RIN : 33

2.3K 124 1
                                    

Happy reading

Rangga memperhatikan penampilan Faro yang semakin hari semakin tak karuan. Ia meringis pelan ketika melihat sebuah luka yang cukup parah di lengan pria itu karena pernah mencoba bunuh diri.

"Mas? Gimana kondisi dia?"

Rangga menoleh dan menemukan istrinya yang berjalan mendekat padanya. Sangat terlihat bila Ifah sangat malas untuk menemui lelaki yang ada di dekat Rangga.

"Fah, kamu ngapain? Lebih baik kamu istirahat aja," ucap Rangga memegang pundak istrinya.

Ifah menggeleng. Ia memilih duduk di sofa berwarna peach itu dan diam menatap ke depan. Rangga mengikutinya duduk dan memperhatikannya dari samping.

"Fah, kamu jang-"

"Mas, aku gak sanggup kalau Rin terlantar di luar sana, atau dia diculik? Dijual ke luar negeri? Jadi TKW? Dia itu gak bersalah, Mas. Yang bersalah tuh di-"

Rangga memotong ucapan Ifah dengan meletakkan telunjuknya di bibir tipis wanita itu. "Kamu tahu kenapa Rin pergi?" tanya Rangga mendekat.

Ifah menggeleng. Ia menghadap ke arah suaminya dan menunggu ucapan Rangga selanjutnya.

"Karena dia udah terlalu kuat, makanya dia pergi."

"Dia gak pergi! Walaupun dia kuat, dia gak bakal tahan, Mas."

Ifah meninggikan suaranya dan berdiri. "Mas, mulai malam ini aku mau tinggal sama Bu Nafi," ucapnya santai.

Rangga menganga lebar. "Kam-u ben-eran?"

"Iya, Mas. Buat aku bohong?"

Rangga menggeleng. Ia menggengam tangan Ifah erat. "Fah, ingat sama anak kita, kenapa harus di rumah Rin?"

"Karena aku pengen. Ralat, dedeknya pengen," gurau Ifah mengelus perutnya.

Rangga mengusap wajahnya kasar. Jas yang ia kenakan dilemparnya ke sembarang tempat dan menatap ke arah istrinya dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Ifah yang merasa aura berbeda langsung menoleh pada suaminya.

"Mas? Mas kenapa?" tanya Ifah was-was.

Rangga tak menjawab. Ia mendekat ke arah Ifah sembari tersenyum.

"Mas, kamu kenapa?" tanya Ifah, lagi.

Rangga semakin dekat. Saat benar-benar di hadapan Ifah, ia tertawa puas.

"Kamu kenapa?" tanya Rangga gemas.

"Kok malah balik nanya?"

"Aku kangen sama kamu yang cerewet. Sekarang kamu udah cerewet lagi, aku suka," ucap Rangga yang membuat pipi Ifah bersemu.

"Udah ah. Aku pulang ya, assalamu'alaikum."

"Iya, Sayangku, hati-hati. Wa'alaikumsalam."

Ifah mencium tangan Rangga dan keluar dari ruangan itu. Pikiran Rangga semakin bercabang-cabang entah kemana. Ia mengacak rambutnya sendiri dan mengembuskan napas beratnya.

"Ri-n?"

Rangga menoleh dan mendekati Faro yang menyebutkan nama Rin. Mata lelaki itu masih tertutup. Suhunya yang panas membuat kondisi lelaki itu tak normal.

"Benalu itu akan bermain dengan mudah sebelum ini, tapi tidak dengan setelahnya!"

***

"Lily, kamu di mana, Nak?"

Rin menyusuri pantai yang ada di hadapannya. Ia meneriaki nama Lily yang tak ada di rumah semenjak memasukkan barang ke rumah.

R I N ~ (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang