RIN : 32

2.4K 131 2
                                    

Happy reading

"Mama kenapa sih masih nekat jodohin aku sama Bima?!" bentak Adel dalam ruangan putih dominasi itu.

Heny hanya diam. Ia memilih menghadap ke arah lain daripada meladeni anak perempuannya yang sudah ia anggap gila itu.

"Ma, jawab!"

Heny masih diam sembari menahan sakit di arah perutnya. Wanita paruh baya itu sudah menahan mati-matian agar tidak meledakkan emosinya dan akhirnya penyakit yang ia derita kembali kambuh.

"Ma, please, aku tuh cintanya sama orang lain, bukan Bima."

"Dan kamu tahu artinya itu? Kamu sama saja menyakiti dua hati dan memilih mencari kebahagiaanmu sendiri," ucap Heny cepat.

Adel terdiam. Matanya sudah berlinang. "Aku gak bisa menerima Bima, Ma," cicit Adel pelan.

Ia memejamkan matanya dan merasakan sakit di hatinya. Tubuhnya melemas dan terduduk di ruangan itu.

"Kamu masih belum mengerti? Faro sudah memiliki istri, dan sekarang istrinya pergi karena melihat kamu ada di ruangannya. Apa itu masih tidak kamu mengerti?!"

Adel terlonjak kaget mendengar bentakan Heny. Terlihat kobaran kekecewaan dari sorot mata Heny yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

"Kamu sama seperti merpati yang mencuri sarang burung lain sedangkan kamu sudah memiliki sarang yang kamu buat sendiri," ucap Heny.

"Mak-sud Mama?"

Heny mengembuskan napas kasarnya. "Bima yang lebih dulu datang ke kehidupanmu, dan dia yang sangat mengerti dirimu. Sedangkan Faro? Bahkan kamu dulu lebih memilih Bima saat lelaki itu melamarmu. Sekarang kenapa kamu anggap Bima hanya pelampiasan dan mengaku kalau hatimu dan cintamu hanya untuk suami orang lain, Adel? Mama yakin kamu itu hanya terobsesi pada Faro."

Adel lagi-lagi terdiam. 'Sudah dua orang yang memberikan kata-kata obsesi padaku, apa arti ini?' batin Adel gelisah.

"Pikirkan, Nak. Kamu pernah merasakan sakit dan jangan terulang lagi karena kesalahan yang sama."

***

"Bunda!"

Lily menjerit dari kejauhan. Terlihat ia membawa beberapa tangkai bunga berwarna-warni lalu menuju ke arah Rin yang duduk di kursi taman dan Rin tahu itu adalah bunga Lily.

"Dari mana kamu dapat bunga itu?" tanya Rin memperhatikan sekitarnya.

Lily menunjuk beberapa tanaman bunga di pot bunga lily besar yang lumayan jauh dari arah mereka. Ia tersenyum menunjukkan lesung pipi di sebelah kirinya.

"Sewaktu aku memulung, aku pernah melihat bunga ini," ucapnya.

"Apa namanya?"

"Namanya lily, sama seperti namaku," jawabnya tertawa kecil.

Rin ikut tertawa. "Tahu dari mana?"

"Temanku yang memberitahu."

Bima datang dari arah berlawanan dan membawa beberapa paper bag berkarakter disney.

"Ayo kita berangkat lagi," ucapnya tersenyum.

"Ke mana?"

R I N ~ (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang