Sebelum baca, yuk kasih vote dulu. Dan setelah baca jangan lupa tinggalin pendapat ya!
Oh, iya, tolong koreksi typo juga ya!
Terima kasih
Selamat membaca!
Matahari sudah sampai puncak kepala ketika Aqueena membuka matanya. Perasaan hampa merundunginya setelah kejadian tadi malam. Aqueena tak tahu kenapa dia bisa sampai tidur begitu lelap padahal kejadian tadi malam cukup membuat hatinya hancur. Dugaan Aqueena, mungkin saja Nenek dan Papa Harry memberikan obat tidur padanya seperti dulu.
Aqueena menatap hamparan kamar yang ditempatinya sekarang ini. Mereka masih berada di villa milik keluarga Jimmy, terbukti dari pemandangan kamar yang nampak tak bersahabat, tak seperti kamarnya yang cukup membuatnya merasa nyaman ketika terbangun di pagi hari.
Aqueena kembali teringat kejadian tadi malam ketika dirinya mengamuk mempertanyaan keberadaan mamanya. Gadis itu kembali terbayang ucapan Bella yang mengatakan bahwa pendonor ginjal untuk gadis itu adalah Mamanya. Jika benar demikian, apakah Mamanya sudah meninggal? Mereka semua tak memberikan penjelasan yang pasti.
Ketika Aqueena bertanya pada Papa Harry beserta Nenek Minora yang sedang berdiskusi di ruang tamu, mereka malah menyuruhnya tenang sementara dirinya tengah dirundung amarah. Aqueena tahu ucapannya tadi malam sarat akan emosi hingga dirinya tanpa sadar memecahkan piring yang berada di atas meja beserta membalikkan meja hingga kacanya pecah.
Aqueena juga masih ingat dia—astaga!! Apa yang dilakukan Aqueena tadi malam? Aqueena yakin, tadi malam dia menyentuh sofa disaat amarahnya berada di puncak. Dan Aqueena juga masih ingat seketika sofa yang disentuhnya berubah menjadi batu yang kemudian retak dan bertebaran di udara bak debu yang hilang bersatu dengan udara.
Tetapi tunggu, apa itu semua mungkin?
Menurut ilmu sains yang dipelajarinya selama ini, suatu materi memang bisa dirubah melalui reaksi kimia. Namun, kejadian saat dirinya mengubah sofa menjadi batu sepertinya itu mustahil mengingat material yang menyusun sofa jauh berbeda dengan material yang menyusun batu. Yang paling anehnya, batu yang berubah itu malah retak dan hancur bertebatan menjadi debu. Bukankah hal ini terlalu mustahil? Aqueena 'kan bukan Jaw Crusher.
Tak mungkin ada hal seperti itu di dunia nyata ini, apalagi dunia seperti film fantasi kesukaannya seperti Harry Potter, Wonderland, bahkan Neverland tak pernah ada di dunia ini. Semua itu Cuma karangan semata dan Aqueena tahu dunia ini masih waras.
Ah, mungkin itu Cuma halusinasi Aqueena saja. Sudah lama dirinya tak berhalusinasi liar seperti itu.
Disaat renungan panjangnya masih berlanjut, ekor mata Aqueena menangkap sesuatu dari sudut ruangan yang membuat gadis itu refleks mengarahkan pandangannya ke pojok ruangan. Aqueena tak lagi terkejut melihat sesuatu yang bergerak secara cepat ke sudut ruangan karena sedari dulu gadis itu terus melihat adanya bayangan yang mengikutinya. Aqueena mendapati seorang gadis berambut merah berdiri di dalam asap merah yang menyembur entah dari mana. Aqueena masih ingat dengan perempuan itu yang selalu memasang wajah pilu ketika menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Magic Stone: Red Pearl
FantasySeason 2 dari seri 'Magic Stone' ______ __ _ Dia... Siapa sangka, dia...belum pergi! -Arthur- ___ ____ ______ ©Copyright 2018