Puspa indah taman hati_Bukan kau yang pertama 3.

287 7 8
                                    

Aku sangat terharu mendengar kata-kata dari Bang Rahman, dia tidak mempersoalkan tentang keaadaan ku saat ini, aku yang merupakan bukan Agus yang dulu, seorang Agus yang masih polos yang pernah dia kenal dulu.

"sungguhkah hatimu bang?"

"kau akan mencintaiku walau aku bukan lagi sebagai Agus yang dulu?" aku bertanya dalam hati.

Bang rahman berbalik, dan perlahan mendekatkan wajahnya ke mukaku, lalu mencium ku, dan melumat bibirku, lalu menindihku dengan masih menggunakan celana panjang dari bahan cattun tipis yang berwarna cream abu-abu, sehingga tonjolannya sangat terasa mengenai bagian selangkangan ku dan mengenai batangku.

Bang rahman terus mencumbuiku dari wajah turun ke leher, terus ke bagian dada dan melumat putingku sehingga aku menggelinjang dan sebentar bentar mengangkat tubuhku.

"ouggwhh... aagghhrr... uugghh... aagghhh!"

Aku mendesah membuat Bang Rahman makin bergairah mencumbuiku. Lalu turun ke bagian bawah mengelus elus dan menciumi bagian batang kejantanan ku.

Bang Rahman membuka resleting celana jins ku, lalu disertai cd ku, kini kontolku terpampang jelas di matanya.

Bang Rahman melirik ke wajahku dan tersenyum seperti ingin mengatakan sesuatu.

Aku mengerti dengan lirikan dan senyumnya, pasti dia ingin mengatakan dedeku yang pernah dia lihat sebelum di sunat dulu kini sudah besar dan banyak ditumbuhi bulu halus dan hitam di sekitarnya.
Dia kembali tersenyum kepadaku, dan kembali mencumbuiku.

Aku bangkit menggantikan posisi, kini aku yang menindih Bang Rahman yang sudah terlentang, lalu kini aku yang aktif mencumbui Bang Rahman, sama seperti yang dilakukan Bang Rahman sebelumnya, aku melumat bibirnya, menciumi lehernya, juga bagian muka Bang Rahman. Yang tak bosan bosannya bagiku terutama bagian mata dan alisnya yang sangat aku sukai.
Mata yang tajam tapi teduh dan alisnya yang hitam memanjang dan menyambung, sungguh bikin aku sangat gemas melihatnya.

Lalu perlahan aku turun ke bagian dada dan perut, aku melumat putingnya yang coklat kemerahan itu.
Sama seperti aku Bang Rahman juga menggelinjang ketika aku sedot putingnya dengan lidahku, sementara mukaku bermain di bagian dada dan perut, tangan kiriku bermain main diatas gundukannya yang semakin membengkak dan keras itu.

Perlahan kepalaku turun kebagian bawah dan berhenti pas di atas gundukan yang keras itu.
Aku menciuminya dengan sepuas hatiku. Perlahan lahan aku buka kancing dan resleting celananya lalu tanganku menyusup kedalamnya.
Puas membuat bang rahman mendesah aku terus menciumi gundukan di cdnya sambil mengelus dan menggemggamnya dari luar cdnya, tak tahan lalu aku mempelorotkan celana katunnya dan di susul cdnya.
Terpampang lah batangnya yang besar berdiri tegak menjulang, terlihat jelas cuma beberapa centi saja dari mukaku.

Aku menciumi batang besar itu dan ku benamkan mukaku kedalam bulu bulu hitam yang tumbuh di sekelilingnya, ada aroma wangi yang sangat menggoda, batang yang besar dan bersih dengan kepala agak kemerahan, serta bulu yang indah.
Agak berbeda dengan yang pernah kulihat dulu, kini sudah lebih besar bersih dan wangi. Mungkin karena Bang Rahman seorang dokter, jadi sangat memperhatikan kebersihan di setiap centi bagian tubuhnya.

Aku memandang ke wajah Bang Rahman sambil aku menggemgam batangnya dan menempelkan di wajahku, Bang Rahman mengangguk, seakan dia tahu aku ingin mengulum batangnya.

Kemudian perlahan batang itu aku masukkan ke mulutku, batang yang sudah sangat lama aku impikan agar kembali kepada ku, hari ini sudah menjadi kenyataan, yang dulunya aku hanya melihat dan cuma satu kali memegangnya. Hari ini aku kembali mendapatkannya.

Aku masih terus mengulum batangnya Bang Rahman sambil melakukan gerakan maju mundur kepalaku, walau kadang tersedak dan agak sulit untuk bernafas, tapi aku senang dan bahagia melakukannya karena punya orang yang sangat aku sayangi dan aku cintai.

SENYUM YANG DI RAMPAS (revisi).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang