"Digo!"Merasa namanya dipanggil seseorang Digo menoleh kebelakang dan mengernyitkan keningnya.
"Kenapa?"
"Nathan mana?" Tanya Vanesa orang yang tadi memanggil Digo.
"Lo mending jangan temuin dia dulu deh" Jawab Digo
"Tapi kenapa? Semenjak kematian Oma nya dia selalu menghindar dari gue, selama ini juga gue udah berusaha jelasin semuanya ke dia Go! Tapi dia malah bentak gue!" Ucap Vanesa sakartis dengan mencoba menahan isak tangisnya.
"Gue prihatin sama lo Nes, gue bakal coba bantu lo tapi gue gak bisa jamin Nathan mau nemuin lo. Sekarang lo pulang dulu udah sore. Gue duluan ya bye!"
Digo berjalan menuju arah parkiran sementara Vanesa masih membeku ditempatnya hingga dering ponselnya membuyarkan segala lamunannya tentang Nathan.
"Halo bang"
"Lo dimana? Gue dah didepan gerbang sekolah lo nih!"
"Iya gue kesana"
Vanesa mematikan panggilan telponnya lalu kembali memasukkan ponselnya kedalam saku seragam.
"Dah nunggu lama bang?" Tanya Vanesa saat memasuki mobil.
"Hmm 20 menit lah kira-kira" Jawab Kelvin lalu menyalakn mesin mobil dan menjalankannya meninggalkan pelataran sekolah.
Vanesa hanya mengangguk lalu mengalihkan pandangannya kearah luar jendela.
"Lo kenapa Nes?" Tanya Kelvin saat menyadari raut Sedih adiknya itu.
Vanesa menoleh kearah Kelvin lalu tersenyum "Gak papa kok bang cuma kecapean"
"Yakin? Oh iya besok pagi lo harus periksa lagi kerumah sakit untuk kontrol"
"Tapikan besok gue masih sekolah bang, kenapa gak minggu depan? Pas gue liburan akhir semester"
"Ini nih yang gue gak suka dari lo, lo tuh terlalu menyepelekan penyakit lo itu."
Vanesa tertegun lalu mengangguk pasrah.
Kelvin membelokkan mobilnya kearea perumahan elit didaerah bandung lalu berhenti tepat dirumah mereka.Vanesa turun dari dalam mobil dan mengernyit heran karena ada sebuah mobil yang terparkir dihalaman rumahnya, gadis itu menatap Kelvin sementara yang ditatap hanya mengedikkan bahu.
Vanesa berjalan mendahului Kelvin dan membuka pintu rumahnya dan lagi-lagi dibuat bingung karna ada sepasang sepatu asing yang berada dirak sepatunya.
Dia mencoba acuh dan masuk kedalam rumah yang diikuti Kelvin dibelakangnya. Dia berjalan kearah dapur untuk meminum minuman dingin yang ada dikulkas namun dia menjerit kaget saat melihat seorang pria seumurannya tengah duduk diatas meja tanpa baju yang menampakkan dada bidang serta roti sobeknya."Doni?!!"
Pria yang dipanggil Doni itu berjengit kaget lalu melompat dari atas meja membuat ice coffe yang sebelumnya ada didalam gelas tumpah dan berceceran dilantai.
"Ah tumpah kan!" Gerutu cowok itu.
"Lo ngapain disini?" Tanya Vanesa menyilangkan tangannya didepan dada.
"Lah kan bang Kelvin nyuruh gue kesini, gimana sih lo" Gerutu Doni seraya membersihkan noda kopi yang mengenai tubuhnya.
"Ada apaan sih?!" Tanya Kelvin yang baru saja muncul dari dalam kamarnya.
"Loh Don, bukannya lo mau datang malam?" Tanya Kelvin saat melihat keberadaan sepupunya itu.
"Gak bang, gue mau cepet-cepet ketemu sepupu gue yang cantik ini" Ujarnya merayu Vanesa, sementara yang dirayu memasang wajah seolah ingin muntah.
"Oh yaudah lo bawa barang-barang selama nginap disini kan?"
Doni mengangguk " Yaudah ntar lo pindahin kekamar tamu disebelah situ" Ucap Kelvin menunjuk sebuah kamar yang jaraknya tak jauh dari kamarnya dan juga kamar Vanesa.
Vanesa mendengus kesal lalu berjalan memasuki kamarnya meninggalkan kedua pria yang sayangnya adalah saudaranya.
Doni berjalan keruang tamu dan menyalakn televisi meninggalkan Kelvin yang mendengus kesal, sepupunya itu memang tak pernah berubah.
Kelvin berjalan menyusul Doni lalu duduk disebelahnya.
"Don, besok bisa gak lo anterin Nesa kontrol kerumah sakit?" Tanya Kelvin yang pandangannya lurus kearah televisi yang saat ini tengah menayangkan film komedi romantis.
Doni yang sebelumnya fokus menatap layar televisi menoleh kearah Kelvin "Tu bocah masih sakit?" Tanyanya
Kelvin menoleh dan mengangguk lemah.
"Iya gue bisa.""Oke makasih, gue keatas dulu ya mau mandi"
Doni mengangguk lalu kembali fokus ke film yang tadi ditontonnya.
****
TBC....
KAMU SEDANG MEMBACA
My Rival My Pacar [Completed]
Roman pour AdolescentsDua kubu yang saling membenci yang entah sampai kapan akan seperti itu, namun kita tidak tau bukan apa rencana tuhan untuk menghentikan rasa benci itu? Entah dengan cara mempersatukan mereka menjadi sepasang kekasih atau tetap membiarkan kebencian i...