Gita cinta dari sma_Nafsu dalam cinta 2

397 9 1
                                    

Warning!

Cerita beraroma gay,.
ini salah satu bagian yang masuk katagori xxx.
yang tidak berkenan supaya tidak melanjutkan membaca nanti bisa lompat ke bagian berikutnya.

Terima kasih...

Teuku memasukkan motornya ke dalam dan aku mengikutinya dari belakang dan di parkirkan di samping pondok.

Tumben nak Teuku kesini, biasanya hari minggu..
tanya pak Mahmud, yang baru keluar dari pondok karena mendengar ada yang masuk ke kebun.

"ni pak...!
cuma main main aja sebentar." kata Teuku.

"tapi ini hari jumat, apa nanti kalian enggak sholat jumat?" tanya pak Mahmud.

"sekali kali bolos kan gak apa apa pak..! lagian masih muda!" kata Teuku.

"huss, enggak boleh ngomong begitu...!
kita tak tahu kapan ajal menjemput." kata pak Mahmud sambil mengangkat jari telunjuknya sambil menggoyangkan ke kiri dan ke kanan.

"iya pak..! maaf, saya cuma bercanda aja." Kata Teuku

"tapi sekali kali bolos boleh kan pak?" tanya Teuku.

"kalau terpaksa boleh saja, asal jangan keseringan."

"ingat..! tiga kali seorang laki laki melewati sholat jumat sudah di anggap kafir," jelas pak Mahmud menasehati.

"iya pak..! saya tahu." kata Teuku.

"ya sudah...
bapak mau pulang dulu, nanti kalau Teuku mau pulang taruh kunci pintu di tempat biasa ya!" pesan pak Mahmud.

"mungkin besok bapak akan ke sini lagi, sore nanti bapak akan membawa Adit ke dokter." lanjut pak Mahmud.

"Adit sakit? Sakit apa pak?" tanya Teuku sedikit kaget.

"dari tadi malam demam panas," kata pak Mahmud.

Adit adalah anak pak Mahmud yang masih kelas enam sd baru berumur dua belas tahun yang sudah sangat akrab dengan Teuku.

"baik pak, semoga Adit cepat sembuh."

"oh ya pak.. ini, tolong kasih ke Adit.. tadi saya ada beli sedikit makanan."  kata Teuku sambil memberi beberapa roti biskuit dan kacang kulit kepada pak Mahmud.

"wah,,! terima kasih nak! Teuku selalu kasih makanan buat  Adit, terima kasih banyak nak..!" kata pak Mahmud sambil mengambil pemberian Teuku lalu di masukkan kedalam kresek yang di gantung di sepedanya.

"iya pak... sama sama!
Sampaikan pada adit moga cepat sembuh, bilang juga pada Adit saya kangen kata Teuku.

"baik nak..! bapak pulang dulu," kata pak Mahmud.

Pak Mahmud lalu mengayuhkan sepedanya dan berlalu dari situ.

"apa nggak cape tuh bapak, ngayuh sepeda jalannya banyak naik turun gitu?" ujarku.

"kalau mendaki kan bisa di dorong pas kalo nurun tinggal di jaga  keseimbangannya aja.
bego di piara." ujar Teuku.

"jangan gitu lah suami, ngatain kita bego." ujarku sedih.

"idihh... sejak kapan aku jadi suami kamu? kata Teuku.

"kan sekarang udah jadi suami." kataku santai.

"hahaha.... ngarap...! oh..no..! kata Teuku sambil tertawa.

Sepulang pulang pak mahmud kami masuk ke pondok, sementara di luar masih mendung tapi belum ada tanda tanda gerimis akan turun.

Teuku melepaskan seragam putihnya dan hanya bersinglet dan celana abu abunya, karena cuaca masih agak panas walau sudah di selimuti mendung.

Sementara aku nengamati isi di dalam pondok.
pondok berdinding papan yang berukuran kira kira 3x4  persegi itu itu di dalamnya ada sebuah dipan dan ada satu bantal di atasnya.
Sebuah lampu minyak yg di sangkut di dinding, dan sebuah senter warna hijau juga satu buah radio transistor ukuran kecil dengan pemakaian daya batterai.

SENYUM YANG DI RAMPAS (revisi).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang