Vangke

41 10 2
                                    

"Pliss lo jangan deket deket deh sama dia Dell. Dia tuh cowo yang ga punya hati, suka mainin cewe gitu aja. Mentang mentang punya muka ganteng semaunya sendiri mainin cewe. Dan bodohnya lagi udah tau Radit kaya gitu, mereka masih aja jadi fans beratnya dia." Cerocos Santika panjang lebar.

"Tapi, kenapa dia ke gue bisa baik banget gitu?"

"Yaelah biasa kali modusnya cowo." Della hanya membulatkan mulutnya membentuk huruf"o".

"Lo harus jauh dari dia Dell." Santika menepuk pundak kanan Della pelan.

"I know."

Kriing

Bel masuk telah bunyi semua siswa memasuki kelasnya masing masing. Guru mapel yang sangat tidak disukai banyak orang karena materinya yang rumit datang. Ya, dia Bu Dwi guru super galak mengajar di kelas Della.

"Siang anak anak." Sapa Bu Dwi dengan sopan.

"Siang juga Ibu." Jawab mereka serempak.

"Ibu ada tugas buat kalian kerjakan, materi tentang modus. Ada 30 soal nanti jam pulang tugas dikumpulkan di meja saya!" Jelasnya.

"Mengerti? Apa ada yang ditanyakan?"

"Belum Ibuu." Jawabnya serempak.

"Baik, karna Ibu sedang ada rapat Ibu akan tinggal kalian tapi tugas harus diselesaikan! Awas kalo ada yang tidak mengerjakan, Ibu kasih hukuman!" Bu Dwi melirik kedua insan Sandy dan Mukti.

"Weh eh weh... itu mata kenape liat ke kita ya Bu? Anda sedang menyindir?" Ucap Sandy dengan tatapan sinis.

"Nah itu kamu peka."

"Kalo ngomong langsung ke orangnya aja kale Bu, ga usah nyinyir segala dikira ga sakit ya dinyinyirin sama Ibu."

"Haha mulai deh dramanya." Ucap santika tertawa lepas.

"Yaelah Ibu, mainnya hukum hukuman mulu kapan baikannya si Bu?" Ucap Mukti.

"Ga cape apa ngukum mulu? Kita tuh disini belajar Ibu, bukannya cuma dikasih hukuman setiap kali kita ngelakuin kesalahan."

"Iya tuh Bu bener banget." Sambung Sandy.

"Kalian berdua tuh ya bikin Ibu naik darah mulu!" Bu Dwi mulai geram.

"Haha sans ae dong Bu." Sandy tertawa kecil.

"Siapa suruh naik darah, kenapa ga turun darah aja, wlee."

"Astaghfirullah sabar sabar, untung anak orang." Batin Bu Dwi sambil mengelus dadanya perlahan.

"Eh Ibu kenapa ngelus dada?" Tanya Mukti dengan polosnya.

"Itu tuh... pasti Ibu lagi istighfar ya kan Bu? Bhahaha keliatan banget asli Bu..." Timpal Sandy.

"Yang sabar ya Bu ngadepin mereka."

"Hadehh, bisa gila nih kalo disini terus." Gumam lirih Bu Dwi menggelengkan kepalanya pelan.

"Eh Ibu ngomong apa tadi Bu?"

"Ga." Jawabnya singkat.

"Oh gitu."

"Buset mulut kalian dari tadi ngoceh mulu, ga cape noh mulut?" Tanya Santika ke Mukti dan Sandy.

"Ga lah." Jawab mereka berdua secara bersamaan.

"Cie jodoh." Ledek Santika.

"Gue jodoh sama dia? Hih ngeri gue, maap maap nih ye gue ga homo!" Sahut Sandy tidak terima.

"Bener tuh." Sambung Mukti.

"Masa si?"

"Ap..." Sebelum Sandy dan mukti bicara lagi Bu Dwi terlebih dulu memotong pembicaraannya.

"Kalin tuh brisik banget dari tadi, sudah diam semua!" Perintah Bu Dwi dan semua murid pun diam.

"Nah kalo kaya gini kan Ibu seneng, aman damai ga ribut." Lanjutnya.

Bu Dwi berjalan kesetiap meja membagikan selembaran tugas untuk mereka kerjakan. Selesai membagikan, Bu Dwi pergi rapat diruang guru.

"Oke Ibu rasa udah cukup, sekarang ibu mau rapat. Silakan kalian kerjakan dengan benar."

"Iya Bu," sahut seluruh murid kelas XI Ipa 2.

"Ibu tinggal dulu ya, jangan brisik! Ga ada yang keluar kelas kecuali ada yang penting. Saya serahkan ke ketua kelas, kalo ada yang brisik atau keluar Ibu mau kamu catat nama mereka." Ujar Bu Dwi kepada ketua kelas XI Ipa 2.

"Ashiaapp Buu, dengan senang hati." Jawab ketua kelas dengan antusias.

"Ok Ibu tinggal ya, assalamu'alaikum." Bu Dwi melangkah ke ruang rapat.

"Wa'alaikum salam Buu." Sahut mereka dengan kompak.

"Ealah ini soal modus gimana kali ya, gue kan lemah bidang matematika." Cerocos Sandy menggaruk garukkan kepalanya yang tak gatal.

"Sama dong, gimana kalo kita nyari contekan sama anak baru itu." Mukti menunjukan dagunya ke arah Della yang tepat duduk disebelah mereka.

"Denger denger tuh anak jago matematika bang, coba deh lo pura pura so care gitu ke dia. Itung itung buat dapet contekan gaes." Mukti menaik turunkan kedua alisnya tersenyum lebar.

"Lo tau dari siapa?"

"Dari Ibu guru, tadi gue nguping sedikit pembicaraan mereka waktu di ruang TU."

"Oh gitu,"

"Wiss otak lo tumben encer ti biasanya juga lemot banget." Sandy menepuk bahu kiri Mukti mengejek.

"Anjay lo." Mukti menepis tangan Sandy dibahunya.

"Gue kemereka dulu sob." Sandy berjalan ke bangku Della.

Hehe maaf ya kalo feel nya ga dapet😂😂😂

Hampuraa🙏

Makasih yang udah mau Read Story ku..makin sayang dehh😘

RADELLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang