Sesaat dalam pelukan. bag:2

157 4 0
                                    

Ucapan terima kasih bagi yg sudah membaca kisah saya ini. Kembali saya ingatkan, bagian dari episode ini adalah bagian dari kisah real hidup saya, sudah tidak di bumbui dengan cerita beraroma sex. Bagian ini sudah memasuki masa masa perubahan dalam hidup saya. Bagaimana saya nenata hidup saya sampai akhirnya cobaan datang lagi menerpa.
Apakah Agus tak pantas bahagia?

Rahasia dari daerah mana cerita ini berasal akan di buka di bagian ini. Bagian akhir dari episode: Sesaat dalam pelukan ini.

Selamat membaca!

Aku sudah bersiap siap mau ke tempat Sri. Aku dandan yang rapi, ku periksa isi dompet ku lalu ku masukkan kembali dompet ke dalam saku celana jeansku. Ini kencan pertamaku dengan Sri sekaligus kencan pertama ku dengan seorang wanita, yang katanya kalau kesan pertama harus menggoda untuk selanjutnya terserah anda. Hehehe.

Walau di luar cuaca sudah mendung tapi untuk kali ini tak menyurutkan langkah ku untuk menjumpai Sri. Untuk kali ini aku tetap ingin bertemu Sri di rumah Bu Ayu saja. Sampai disana aku berjumpa dengan Bu Ayu dan Bu De Bu Ayu di rumah Bu Ayu.

Sebenarnya sih, Bu De yang bernama Rahmah itu kakak nya ayah dari Sri, jadi Bu De itu sebenarnya Bu De nya Sri dan juga Desi, Bu Ayu sebenarnya hanya ikutan saja memanggil Bu De ngikut panggilan para ponakannya, sebenarnya Bu De Rahmah itu kakak dari Ibu Ayu juga.

Kembali ke cerita.

Bu De kemudian memanggil Sri di rumahnya. Tak lama kemudian Sri datang, setelah kita bicara sebentar aku memberanikan diri mengajak Sri untuk keluar supaya bisa bicara berdua secara bebas. Bu Ayu mengizikan kami keluar tapi sebelum magrib sudah harus sampai di rumah kembali. Aku menyanggupi dan kami pun keluar setelah aku tunggu beberapa saat Sri dandan dan berganti pakaian.

Aku berencana mengajak Sri ke pusat jajan serba ada di seputaran depan hotel aku bekerja yang kebetulan juga di depan kios rokokku. Dengan menumpangi becak mesin kami pun tiba disana. Karena hujan gerimis yang dari tadi sudah turun dan seakan tak mau berhenti, keaadaan pusat jajan jadi sepi, karena tempatnya terbuka dan biasanya bila sabtu sore malam minggu selalu rame di singgahi pasangan muda atau keluarga. Akhirnya aku mengajak Sri untuk masuk ke sebuah warung kopi yg menyediakan aneka minuman jus dan juga mie goreng/rebus. Karena cuaca yg dingin aku pesan teh hangat saja dan dua porsi mie goreng.

Awal mula aku kencan dengan Sri terasa sekali sangat kaku, tak tahu apa yg harus di omongin, karena selama ini aku belum pernah sekalipun pergi kencan berdua dengan cewek, terlebih kami sama sama orang pendiam, alhasil tak banyak hal yg kami bicarakan hari itu, selain bicara tentang keluarga kita masing, selebih nya hanya senyum senyum saja.

Hari pun hampir magrib dan gerimis pun tak mau berhenti. Aku mengantarkan kembali Sri ke rumahnya. Setelah berbasa basi dengan Bu Ayu dan Bu De aku pun pamit kembali pulang.

Setelah pertemuan kedua yg lebih special ini, aku semakin kagum dan makin suka sama Sri, aku jadi memikirkan Sri. Aku sangat suka dengan sifatnya walau agak pendiam.

Bu Ayu pernah mengatakan kalau baru kenal Sri memang begitu nanti lama lama kamu akan kewalahan kalau Sri sudah ngoceh, kata Bu Ayu suatu ketika.

Aku juga sangat menyukai penampilanya yang tak terlalu mencolok, cukup berdandan sederhana saja dengan bedak yang tipis dan tak perlu memakai lipstik bibirnya sudah merah mengkilap.

Hari hari berikutnya aku sudah terbiasa kencan bersama Sri. Aku sudah tidak rikuh lagi, dan Sri pun tidak grogi lagi, kami semakin dekat. Aku semakin menyukainya terutama dengan penampilannya yang sederhana itu. Walau Sri lahir dan di besarkan di kota, tapi tidak terbawa dengan gaya hidup di kota. Kini aku tiap hari jadi memikirkan Sri. Rasanya tak sabar agar cepat hari sabtu atau hari minggu, hari yang sering aku pergunakan untuk menjumpai Sri.

SENYUM YANG DI RAMPAS (revisi).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang