Sesaat dalam pelukan 4 _ tamat.

144 6 0
                                    

Bagian - bagian dari episode Sesaat dalam pelukan ini merupakan curahan hati penulis, tidak di tambah dan tidak di dramatisir, real story dari penulis.

Tepat azan magrib Minggu 27 Ra'jab yang bertepatan dengan 13 Seprember istriku melahirkan putra kami, seorang bayi laki laki melalui operasi caesar. Tak lama kemudian seorang berseragam hijau membuka pintu ruang dan berdiri di pintu dan memanggil namaku. Aku dan ibu mertuaku dan beberapa orang keluarga langsung menghampiri, ternyata dia dokter yang menangani operasi isteriku.

"bagaimana dok?" tanyaku.

"Alhamdulillah operasi berjalan lancar." sebut dokter.

"bayinya laki laki sekarang kondisinya baik, ibu dan bayi sehat sehat saja." lanjut dokter.

"Alhamdulillah!" aku mengucapkan syukur pada Allah, yang di susul oleh mertuaku dan kakak ku serta oleh yang lainnya.

"sekarang bayinya sedang di bersihkan oleh suster, bapak harus menebus obat ini untuk istri bapak!" lanjut dokter sambil memberi secarik kertas yg merupakan sebuah resep obat untuk aku tebus.

Aku langsung berlari ke apotik untuk menebus obatnya. Alangkah kagetnya aku ternyata obat yang aku tebus yang cuma satu butir berbentuk capsul itu, tapi harganya sungguh luar biasa Rp150.000 satu capsul.

"bagaimana kalau sampai beberapa butir?" pikirku dalam hati.

Aku kembali ke ruang operasi dan memberikan obat itu, aku masuk ke dalam ruang operasi tadi, disana ibu mertuaku dan kakakku beserta yg lainnya sudah duluan masuk ketika aku ke apotik tadi. Aku lihat istriku masih lemas diatas ranjang dan tetap berusaha tersenyum padaku, sebuah senyum bahagia bahwa dia sudah memberikan seorang anak padaku. Tapi aku belum melihat dimana bayiku, aku celingak celinguk melihat seisi ruangan dimana bayiku gerangan.

"bayi kita sudah di bawa ke ruang icu bayi." kata isteriku dengan suara lemas.

"iya pak! Sekarang bapak segera ke ruang icu untuk mengazankannya." kata seorang suster perawat yang berada disitu. Aku melepaskan tanganku yg sedang memegang tangan isteriku dan minta pamit mau ke ruang icu bayi, setelah menanyakan terlebih dahulu dimana letak ruangnya pada si perawat. Dan isteriku juga akan di pindahkan ke ruang rawat inap.

Sampai di ruang icu bayi aku di persilahkan masuk dan harus memakai pakaian yang disedikan oleh rumah sakit, pakaian rumah sakit yang berwarna biru muda. Perawat di situ menunjukkan bayiku yang sudah di masukkan kedalam inkubator.

"kenapa harus di masukkan ke kotak inkubator sus? Bayi saya tak apa apa kan?" tanyaku.

"tidak ada masalah apa apa pak dengan bayinya, cuma untuk menyesuaikan suhu luar saja untuk si bayi." kata suster yang bertugas di ruang icu bayi tsb.

"enggak lama pak! Dua jam lagi akan dibawa ke ruang rawat bersama ibunya." kata suster itu lagi.

Lalu suster perawat mengambil bayiku di dalam inkubator dan menyerahkan padaku karena tadi aku sudah bilang, kesini hendak mengazaninya.

Aku berbisik ke telinga putraku mengazaninya dengan pelan supaya putraku tak terkejut, setelah itu ku pandang putraku yang kelihatan sangat tampan. Aku bahagia sekali melihatnya, tapi suster tak berlama lama membiarkan aku menggendongnya karena bayi harus di masukkan kembali ke dalam inkubator. Sesaat kemudian aku langsung ke ruang rawat inap untuk menemui kembali isteriku yg sudah di pindahkan kesana.

Perasaan kalut dan cape hilang seketika saat aku melihat dan menggendong putraku di ruang icu bayi tadi, yang ketika dari tadi lututku seakan sudah sangat kemas dan kaku, seakan aku berjalan pun sudah tak menyentuh lantai lagi, karena kakiku sudah kebal setelah seharian berjalan kesana kemari mengurus urusan runah sakit. Dan kini aku cuma memikirkan biaya operasi saja dari mana uangnya harus ku dapat.

SENYUM YANG DI RAMPAS (revisi).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang