Sudah seminggu pasca kejadian dicafe lalu, Vanesa jadi lebih sering terlihat murung.
Wajah pucat, bibir pucat, rambut tak terawat, kantung mata yang sangat terlihat kurang tidur. Itu semua melekat pada diri Vanesa saat ini.Kelvin pun sudah kembali berkuliah diJerman dua hari lalu, hanya Doni saat ini yang menemani Vanesa dan mendengar segala keluh kesah gadis itu.
Walau terkadang perdebatan kecil menghampiri diantara mereka berdua.Liburan akhir semester pun sudah menyapa, namun dihabiskan gadis itu dengan hanya mengurung diri didalam rumah, dengan sesekali berkhayal Nathan datang bertamu kerumahnya mengucapkan kata maaf dan kemuadian mengajaknya jalan-jalan seharian.
Namun, semua itu hanya khayalan dirinya hanya mampu menghadirkan sosok Nathan dalam mimpi disetiap tidur malamnya, yang kemudian dia terbangun dan terisak setelahnya.Nathan memang memberi pengaruh besar dalam kehidupan Vanesa, ketidakhadiran pria itu memberi efek buruk yang berakibat pada kesehatan Vanesa.
Gadis itu sudah beberapa kali ini keluar masuk rumah sakit untuk dirawat inap, karna penyakit nya semakin mengkhawatirkan.Vanesa terisak dalam diam, dalam kamarnya yang temaram dengan pencahayaan minim.
Pintu kamarnya bergeser menampilkan siluet seorang pria, derap langkah semakin terdengar hingga langkah itu berhenti tepat didepan gadis yang kini tengah meringkuk diatas ranjang dengan seluruh tubuh yang tertutupi selimut tebal.
"Nes bangun yuk!" Ucap Doni duduk diujung ranjang dan mengusap kepala adik sepupunya itu yang tertutupi selimut.
Vanesa tak bergeming, membuat Doni menghembuskan nafas lelah mengahadapi sepupunya ini, sudah seminggu lebih Vanesa seperti ini hidup bagaikan seorang zombie.
"Nes sampe kapan lo mau kaya gini terus? Lo masih mikirin Nathan? Gue udah bilang Nathan itu bukan cowok yang baik buat lo.
Buktinya dia aja gak tau kan lo lagi mengidap penyakit apa saat ini? Jangankan untuk tau mencari tau aja dia mungkin gak mau" Ucap Doni, meskipun cowok itu lebih sering terlihat kekanak-kanakan namun jika sisi seorang kakaknya keluar dia akan menyaingi seorang Kelvin jika menasehati Vanesa.Didalam gumulan selimut tebalnya Vanesa kembali terisak hingga bahunya bergetar.
Doni dengan sigap menyibak selimut itu lalu merengkuh tubuh Vanesa dalam pelukannya membuat isakan yang awalnya hanya isakan kecil kini dilengkapi dengan jeritan penderitaan."Gue benci sama Nathan!"
Doni mengangguk mengusap punggung gadis itu naik turun mencoba menyalurkan kehangatan.
"Udah puas nangisnya?" Tanya Doni melepas pelukannya.
Vanesa menggelang dan kembali memeluk Doni, Doni hanya terdiam membalas pelukan gadis itu yang kini terlihat seperti bayi besar yang butuh kasih sayang seorang kakak.
Setelah 10 menit bertahan diposisi itu Vanesa melepaskan pelukannya dan mengelap sisa air mata serta cairan yang keluar dari hidungnya.
"Ingus lo kemana-mana ih!" Ucap Doni memandangi kaos nya yang kini sudah basah karna air mata dan juga cairan kental yang keluar dari hidung Vanesa.
"Cuma dikit doang!" Dengus Vanesa
"Yaudah yuk sarapan gue udah buatin salad kesukaan lo" Ucap Doni tersenyum merekah yang dibalas senyuman pula oleh Vanesa.
"Makasih ya Don, maaf juga selama ini gue udah banyak nyusahin lo" Ucap Vanesa
"Iya sama-sama, gausah minta maaf lo sepupu gue satu-satunya yang paling gue sayang. Jadi anggap aja gue kakak kandung lo oke?"
Vanesa mengangguk lalu turun dari ranjang dan menggandeng lengan kekar Doni menuju ruang makan.
****
"Nath lo gak kasian apa sama Nesa?" Tanya Digo.
Mereka bertiga yaitu Nathan,Digo dan juga Raffa saat ini sedang berada disalah satu Cafe ternama dikota Bandung.
Nathan menghentikan acara menghirup rokoknya lalu mengedikkan bahu " Gue bingung Di, gue ngerasa gue masih sayang sama dia tapi gue udah terlanjur kecewa."
"Mending lo pikir dulu deh, semua kekacauan ini berawal dari diri lo sendiri. Lo itu egois menurut gue.Coba kalo lo ngasih kesempatan buat dia jelasin semuanya, hubungan kalian pasti bakal baik-baik aja. Bukannya apa ya Nath, gue cuma sering denger cerita dari Fina kalo akhir-akhir ini Vanesa kacau" Ucap Digo bijak sembari menepuk bahu Nathan.
Bukannya marah, Nathan malah menerima semua ucapan Digo yang ada benarnya itu.
"Gue harus gimana?" Tanya Nathan
"Lo coba perbaikin hubungan lo deh hilangin egois lo,sebelum semuanya terlambat" Ucap Digo sebelum akhirnya pergi bersama Raffa meninggalkan Nathan.
Nathan menjambak rambutnya frustasi lalu menyambar jaket nya dan pergi memacu motornya dengan kecepatan tinggi.
Vanesa berdiri diatas balkon rumahnya dengan sebuah syal yang melingkar dileher jenjangnya.
Menikmati udara disore hari yang sedikit mampu menghilangkan kegundahannya.Ia berjengit saat Doni menepuk pundaknya.
"Bang Kelvin sebulan lagi bakal balik kesini" Ucap nya seraya menumpu tubuhnya ditralis besi balkon.
"Hah beneran? Kan baru dua hari dia balim kesana" Ucap Vanesa tak percaya
Doni menatap Vanesa sekilas lalu kembali menatap lurus kedepan " Dia terlalu khawatir sama lo Nes, tante Firna sama Om Dion juga bakal kesini" Ucapnya seraya tersenyum.
Vanesa memekik senang "Gue kangen banget sama Ayah bunda!"
"Kalo lo mau mereka bahagia lo jaga kesehatan lo Nes, kalo mereka dateng jangan murung terus kaya yang sering lo perlihatkan ke gue, janji?" Doni mengacungkan jari kelingkingnya yang dibalas tautan jari kelingking oleh Vanesa.
"Janji!"
****
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Rival My Pacar [Completed]
Ficção AdolescenteDua kubu yang saling membenci yang entah sampai kapan akan seperti itu, namun kita tidak tau bukan apa rencana tuhan untuk menghentikan rasa benci itu? Entah dengan cara mempersatukan mereka menjadi sepasang kekasih atau tetap membiarkan kebencian i...