesa.

"Jawaban lo apa Nes?" Tanya Nathan lembut masih menggenggam tangan Vanesa, Vanesa menatap manik mata hitam kelam milik Nathan lalu tersenyum dan melepas genggaman tangannya.

"Sorry gue belum bisa jawab Nath" Jawab Vanesa.

Entah kenapa setelah acara pengungkapan cinta Nathan Vanesa merasa canggung dengan lelaki itu,dia merasa aneh dengan suasana seperti ini suasana yang tidak pernah diduga sebelumnya akan terjadi malam ini.

"Oke gue ngerti Nes, kalo lo dah siap lo bisa jawab kapan aja" Ucap Nathan seraya tersenyum

"Yaudah anter gue beli martabak ya" Ucap Vanesa lalu berjalan mendahului Nathan masuk kedalam mobil.

Nathan masih terdiam ditempat nya berdiri menghembuskan nafas gusar lalu menyusul Vanesa masuk kedalam mobil dan melajukan mobilnya menuju tempat yang dimaksud oleh Vanesa.

"Tunggu ya Nath" Vanesa turun dari mobil saat sudah sampai ditempat tujuan lalu memesan dua kotak martabak.

Nathan hanya melihat Vanesa dari dalam mobil "Gue emang gak yakin lo bisa nerima gue gitu aja Nes, gue udah terlalu benyak nyakitin lo" Gumamnya pelan

Tina-tiba ponselnya berdering lalu Nathan meraih ponselnya yang berada di dashboard .

"Kenapa?" Tanya Nathan saat mengetahui siapa yang menelponnya.

"Lo bisa pulang sekarang?"

"Gue lagi sibuk"

"Oma lagi kritis di rumah sakit Nath!"

Deg!

Seketika udara seakan mencekiknya saat mengetahui kabar itu, Nathan mematikan panggilan telponnya lalu menaruhnya sembarangan.

"Nath lo kenapa?" Tanya Vanesa yang membawa dua kotak berisi martabak saat melihat Nathan yang tampak syok dengan wajah pucat pasi.

"Gue anter lo pulang sekarang" Ucap Nathan lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata.

"Nath! Ini bahaya!" Teriak Vanesa saat Nathan memacu kecepatan mobilnya sangat cepat namun Nathan tak bergeming dia tetap melajukam mobilnya yang ada dipikirannya saat ini hanyalah oma nya yang sedang kritis dirumah sakit.

Kenapa sih ni cowok- Batin Vanesa

Nathan memberhentikan mobilnya dipelataran rumah Vanesa.

Vanesa kemudian turun " Makasih Nath lo hati-hati " Ucapnya

Nathan hanya mengangguk lalu kembali melakukan mobilnya meninggalkan Vanesa yang perasaannya dibuat kesal oleh sikap Nathan yang tiba-tiba cuek seperti itu.

*****

Lelaki itu berlari tergesa-gesa menyusuri setiap koridor rumah sakit sesekali menabrak orang yang berada didepannya, namun dia tidak memperdulikan mereka yang dia pikirkan saat ini hanyalah keadaan oma nya.

Setelah sampai didepan ruang UGD Nathan melihat Kemal ada disitu beserta papanya yang sedang merengkuh wanita paruh baya yang sedang menangis tersedu, namun Nathan tak memperdulikan mereka.

"Kemal gimana oma?!" Tanya Nathan kepada Kemal yang sedang menundukkan kepalanya

Lalu keluarlah seorang pria berpakaian serba putih dari ruangan dimana oma nya dirawat.

"Dok gimana keadaan oma saya?" Tanya Nathan yang terlebih dahulu menghampiri dokter itu.

"Syukurlah oma sudah melewati masa-masa kritisnya, tapi keadaan jantungnya masih lemah. Baiklah saya permisi dulu" pamit dokter tersebut

"Terimakasih dok" Ucap Papa Nathan

Nathan langsung saja masuk kedalam ruangan dimana oma nya terbaring, duduk didekat oma nya dan mencium buku-buku jari wanita yang sudah banyak muncul kriput-kriput diwajahnya.

"Oma bangun oma" Gumam Nathan dengan suara serak.

Oma nya adalah orang yang paling berarti dihidup Nathan melebihi orangtuanya, disaat papanya menuntutnya untuk menjadi orang yang sangat hebat hingga membuatnya frustasi. Tapi tidak dengan oma dan mamanya namun sayang mamanya sudah pergi meninggalkan nya beberapa tahun yang lalu setelah kejadian itu.

Hanya oma nya lah satu-satunya orang yang mengerti perasaan Nathan, sejak kecil dia sudah diasuh oleh omanya maka tak heran jika dia sangat dekat dengan omanya melebihi papanya.

Nathan menatap wajah kriput itu lalu tersenyum mengingat betapa baiknya wanita tangguh yang ada didepannya ini.

"Oma yang kuat ya, jangan tinggalin Nathan nanti Nathan gak punya siapa-siapa lagi. Nathan cuma punya oma didunia ini" Gumamnya dengan satu tetes air mata mengalir dipipinya

Kemal yang melihat itu merasa miris dia menyesal telah kurang memberikan kasih sayang kepada adiknya itu di saat dia sangat butuh kasih sayang dari orang-orang terdekatnya.

"Nathan" Panggil seorang pria yang tiba-tiba ada disamping Nathan

Namun Nathan tak bergeming dia tetap menatap wajah oma nya tak memperdulikan keberadaan pria yang tak lain adalah papanya dan juga mama tirinya.

"Papa sama mama mau balik ke Jakarta ada pekerjaan yang gak bisa ditinggalkan, jadi kamu jaga oma disini ya? Jaga diri kamu juga" Ucap papanya ingin mengelus kepala Nathan namun Nathan menghindar

"Sepenting itu kerjaan dibanding oma?" Tanya Nathan dengan wajah datarnya yang khas.

Romi-papa Nathan tampak menghela nafas " Tolong kamu ngertiin Papa Nathan"

"Kurang pengertian apa aku sama papa selama ini hah?!" Ucap Nathan yang mulai emosi dan berdiri menghadap papanya

"Nath! Udah ini dirumah sakit. Pa mending papa pulang deh takut Nathan gak bisa ngontrol emosi" Ucap Kemal menahan Nathan yang matanya mulai memerah menahan amarah.

"Kamu jaga adik kamu" Ucap Romi menepuk bahu Kemal kemudian pergi keluar bersama Liona-mama tiri Nathan dan juga Kemal.

Nathan menyentak tangan Kemal yang menahannya secara paksa kemudian kembali duduk dikursi samping ranjang oma nya.

"Oma liat kan? Gimana perlakuan pria yang katanya papa aku, bahkan aku udah mulai gak menganggap dia itu papa aku semenjak kejadian beberapa tahun lalu oma" Gumam Nathan sendu, lelaki yang tampak kuat diluar pun akan lemah dan rapuh disaat dia sedang terguncang bukan? Itulah yang sedang dialami Nathan.

Kemal tampak sedih melihat adiknya itu yang belum bisa melupakan kejadian dimana nyawa mamanya terenggut tepat didepan matanya.

*****

My Rival My Pacar [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang