Sebelum baca, vote dulu ya 😊 dan tinggalin komentar setelah baca
Happy reading
Koreksi typo ya 😉
Suasana hening ketika Aqueena bersama Bella menunggu di depan ruangan berpintu kaca buram di sebuah rumah yang tak dikenalinya. Sejak tadi, Aqueena tak hentinya menangis memikirkan nasib Arthur yang berada di dalam sana. Entah apa yang akan tejadi selanjutnya, Aqueena hanya bisa mempasrahkan diri. Ya, seharusnya sejak tadi Aqueena melakukannya. Namun, entah kenapa mendengar kata ikhlas atau pun pasrah membuatnya semakin terluka.
Tak seharusnya Aqueena seperti ini. Bukan hanya sekali Aqueena menyaksikan korban luka tembak yang meninggal di tempat. Bahkan Aqueena bersama professor pernah menangani teroris yang meninggal karena tembakan. Biasanya, Aqueena hanya menundukkan kepala saat pasiennya dinyatakan meninggal. Namun entah kenapa kali ini Aqueena merasa tak ikhlas, walaupun Arthur bukanlah pasiennya.
"Nana kau tenangkan dirimu?" Bella menegur. Sedari tadi Aqueena dirundung kegelisahan. Dia terus saja berjalan bolak-balik sembari menggigit kuku jarinya dan bergumam. Air matanya pun tak henti menetes. Sesekali dia mengcek kaca pintu yang digunakan sebagai ruangan operasi.
Aqueena tak tahu apakah ruangan itu bisa disebut ruang operasi. Pasalnya, ruangan itu bukanlah berada di rumah sakit, melainkan di sebuah mansion mewah.
Sejak kedatangan Orlando dan Bella, tiba-tiba saja Orlando membawa mereka berteleportasi ke hutan belantara yang tak ada cahaya. Seketika itu juga, baik Aqueena maupun Bella serempak memuntahkan isi perutnya ketika Orlando berhasil mendarat mulus sembari menggendong Arthur.
Ketika ditanya, dia akan membawa Arthur ke mana, Orlando hanya menjawab, "Ke rumah teman lama." Setelahnya, baik Aqueena maupun Bella tak ada yang bertanya ketika Orlando mengeluarkan sebuah papan aneh yang memiliki sayap di kedua sisinya.
Namun, Aqueena tak bisa menahan tanyanya ketika Bella juga mengeluarkan papan aneh itu. Tetapi baik Bella maupun Orlando tak ada yang mau menjawab. Mereka hanya menginstruksikan Aqueena untuk naik ke papan itu bersama Bella sedangkan Orlando membawa tubuh Arthur.
Papan itu tiba-tiba terbang ketika Bella menaikinya hingga membuat Aqueena refleks memeluk Bella untuk berpegangan. Aqueena benar-benar dibuat terkejut karena papan itu terbang terlalu cepat seperti menginjak gas hingga mencapai kecepatan 200 km/jam.
Aqueena sampai melupakan kecemasannya akan Arthur yang terkena tembakan. Gadis itu hampir tak mengingat apa-apa selama perjalanan selain lautan yang luas. Setelah sampai Aqueena malah memuntahkan isi perutnya bahkan pingsan sesaat dan bangun langsung teringat Arthur hingga berakhir duduk di depan sebuah ruangan operasi. Gadis itu merasa sedikit femilier dengan ruangan dan juga mansion ini. Namun dia tak terlalu memikirkannya lantaran cemas memikirkan Arthur.
"Bagaimana aku bisa tenang! Arthur sedang..." Aqueena lagi-lagi meneteskan air mata.
"Iya, aku tahu kau mengkhawatirkan Arthur, tapi kau harus tenang. Mereka semua orang hebat. Mereka pasti bisa menolong Arthur." Bella berusaha menenangkan, namun Aqueena tak kunjung berhenti. "Kalau kau terus seperti ini, nanti kau yang—"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Magic Stone: Red Pearl
FantasySeason 2 dari seri 'Magic Stone' ______ __ _ Dia... Siapa sangka, dia...belum pergi! -Arthur- ___ ____ ______ ©Copyright 2018