Suasana mendung dipemakaman itu seakan mewakili perasaan keluarga yang ditinggalkan, orang-orang berpakaian serba hitam memenuhi area pemakaman.
Nathan terduduk lemah seraya mengusap nisan oma nya, membuat pakaian nya kotor oleh tanah kuburan yang masih basah dengan berbagai macam bunga yang bertaburan diatasnya.
Satu persatu kerabat mulai meninggalkan pemakaman hingga meninggalkan Nathan, Alexa beserta Kemal dan juga kedua orangtua mereka.
"Nathan ayo kita pulang" Ucap Papa Nathan seraya memegang pundak anaknya itu, namun tak dapat balasan dari Nathan.
Kemal menatap papanya dan memberi isyarat agar meninggalkan Nathan untuk sementara ini, mengerti kode dari anak sulungnya itu Romi mengangguk lalu berjalan pergi bersama sang istri.
"Nath, udah mau hujan ayo pulang" Ucap Kemal
"Gue mau nemenin oma" Jawab Nathan datar
Alexa menatap Kemal lalu berjalan mendekat kearahnya.
"Kem, biar gue yang urus lo balik duluan aja"
Kemal ragu dengan ucapan Alexa namun dia mencoba percaya dengan gadis itu "Gue percaya sama lo!" Kemal menepuk pundak Alexa lalu berjalan menjauhi area pemakaman.
Sementara itu dikantin Vanesa sedang bersama Fina.
Gadis itu terus memutar-mutar sedotan minumannya sesekali menghembuskan nafas gusar membuat Fina jengah sendiri."Lo kenapa sih Nes? Jangan kebanyakan pikiran ntar kambuh lagi penyakit lo" Ucap Fina menasehati
Vanesa menatap Fina "Gue..gue kangen sama Nathan" Gumam Vanesa
Fina mendengus "Lo kangen sama cowok kaya dia? Yang jelas-jelas udah bohong sama lo? Soal hati gak seremeh itu Nes!"
"Lo dulu ngedukung gue Fin, tapi sekarang kenapa seakan-akan lo benci sama Nathan?" Tanya Vanesa
"Gue bakal benci sama siapapun orang yang nyakitin lo" Ucap Fina, Vanesa tersenyum haru.
Bruk.
"Apa-"
"Lo pacar macam apa hah?! Nathan lagi berduka dan disini lo malah enak-enakan?!" Ucap Digo yang tiba-tiba datang menggebrak meja membuat suasana kantin menjadi riuh.
"Berduka maksud lo apa?" Tanya Vanesa bingung.
Digo tersenyum sinis "Oma nya Nathan meninggal! Pasti lo gak tau kan? Ya iyalah lo aja ilang-ilangan!"
Vanesa tertegun dan spontan menutup mulutnya dengan telapak tangannya tak percaya begitupun dengan Fina.
"Antar gue kerumah Nathan Di please!" Ucap Vanesa
"Udah terlambat, Omanya udah dimakamkan beberapa jam lalu. Tapi kalo lo mau gue bisa anter kepemakaman nya"
Digo lalu berjalan keluar mendahului Vanesa.
Vanesa dan Fina berjalan mengikuti Digo dibelakangnya.
Setelah beberapa menit mereka pun sampai dipemakaman umum itu.Vanesa berjalan tergesa masih dengan seragam sekolah nya, tak memperdulikan guyuran hujan yang mulai turun membasahi area pemakaman itu.
Vanesa tertegun, didepannya Nathan sedang berpelukan dengan gadis yang ia ketahui adalah Alexa.
Nathan melihat kearahnya, lalu membalas pelukan Alexa semakin erat tak memperdulikan Vanesa yang kini terisak dibawah derasnya hujan.
Fina dan Digo menghampiri Vanesa dan mendapati gadis itu menangis tertahan.
Fina melihat kejadian itu lalu memeluk Vanesa mencoba menguatkan sahabatnya itu."Gu-e egois!" Gumam Vanesa
Digo menatap kearah Nathan yang masih berpelukan dengan Alexa, lalu menggelang tak percaya.
Fina membawa Vanesa pergi dari pemakaman itu, tak mau sahabatnya semakin sakit hati oleh perbuatan Nathan.
Digo pun memutuskan untuk pergi.****
"Nes gimana?" Tanya Kelvin saat melihat Vanesa terus merenung dibangku taman belakang rumahnya.
Vanesa menoleh sekilas dengan raut wajah tak karuan. "Gue tadi kemakam oma Nathan" Jawab Vanesa
"Terus?"
Vanesa menghela nafas " Gue liat dia pelukan sama Alexa" Ucapnya dengan suara serak.
Kelvin merangkul adiknya itu berusaha menguatkan Vanesa " Apa gue egois?" Tanya nya
"Engga lo gak egois, lo cuma korban disini seakan-akan semua orang nyalahin lo.
Nathan juga salah, kenapa dia gak bilang kalo dia punya pacar? Justru oma nya yang bilang kan kalo Alexa pacar dia"Vanesa mendongak lalu memeluk erat Tubuh pria yang selama ini menjadi penjaga nya.
"Abang kapan balik ke Jerman?"
Usapan tangan dikepala Vanesa terhenti, Kelvin menghela nafas lalu menghembuskannya secara perlahan.
"Kamu mau abang tinggal sendiri?" Tanya Kelvin
"Ya gak mau lah bang! Sekarang Nesa butuh abang disisi Nesa!" Gerutu Vanesa mulai terisak
"Udah jangan nangis! Gimana kalo kita kabarin Doni sepupu kita yang ada di Jakarta, biar dia bisa jagain kamu selagi abang diJerman. Abang mau ngabarin Ayah sama Bunda tapi mereka pasti sibuk!"
"Ih Doni? Gak ah bang! Dia itu nyebelin!" Tolak Vanesa mentah-mentah.
"Dari pada kamu gak ada yang jagain?, kebetulan juga Doni lagi liburan tuh sekolahnya"
Vanesa nampak berpikir sejenak lalu menganggukkan kepalanya lemah.
"Yaudah besok abang kabarin dia suruh keBandung"
"Eh bang cepet banget!"
"Lebih cepat lebih baik Nesa, lagian lusa abang udah take off "
Vanesa mengangguk pasrah dan kembali memeluk abang kesayangannya itu, bagaimana jadinya jika Kelvin pergi keJerman untuk kembali berkuliah, sementara saat ini Vanesa begitu banyak ditimpa masalah.
Vanesa hendak mencegah kepergian Kelvin, namun mau bagaimana lagi?
Kelvin juga perlu melanjutkan pendidikannya bukan?.****
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Rival My Pacar [Completed]
Подростковая литератураDua kubu yang saling membenci yang entah sampai kapan akan seperti itu, namun kita tidak tau bukan apa rencana tuhan untuk menghentikan rasa benci itu? Entah dengan cara mempersatukan mereka menjadi sepasang kekasih atau tetap membiarkan kebencian i...