Irwan adikku.

279 4 3
                                    

Sebelum saya melanjutkan cerita ini dalam judul yang sudah saya janjikan, Sesaat dalam pelukan, sebaiknya kita ikuti dulu cerita yang satu ini.

Mungkin pembaca akan bertanya tanya, koq ceritanya nggak nyambung? Beloknya jauh banget?

Pertama membaca memang akan terasa aneh dan tidak nyambung, tapi bila kita menbaca sampai dengan selesai dengan tidak ada kata yang tertinggal, semua pertanyaan akan terjawab. Mengapa demikian.

Cerita ini masih ada benang merahnya, dan masih saling berhubungan antara cerita sebelumnya dengan cerita di episode episode selanjutnya yg akan saya ceritakan di sini.

Cerita ini akan play back kembali kebelakang ke beberapa tahun sebelumnya disaat Agus masih cuma teman biasa dengan Rino.

Selamat membaca..

Flash back.

Jam sudah menunjukkan pukul 12:30 siang, dimana sudah saatnya istirahat dan makan siang. Aku meninggalkan rutinitas ku sesaat untuk makan siang. Setelah makan siang aku ke kamarku di lantai empat hotel tempatku bekerja. Saat itu aku masih bergabung dengan kamar bersama teman teman yang lain di hotel itu, di dalam kamar yg berpenghuni enam orang itu.

Aku buka baju dan celana dinasku karena hari itu cuaca agak panas dan cukup membuat gerah, yang tertinggal hanya kaos singlet dan celana bokser ku. Aku rebahkan tubuhku di atas ranjangku, untuk sekedar golek golek tiduran sebentar. Pikiranku menerawang dan terbang entah kemana mana.

Setelah lelah dengan pikiranku, sayup sayup aku mendengar ada yg memanggilku.

"Gus.. Agus...!"

"sudah pulang kamu nak?"

Ohh rupanya ibu sedang memanggilku dari luar.

"iya Bu..  Agus baru saja pulang! ini lagi ganti pakaian." jawabku.

"Irwan mana nak?" tanya Ibu.

"enggak tahu tuh Bu, sejak Agus pulang sekolah tadi Agus tidak melihat Irwan." Kataku.

"kemana ya adikmu Irwan? kan Irwan masih sakit." Kata Ibu.

"iya Bu, mungkin Irwan sedang main sama teman teman nya." jawabku.

"tapi adikmu itu masih belum sehat benar." kata ibu lagi.

"itu lah Bu, Irwan susah banget di bilangin, kalau dibilangin malah ngeyel." kataku.

"ya sudah, Agus makan siang dulu, nanti habis makan bantu ibu petik jambu di belakang rumah, kasiankan udah pada jatuh sendiri dari pohon." Kata ibu.

"nanti bisa dijual ke pasar, lumayan kan uangnya bisa buat jajan Agus dan Irwan." kata ibu lagi.

"iya Bu, baik,,! Agus makan dulu ya Bu! Nanti biar Agus yang panjat pohonnya." kataku.

########

Ohh yaa...!
Kenalkan, namaku Agus, umurku baru tujuh belas tahun dan masih duduk di bangku kelas dua sma di desaku yg sejuk dan permai. Dan aku sendiri tidak tahu sejak kapan aku tinggal di desa ini bersama keluargaku. Yang aku tahu aku hanya lah anak angkat dalam keluarga mereka, tapi kasih sayang mereka terhadapku tetap seperti anak kandung mereka sendiri.

Ayahku hanya seorang pegawai rendahan di kantor kecamatan daerahku. Ibuku hanya seorang ibu rumah tangga biasa yg tidak bekerja. Ibuku hanya punya keahlian menjahit dan cuma menjahit baju baju pesanan ibu ibu di kampung kalau ada pesanan, dan itupun banyak yang sudah ketinggalan mode.

Oh ya,, aku mempunyai seorang adik yang super imut, berkulit sawo matang dan bermata agak cipit dengan lesung pipinya yg menawan yang bernama Irwan, dan dia baru berusia dua belas tahun masih duduk di kelas enam es de, dan sebentar lagi akan masuk sekolah es em pe. Aku sangat menyayanginya melebihi apapun juga.

SENYUM YANG DI RAMPAS (revisi).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang