Desember kelabu bag:4(tamat)

211 5 6
                                    

Aku berjalan kembali hingga tiba kembali di hotel, orang orang di depan hotel sudah mulai ramai kembali hilir mudik tak tahu arah tujuan mereka. Aku kembali masuk ke pekarangan hotel melalui celah kapal tadi, di dalam pekarangan hotel masih berair dan berlumpur walau sudah banyak yang berkurang dan sudah mengendap. Di depan tangga samping aku bertemu bang Rusdi, salah satu karyawan senior di hotel itu.

"Astaghfirullaahhh!"

"Alhamdulillahhhh! Agusss!! Kamu selamat?" seru bang Rusdi ketika melihat aku datang.

"Alhamdulillah bang! saya selamat!" ucap ku.

"tapi kata teman teman tadi kamu sudah tak ada, ikut menjadi korban." Kata bang Rusdi lagi.

"Alhamdulillah bang! Saya tak apa apa, tapi anak dan istri saya sudah tak ada bang!" jawabku lemas.

"Saya barusan dari rumah, saya lihat semuanya hancur saya tak menemukan meraka bang." ucapku sedih.

"Agus kamu yang sabarnya! Ini takdir kita tak dapat menghindari takdir." ujar bang rusdi menghiburku dan memeluk aku.

"Sekarang kamu ke tangga di lantai dua, ada Erwin disana, dari tadi dia menangis terus." suruh Bang Rusdi.

Tak membuang waktu lagi aku naik keatas ke tangga lantai dua yg di maksud Bang Rusdi barusan. Begitu melihat ku Erwin langsung berdiri dan memelukku dengan kuat sambil tambah menangis.

"Mereka sudah tak ada, mereka hilang! Saya baru mencari mereka, tapi semuanya hancur, saya tak menemukan mereka." ucap Erwin sambil terisak dalam pelukanku.

Aku tahu yg di maksud Erwin adalah memey dan anaknya Iyan.

"Sabar win! Sabar! Kita harus sabar." ucapku dengan bergetar

"Bibi Sri dan Rizky juga sudah tak ada, saya juga baru saja mencari mereka keadaan juga sama." Kataku.

"Kita harus sabar, ini cobaan." ucapku lagi.

Lalu aku mengulangi ucapan bapak paruh baya yg bertemu denganku tadi, bahwa kita harus sabar ini merupakan musibah besar dan kita tak sendiri yg menanggung semuanya ini, sangat banyak sodara sodara kita merasakan hal yg sama, hiburku.

Aku lihat Erwin sekarang agak sedikit tenang setelah aku mengatakan demikian, walau sebenarnya hatiku juga hancur, orang orang yg aku sayangi juga sudah tak ada termasuk memey isterinya, yg merupakan keponakan ku dan iyan anaknya aku juga sangat menyayanginya.

Bang rusdi yg sudah berada di dekat kami memberikan air meneral dalam bentuk gelas kepada Erwin agar lebih tenang. Sebenarnya Erwin lebih rapuh dari aku dia belum bisa menerima kenyataan yg kita hadapi saat ini. Sebentar tenang sesaat kemudian kembali histeris apalagi kalau ada orang yg datang menanyakan keadaan memey dan iyan.

Hari semakin siang, karyawan hotel banyak yg sudah kembali, tapi aku belum melihat Dimas setelah aku tinggalkan di gedung kodam tadi. Aku menanyakan pada teman teman yg ada disitu, apakah ada yang melihat Dimas?

Salah satu teman di sana mengatakan Dimas sedang pergi dengan tamu langganannya entah kemana. Aku lega ternyata Dimas sudah kembali dan sekarang sedang pergi.

Jam sudah menunjukkan pukul satu siang, sekarang kami di hadapkan kemana harus mencari makan siang setelah dari tadi pagi perut belum di isi apa apa.

Keadaan kota hancur luluh lantak tak ada lagi warung nasi tempat membeli, keadaan dapur hotel juga rusak parah, sementara perut sudah minta diisi.

Kami  beberapa karyawan yg masih setia di hotel berinisianitif mencari makanan yg di tinggalkan para tamu di kamar kamar yg pintunya sudah rusak dan terbuka. Dan kami mendapatkan makanan makanan itu. Seperti roti biskuit, roti tawar, dan air mineral. Kami ambil dan kami makan dan sisanya di simpan buat malam hari.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SENYUM YANG DI RAMPAS (revisi).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang