Happy reading
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian yap:)
"Rin! Di mana Lily?!"Rin menoleh pada daun pintu. Ia mendengar suara Bima yang berteriak dari luar. Sesegera mungkin wanita itu menghapus air matanya dan membuka pintu kayu itu.
"Mas Bima? Kok udah pulang? Katanya minggu depan," ucap Rin tenang.
Bima tak menghiraukan ucapan Rin. Ia memasuki rumah dan membuka pintu kamar. Napasnya tersengal-sengal dan urat tangannya terlihat jelas.
"Mas, ada apa?" tanya Rin.
Bima menoleh. Ia masih belum menjawab. Ia duduk di kursi lalu mengacak rambutnya kasar.
"Maafkan aku, Rin. Aku merasa ini semua nyata," katanya pelan.
Rin terlihat binggung dengan perkataan Bima. "Nyata? Maksudnya, Mas?"
"Calon istriku ingin menyusul ke sini. Aku menceritakan aku senang dengan seorang anak kecil di sini, dan dia akan menggambil Lily. Aku tak mau."
'Calon istri?'
"Maaf, Mas. Mas akan menikah?"
Pertanyaan itu spontan keluar dari mulut Rin. Bima menjawabnya hanya dengan mengangguk pelan. Entah mengapa mendengar hal itu membuat Rin sedikit risih. Ia merasa tak enak dengan calon istri yang disebut Bima itu.
Melihat Rin yang hanya diam, Bima menoleh. "Sudahlah. Gak usah dipikirin. Ehm, Rin, bagaimana dengan kandunganmu? Ada masalah?"
"Tidak, Mas. Lihat, aku baik-baik saja."
"Baiklah. Kalau misal kau kurang nyaman dengan sesuatu, bisa beritahu pada Ratna, dia pasti bisa membantu."
Rin mengangguk. "Aku ke dalam. Melanjutkan masakanku."
Rin berjalan menuju dapur. Ia mencampurkan beberapa butir telur dengan tepung hingga menjadi adonan. Dari tempatnya sekarang bisa terlihat jelas pemandangan di belakang rumah itu. Sebuah kebun kelapa yang menjulang tinggi membuat pesona tempat itu semakin menawan.
Wanita itu melanjutkan pekerjaannya dan merapikan dapur itu. Beberapa menit kemudian dua toples berisi kue kering sudah terisi penuh. Rin menyimpan kue itu ke dalam lemari dan menghidangkan kue dengan bentuk lain.
Ia menaruh kue itu di atas meja, di hadapan Bima. Bima hanya memandangi kue itu tanpa berniat mencicipinya.
"Untuk apa?" tanyanya.
"Aku akan membawa kue ke rumah Bu Fizo nanti malam. Dan ini kuenya," jawab Rin lalu beranjak menuju kamarnya.
Di depan kue itu, Bima masih memandanginya dengan tatapan ragu sekaligus kagum. Selama hidupnya, hanya ibunya yang sering membuatkan kue kering seperti itu. Ia tak yakin wanita yang ia sebut calon istri itu akan memberikan layanan seperti ini kepadanya.
'Aku tidak tahu ini jalan yang benar atau salah. Aku hanya berharap akan ada titik terang di akhir cerita nanti.'
***
"Mama?"
Adel memasuki ruangan serba putih itu dengan langkah gontai. Ditutupnya kembali pintu transparan lalu berjalan menuju ranjang tempat mamanya berada.
"Kenapa kamu ke sini? Cari saja kebahagiaanmu sendiri!" sengit Heni yang membuat Adel terdiam dan memejamkan matanya.
"Maafkan aku, Ma. Aku harus bagaimana?"
Adel meletakkan kopernya di samping ranjang Heni. Setelah diusir secara tak terhormat dari kediaman keluarga An-nuh, Adel memutuskan untuk menjenguk mamanya di rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
R I N ~ (Telah Terbit)
RomantizmFOLLOW HAYUKKKKK. Nb: diterbitkan oleh NovelindoPublishing Sinopsis: Cinta itu bagaikan perahu di atas lautan. Entah dermaga mana yang akan disinggahi hingga menetap. Berlabuh pada dermaga hati yang salah adalah awal dari kisah mereka. Rin dan Fa...