Happy reading
"Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka (isteri-isteri kamu), (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (QS. An-Nisa': 19)
Pagi ini, tampak Faro yang mengenakan pakaian kasualnya dan duduk santai di balkon rumahnya. Ia memandangi halaman luas di depannya dengan semua angan dan khayal. Langkahnya membawanya menuju laci meja di samping ranjang. Sebuah foto lagi-lagi membuatnya semakin bersalah. Tak tahan melihat foto itu, ia menyimpannya kembali dan berjalan menuju pintu kamar. Baru saja ia ingin memutar knop pintu, seseorang sudah duluan membukanya dari arah luar.
"Kak, Kakak turun dulu kata Mama," ucap Tamy dengan nada tak biasa.
Faro tau apa sebab adik kecilnya menjadi seperti itu. Ia hanya mengangguk dan menutup pintu lalu mengikuti langkah Tamy menuju ruang keluarga yang ada di dekat ruang tamu. Faro duduk di hadapan mamanya dengan menundukkan kepala.
"Far, ada tanda-tanda tentang Rin?" tanya Tian tanpa menoleh pada Faro.
"Belum, Ma."
Terdengar dengusan pelan dari Tian yang sedari tadi hanya memperhatikan televisi. Tayangan tentang animasi dua anak kembar botak itu dalah film favorit Tamy. Dan itu mengingatkannya pada Rin, orang yang selalu menemani Tamy bila bosan di rumah dan menonton animasi itu.
"Ma, di rumah ini-"
Ucapan Faro terpotong karena bentakan dari luar rumahnya. Tiga pasang mata itu langsung menoleh dan meihat apa yang terjadi di depan.
"Pergi! Kamu tidak pantas di sini!"
Rangga membentak seorang wanita yang tengah membawa sebuah koper berwarna merah muda. Faro hanya diam sedangkan Tian dan Tamy kebingungan dengan wanita itu.
"Tolong. Berikan aku kesempatan untuk menje-"
"Apa?! Tidak ada yang perlu dijelaskan. Semuanya sudah jelas! Kamu yang membuat Rin pergi!"
Muka Rangga sudah merah padam karena berusaha menahan emosi pada wanita di depannya itu. Faro menahan bahu Rangga agar tidak kelepasan untuk melakukan hal yang lebih dari itu.
Tian mendekati wanita itu dan menyiratkan sebuah kebingungan. "Siapa dirimu?" tanya Tian dengan nada tenang.
"Adel. Adelia Tiara Ferlos."
Seketika tubuhnya merasa lemas dan ingin memuntahkan semua isi perutnya setelah mendengar Adel yang menyebutkan nama lengkapnya. Tamy memilih masuk ke dalam rumah tanpa pamit pada siapapun yang ada di sana.
"Untuk apa kamu ke sini?" tanya Tian lagi.
"Berikan aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Aku akan menggantikan posisi Rin di kehidupan Faro."
***
Kebahagiaan menurut Ratna adalah hari libur. Di mana semua orang berkumpul di balai pertemuan untuk mendengarkan pidato dari sang ketua di sana. Begitupun dengan Rin dan Lily, mereka akan ikut dengan Ratna karena mengingat Bima yang tidak ada di rumah. Sharren, anak Ratna tidak ingin ikut dengan alasan ingin mengerjakan tugasnya.
Lily tampak mengenakan baju putih yang dipadukan dengan celana abu muda dan topi berwarna abu tua. Itu adalah baju yang baru dibelikan oleh Bima di sebuah pusat pembelanjaan di kota saat itu. Ratna dan Rin sama-sama mengenakan dress biru panjang lengkap dengan hijabnya.
"Mbak, kenapa gak pake hijab setiap hari?" tanya Rin.
Ratna menoleh. "Percuma, Rin. Mungkin gak bakal yang ada mau anggap Mbak ada," jawab Ratna dengan nada lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
R I N ~ (Telah Terbit)
RomanceFOLLOW HAYUKKKKK. Nb: diterbitkan oleh NovelindoPublishing Sinopsis: Cinta itu bagaikan perahu di atas lautan. Entah dermaga mana yang akan disinggahi hingga menetap. Berlabuh pada dermaga hati yang salah adalah awal dari kisah mereka. Rin dan Fa...