RIN : 31

2.4K 124 0
                                    

Happy reading

'Aku hanya bisa berharap sekarang. Lebih dari itu? Mungkin hanya sebatas khayalan.'
-Cel-

Bima hanya diam semenjak keluar dari ruangan rawat inap wanita yang ia sebut bibi itu. Sedangkan Rin sibuk menanggapi setiap ocehan dari mulut Lily. Mereka sengaja duduk di belakang dengan posisi Lily yang berbaring.

"Bun, kita bakal pulang ke rumah Bunda?" tanya Lily.

Rin tidak menjawab. Ia melirik Bima yang sibuk dengan jalanan. "Mas?"

Bima berdeham pelan lalu membuka suara. "Kenapa?"

"Bagaimana?"

Rin menganggap diam dari Bima adalah jawaban yang tak ia inginkan. Sedangkan Lily masih sibuk memberikan komentar terhadap apa yang ia lihat di sepanjang jalan.

"Kita pulang," ucap Bima membuat Rin tegang tiba-tiba.

Rin menggeleng lalu mengelus perutnya pelan yang tertutupi oleh hijab panjangnya. "Aku gak ma-"

Belum sempat Rin melanjutkan ucapannya, Bima lebih dulu menghentikan mobilnya di pinggir jalan.

"Apa yang kau inginkan?" tanya Bima dengan nada tak biasa.

"Bawa aku pergi, kemana pun. Asal tidak bertemu dengannya," jawab Rin cepat.

Terdengar dengusan pelan dari Bima. Ia mencekam setir mobil untuk menetralkan perasaannya.

'Apa aku tanya dengannya saja?'

Bima menoleh. "Aku akan ke warung itu sebentar. Jangan keluar," ucapnya lalu keluar menuju warung di seberang jalan.

Rin dan Lily hanya menurut. Mereka mengawasi langkah lelaki itu yang memasuki warung kecil di ujung jalan. Terlihat Bima yang tengah berbicara dengan seseorang lewat telepon dengan raut wajah serius.

'Apa jalanku untuk menjauh ini salah?' batin Rin yang kacau.

Lily yang mengantuk langsung menutup matanya dan terlelap ke alam mimpi dalam hitungan menit. Gadis berambut coklat itu sangat nyaman bersama Rin. Tak lama, pintu mobil terbuka dan menampilkan sosok Bima yang membawa sebuah kantong kecil.

"Minum untukmu," ucap Bima sebelum Rin membuka suara.

Rin hanya mengangguk. Ia mengusap kepala Lily dengan lembut. Bima menghidupkan mesin mobil dan melajukannya memutar arah tujuan.

"Mas, ini mau ke mana?" tanya Rin heran.

"Kau tak ingin pulang, kan?"

Tak ada jawaban dari wanita itu. "Ku anggap itu jawaban iya. Jadi kau akan ikut denganku," ucap Bima membelokkan mobil ke jalan raya.

"Tapi ke mana?"

"Ke tempat yang jauh. Hingga kau menemukan kebahagiaan dan arti penyesalan baginya."

***

Arkan memasuki kamarnya yang beraroma lemon. Lelaki itu membanting tubuhnya ke kasur dan langsung memandangi langit kamar berwarna hijau dominasi itu.

R I N ~ (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang