Desember kelabu bag:3

107 6 0
                                    

Sampai di bawah aku harus merelakan luka telapak kakiku yg sudah ku obati dan aku pake hansaplast, karena keadaan di bawah masih di rendam air sebetis dengan lumpur yg tebal. Ku lepas kan sandal swallow ku dengan berjalan di antara mobil mobil yg saling berdempetan untuk mencari jalan keluar dari pekarangan hotel, aku melihat di pintu gerbang ada terlihat celah di sandaran kapal nelayan yang bertengger disitu, yg saat pertama  kulihat tadi masih tertutup air. Aku keluar dari pekarangan hotel sambil mengendap melalui celah di bawah kapal itu hingga akhirnya aku berhasil keluar. Disini di depan pintu gerbang tempat kami para karyawan berkumpul tadi setelah gempa bumi aku sudah bisa bernafas dengan lega, air di sini sekitar diatas tumit saja dan tak banyak lumpur karena airnya mengalir. Ketika aku berbalik hendak menuju arah pulang ke rumah, Baim Salah seorang teman ku yg mahasiswa di salah satu perguruan tinggi disana dan tinggal di samping hotel tempat ku berkerja, memanggilku.

"Bang! Bang Aguss!!" Baim memanggil ku, lalu menghampiriku

"Kamu Im? Bagaimana keadaan teman teman dirumah? Faisal? Dan Rahmat gimana keadaannya?" tanyaku.

"Aku yg mau tanya sama Abang gimana keadaan Abang dan Abang mau kemana?" Baim balik bertanya.

"Aku mau pulang ke rumah dulu Im, mau lihat keadaan keluargaku." ucapku.

"Teman teman gimana keadaannya?" tanyaku sekali lagi.

"teman teman semua tak apa apa Bang! Cuma tempat tinggal kami rusak parah tak ada satupun barang yg bisa di selamat kan."Ucap baim.

"Syukur lah kalau kalian selamat." ucapku.

"Tapi aku mau pulang dulu mau lihat kondisi keluargaku." Kataku lagi.

"Tapi Bang air di ujung jalan sana masih tinggi." Ujar baim lagi.

"Gak apa apa Im aku bisa melalui pinggiran toko kan lebih tinggi." Kataku.

"Baik lah bang! Hati hati saja ya Bang, banyak balok dan beton beton dan bahan berbahaya di dalam air."Kata Baim.

"ya Im, makasih ya!" kataku.

Ketika aku hendak melangkah. Tiba tiba!

"Oughhh!!!"

Ada yg tertusuk di bawah tumit kaki kanan ku. Setelah aku raba ternyata duri ikan yg sejenis lele itu menusuk belakang tapak kakiku (real).

Baim terkejut dengan rintihan suaraku dan ku angkat kakiku.

"ada apa Bang?" tanya Baim merasa kaget dengan rintihan ku.

"kaki kanan ku tertusuk duri Im, perih sekali," kataku pada Baim.

Lalu ku angkat kaki kananku, ternyata duri sejenis ikan lele telah menancap di tumit kaki kananku, lalu Baim mencabut ikan tersebut dari kakiku dan terasa sangat perih.

Lengkaplah sudah kini penderitaan kedua kakiku yg terasa sangat nyeri, tapi aku harus segera pulang untuk menemui anak dan isteriku.

Aku berjalan menyusuri jalan Ahmad yani melalui pinggiran di sisi toko yg berada di kawasan itu menuju arah jembatan di ujung jalan diantara puing dan sampah melalui pinggiran toko, disini masih begitu sunyi aku cuma melihat satu orang remaja keturunan chines yg teriak teriak memanggil keluarganya dari luar toko, tapi tak ada sahutan dari dalam toko, remaja itu menangis dan kembali berkali kali memanggil keluarganya.

Sampai di jembatan aku lihat disini ramai orang berkumpul, disini letaknya relatif tinggi dan banyak mayat yg sudah berjejer terutama mayat wanita dan anak anak. Sambil melihat mayat mayat yg tak tertutup itu tapi tak satupun yg aku kenali, aku terus berjalan hingga masuk ke persimpangan jalan menuju arah rumahku. Disini di tempat pertama waktu tadi pagi aku keluar, aku sempat melihat gedung yg roboh akibat gempa, kini benar benar luluh lantak. Aku terperanjat.

SENYUM YANG DI RAMPAS (revisi).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang