Happy reading
"Ibu istrinya Pak Bima, kan?"
Pertanyaan itu sama-sama menohok menurut Rin maupun Bima. Mereka sama-sama menatap satu sama lain dan tak lama kontak mata itu diputuskan oleh Rin.
"Kok malah malu-malu, sih? Benerkan?"
Ratna mengulangi pertanyaannya. Bima berdeham pelan lalu menyuruh Rin dan Ratna untuk duduk di kursi.
"Maaf, Ratna, Rin bukan istri saya, tapi hanya sekadar partner kerja," jawab Bima berbohong.
Rin menoleh ke arah Bima dengan tatapan binggung sekaligus malu. 'Duh, kenapa diajak ke sini sih? Pasti semuanya tahu sama Mas Bima,' batin Rin.
"Oh begitu, maaf. Jadi saya manggilnya apa?"
"Nama aja, Mbak," jawab Rin cepat.
"Kok manggilnya Mbak?"
Rin lagi-lagi kebingungan untuk menjawab pertanyaan dari Ratna. "Terus, saya manggilnya apa?"
"Kayaknya manggilnya Mbak aja deh, cocoknya gitu, daripada Adek," ucap Ratna tertawa.
"Iya, Mbak Ratna," balas Rin tertawa kecil.
"Oke, kalau gitu kayaknya yang lelaki lebih baik menjauh," sahut Bima berlalu menuju ke dalam rumah.
Ratna dan Rin hanya diam saling memperhatikan satu sama lain. Rin yang merasa canggung mencoba mengajak Ratna untuk ngobrol ringan.
"Hm, Mbak udah lama di sini?" tanya Rin.
"Mungkin sekitar 3 tahun lebih. Setelah ditinggal suami, saya memilih ikut bersama Bibi yang memang ada di sini sejak lama," jawab Ratna tersenyum. "Kalau kamu? Saya baru liat," lanjutnya.
"Gak usah terlalu formal, Mbak. Aku sebenarnya gak tahu kenapa diajak ke sini, tapi intinya mau ngilangin jejak."
Ratna memicingkan matanya. Rin hanya binggung dengan ekspresi wanita itu. "Jangan-jangan kamu teroris lagi," ucap Ratna lalu tertawa.
"Astagfirullah, bukanlah, Mbak."
Ratna masih saja tertawa menampilkan kerutan di pinggir matanya. Rasa nyaman hinggap di hatinya ketika kenal dengan Ratna, yang ia ketahui adalah janda anak satu yang tinggal bersama bibinya.
***
"Halo? Bagaimana? Kalian sudah jauh?"
"..."
"Bagus. Aku akan melakukan rencana selanjutnya."
"..."
"Maksudmu? Batalkan? Tidak-tidak, aku tidak mau. Kamu tahu bukan, aku sangat mencintai dia."
"..."
"Obsesi? Big no! He is mine!"
"..."
Tutt...
Sambungan panggilan terputus sepihak. Adel menggeram kesal lalu melemparkan HPnya ke kasur queenkize miliknya. Aroma mawar menyeruak ke dalam indra penciuman dengan tajam. Ia membuka pintu balkonnya yang langsung menghadap ke jalan raya.
"Obsesi? Tiga orang menyebut rasaku pada Faro itu hanya sekadar obsesi."
Rambutnya melayang-layang bebas karena terpaan angin malam yang sangat kencang. Baju kaos biru kebesaran yang ia kenakan melayang membuat dirinya seakan ingin terbang.
KAMU SEDANG MEMBACA
R I N ~ (Telah Terbit)
RomanceFOLLOW HAYUKKKKK. Nb: diterbitkan oleh NovelindoPublishing Sinopsis: Cinta itu bagaikan perahu di atas lautan. Entah dermaga mana yang akan disinggahi hingga menetap. Berlabuh pada dermaga hati yang salah adalah awal dari kisah mereka. Rin dan Fa...