Puspa indah taman hati_Disaat kau harus memilih .

264 5 4
                                    

"sorry..! bagian yang ini agak sedikit nyeleneh, di tulis awal tahun 2018, direvisi September 2020."

Cerita ini bernuansa klasik, dan ditulis dengan gaya penulisan klasik juga, jadi anda tidak akan menemukan istilah istilah gaul yang sering di pakai oleh anak milenial zaman sekarang.

Lanjut.....!

Sejak hari itu setelah semua milikku ku berikan pada Bang Rahman di sebuah pondok bungalaw di taman tepi laut, aku dan Rahman semakin lengket kembali seperti dulu lagi, tapi dengan rasa yang berbeda yakni menjadi sepasang kekasih.

Aku sering berkunjung ke kontrakannya Bang Rahman terutama pada hari minggu, dan hanya hari minggu yg sering kita habiskan bersama.

Pada libur lebaran Bang Rahman juga pernah mengajakku berkunjung ke danau Toba, sebuah tempat yang sering aku dengar sangat indah dan sering aku dengar dari lagu lagunya Julius Sitanggang waktu aku masih smp.
Aku sangat penasaran dengan danau tersebut dan sangat ingin melihat dan menikmatinya langsung, dan akhirnya keinginan ku itu kesampain juga bersama Bang Rahman, si puspa indah taman hatiku.

Dua hari kami habiskan untuk berlibur di danau toba Prapat. Dengan menginap di sebuah losmen yang standart tapi terkesan bersih dan terawat, dan akhirnya kami kembali ke kota asal kami.

Satu tahun sudah berlalu,
setelah kembalinya si puspa hati yang mengisi hari hari ku di taman hatiku. Suatu sore aku mendapat telfon dari Bang Rahman. Dia mengajakku untuk bertemu esok harinya, ada hal penting yang ingin dia bicarakan, katanya.
Ketika aku tanya saat itu Bang Rahman tidak mau mengatakannya, dan akan menjelaskannya langsung besok hari di hadapanku sendiri.

Setelah menutup telfon aku bertanya tanya ada hal apakah yang sebenarnya yang ingin di katakan Bang Rahman, aku bertanya di dalam hati.

Esok harinya...

Aku mengayunkan langkahku ketempat yang sudah di janjikan Bang Rahman kemarin hari, di sebuah cafe yang lumayan rame di datangi para kawula muda, cafe yang terletak tak jauh dari bioskop 21 itu sangat ramai di kunjungi orang terutama hari minggu, atau jam jam sebelum pertujukan di boskop dimulai.

Sampai disana aku melihat Bang Rahman sudah nenunggu dengan satu gelas juice alpukat, dan duduk menghadap ke jalan di kursi plastik yang agak rendah dan bersandar disitu.

"maaf bang! Aku terlambat" kataku.

"sudah lama bang?" tanyaku lagi.

"enggak apa apa dek, baru saja kira kira duabelas menitan," kata Bang Rahman.

"Adek mau minum apa?" tanya Bang Rahman.

Sama seperti Abang aja, jus alpukat aja," jawabku.

Lalu Bang Rahman memanggil pramusaji yg baru saja mengantar minuman yg tak jauh dari tempat duduk kami dan memesan satu gelas lagi jus alpukat untukku.

"ada apa sih bang?"

"kayaknya penting banget, abang mau bicara apa?" tanyaku.

"ini dek, tapi abang harap nanti setelah abang katakan Adek jangan kaget dan marah, sejujurnya abang sangat sayang pada Adek." Kata Bang Rahman, lalu menghentikan bicaranya sambil menarik nafas.

"apa sih bang? Abang mau pergi lagi dan kita akan berpisah lagi seperti dulu?" tanyaku.

Paramusaji yang tadi datang, sambil membawa segelas jus alpukat untukku.

"ini bang, silahkan...!" kata pramusaji tersebut.

"iya.. makasih," jawabku, lalu pramusaji itu kembali ke tempatnya semula.

SENYUM YANG DI RAMPAS (revisi).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang