RIN : 38

2.3K 120 3
                                    

Happy reading
Jangan lupa kasih bintang dulu ya

Bu Fizo menyambut kedatangan Rin dan Ratna dengan bahagia. Mereka dipersilahkan masuk dan langsung melangsungkan acara. Rin merasakan perutnya sakit mencoba bertahan menahan sakit dengan tetap tersenyum. Tepat di jam sembilan malam, Lily dan Shareen sudah tertidur di sofa rumah Bu Fizo, Rin merintih kesakitan yang membuat Intan-menantu Bu Fizo- langsung menjerit histeris.

"Ibu! Bapak! Mbak Ratna! Mbak Rin kesakitan!" teriak Intan membuat semua orang langsung mengerumuni Rin yang menahan sakitnya.

"Astagfirullah. Pak, ini gimana? Ratna, Rin sakit apa?" tanya Bu Fizo cemas.

"Dia hamil, Bu. Ayo kita antar ke bidan saja, Bu."

Akhirnya Rin dibawa ke bidan terdekat dan semuanya gelap.

***

Faro menatap laptopnya dengan teliti dan berusaha untuk tidak lalai untuk kesekian kalinya. Tiba-tiba Rangga datang dengan beberapa berkas di tangannya yang langsung ia berikan pada Faro.

"Apa ini?" tanya Faro yang membuka berkas itu. Matanya melotot melihat isi berkas itu.

"Apa maksudnya ini, Rangga?"

"Kurasa Rin sudah dibawa ke luar negeri. Aku dan tangan kananku tidak menemukan di titik terkecil di Indonesia. Semuanya sudah dicari karena tidak mungkin Rin masuk ke daerah orang lain tanpa identitas, bukan?"

'Luar negeri?'

"Aku tidak yakin dia mampu ke luar negeri. Hatiku masih berbicara Rin ada di dekatku," cicit Faro pelan, bahkan sangat pelan di kalimat terakhir.

Rangga menduduki sofa abu yang tak jauh dari meja Faro. Ia terlihat berpikir keras dengan mengenggam ponselnya. Tiba-tiba ingatannya berputar saat bertemu Adel di sebuah toko bersama seorang lelaki.

"Rangga, bagaimana kondisi Ifah? Kapan dia akan melahirkan?" tanya Faro tiba-tiba.

"Mungkin sekitar tiga bulan lagi. Ini memasuki bulan ke-6," jawab Rangga. "Far, kamu mengenali salah satu kerabat Adel?"

Kening Faro mengernyit heran. "Tidak. Selama aku mengenal dirinya, dia tidak pernah bertemu dengan keluarganya."

Baru saja Rangga ingin membuka suara, tapi lebih dulu oleh Faro yang langsung memasuki kamar mandi yang ada di ruangannya. Faro memuntahkan semua isi perutnya dan keluar dengan keadaan lemas.

"Far, kamu sakit?" tanya Rangga.

Faro menggeleng. Lalu mencuci mukanya. Pikirannya sudah melayang entah ke mana. Ia menatap pantulan dirinya di cermin yang menampilkan kembaran dirinya. Badan tegap, rahang tegas, rambut kecoklatan, mata tajam, dan senyum menawan. Semua itu berhasil ia dapatkan. Tapi ia merasa ada yang kurang ketika istri sahnya meninggalkannya selama hampir satu bulan itu.

Prang!

Bingkai foto pernikahannya dengan Rin tiba-tiba terjatuh sendiri. Tak ada angin, tak ada senggolan, malah terjatuh sendiri. Rangga mengernyit binggung. Sedangkan Faro hanya diam merasakan desiran aneh di dalam tubuhnya.

'Kenapa ini? Apa yang terjadi padanya?'

***

R I N ~ (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang