Selamat tinggal cinta

577 14 2
                                    

Cerita fiktif bercampur kisah nyata, bernuansa klasik, bagian fiktif hanya sebagai penghidup cerita.

Selamat tinggal cinta, lanjutan dari Badai pasti berlalu.

Hari hari terus berlalu, kini aku sudah duduk di bangku kelas tiga smp, aku kebagian kelas 3D (tiga empat).
Yang sangat membuat aku bahagia adalah ternyata Edo juga sekelas dengan ku, Faisal si usil itu juga kebagian kelas dengan kami, satu lagi Rina tetangga depan rumahku juga ikut satu lokal dengan ku. Sebenarnya aku jadi gak enak dan agak risih Rina sekelas dengan ku, di samping aku tak sepintar Rina, karena rina selalu juara dari kelas satu dan beberapa kali menyabet juara umum dan masuk dalam bintang sekolah.
Aku juga takut gerak gerikku di dalam kelas terpantau oleh Rina.

Seperti sudah direncanakan saja aku bisa sekelas dengan Edo, tapi memang itu kenyataan yang patut aku syukuri. Aku dan Edo langsung duduk sebangku di deretan nomor tiga bangku kedua dari depan, sedangkan Faisal lebih suka duduk di belakang bersama si Abdul yg terkenal urakan dan juga jahil itu.

Hari berlalu serasa begitu cepat bagiku, tak terasa sudah memasuki semester akhir di kelas tiga, aku masih bersama Edo baik suka maupun duka, aku sering membantu Edo dalam hal pelajaran bahasa inggris karena Edo sedikit kewalahan dengan pelajaran bahasa inggris.
Walaupun masih saja ada yg usil mengatakan aku dan Edo ada apa apanya, ya kami biarkan saja karena tidak ada bukti apa apa yang mereka lihat pada kami.

Hingga suatu hari...!

Di saat jam istirahat kedua, entah kenapa aku dan Edo tidak keluar kelas dan masih duduk di bangku di dalam kelas dan akhirnya kami tak keluar kelas saat itu, kami ngobrol ngobrol tentang pelajaran sekolah dan lain sebagainya, setelah cape ngobrol aku menunduk ke bawah meja, kepala dan tanganku aku sandarkan di meja belajar, aku hanya diam saja dengan memandangi paha Edo yg yang duduk di sebelah ku yang sudah di tumbuhi bulu bulu halus itu. Aku tak tahu yg dipikirkan Edo saat itu.

Karena kepalaku terus melihat ke bawah ke arah pahanya, tak sadar aku nyelutuk..

"Do..banyak juga ya bulu di paha kamu." kataku asal saja.

Edo menjawab..

"bulu paha kamu lebih banyak dan lebih panjang." kata Edo tak mau kalah.

"kamu tahu nggak Gus apa artinya itu?" tanya Edo.

"apa tuh artinya..?' tanyaku penasaran.

"artinya,,, bulu titit kamu itu lebih panjang dari bulu titit aku"  jawab Edo sekenanya.

"hahahaa,,, ahh..! masa sih..! Kata ku sambil tertawa.

"iya..! kalau enggak percaya coba kita buktikan." kata  Edo lagi.

"maksud kamu...?" kataku jadi melongo.

"kita buka punya kita, lalu sama sama kita lihat punya siapa yang lebih panjang bulunya." tantang Edo.

Aku jadi tersentak kaget Edo mengatakan demikian, seumur umur selama berteman dengannya belum pernah Edo membicarakan hal tentang titit.

"enggak ah..! aku malu." kataku.

"ngapain malu kita kan sama sama laki." tantang Edo lagi.

Aku makin pucat di buatnya, di satu sisi aku sangat penasaran dan ingin melihat punya Edo, di sisi lain aku harus menjaga harga diriku apalagi di tempat umum.
Tanpa aku sadari Edo telah membuka resleting celana birunya dan memperlihatkan kuntulnya kepadaku yang sedang memandang wajahnya.

"Gus...! coba lihat deh." kata Edo sambil memamerkan kuntulnya padaku.

"dug..! jantungku makin tak karuan, mukaku memerah, ternyata Edo benar benar memperlihatkan kuntulnya padaku.
Ada bulu bulu halus yang tersusun indah di sana yg belum begitu lebat dan meluas, sangat indah sekali.

SENYUM YANG DI RAMPAS (revisi).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang