14. The Red Dress

4.5K 460 140
                                    

Sebelum baca, jangan lupa di kasih ✩ dulu. Dan setelah baca, kasih pendapat kalian ya buat chapter ini.

Tolong koreksi typo juga, ya 😊

Selamat membaca!

Menunggu adalah sesuatu yang sangat membosankan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menunggu adalah sesuatu yang sangat membosankan.

Tak salah ungkapan yang menyatakan bahwa menunggu adalah sesuatu yang sangat menyebalkan. Begitulah yang dialami Aqueena hari ini. Menunggu Jimmy di kantin jurusan membuatnya harus rela menjadi bahan obralan. Bukan obralan barang bekas, maksudnya Aqueena harus rela membagikan nomor ponselnya pada setiap lelaki yang datang menghampirinya.

Menolak? Sayangnya Aqueena tak ingin melakukannya karena kebanyakan dari mereka yang menghampirinya punya wajah di atas rata-rata. Kalau ditolak mentah-mentah 'kan sayang wajah tampannya. Bisa melihat wajah tampan setiap hari adalah berkah yang didambakan setiap kaum wanita, tak terkecuali Aqueena.

Seperti sekarang, salah seorang lelaki berpostur tinggi, tampan tak bisa dipungkiri lagi, dan yang terpenting dia adalah salah satu dari beberapa lelaki terseksi di seantero kampus menghampiri Aqueena dengan alasan tidak ada kursi kosong lagi. Aqueena tahu tabiatnya hanya dengan sekali lirik, dia hanya ingin modus mendekati Aqueena agar disangka lelaki beken yang tak pernah ditolak gadis cantik alias tergolong keren. Padahal dia tahu bahwa dirinya takkan bisa menaklukkan Aqueena, namun sepertinya lelaki itu tak kenal menyerah. Dia terus memancarkan aura mempesona dengan senyuman dan wangi parfum.

Aqueena tak pernah bosan jika yang mendekatinya adalah lelaki berwajah sempurna, maksudnya sempurna di matanya. Dia rela memberikan nomor ponselnya dan diajak jalan meskipun sebenarnya kadar jam kosong yang dimilikinya sangat tipis, dan kalau ketahuan Papa Harry, sudah pasti Aqueena akan diomeli dan lelaki yang mendekatinya akan masuk daftar hitam.

Tetapi untuk saat ini, Aqueena tak punya nafsu untuk mengencani lelaki tampan, persis seperti nafsu makannya yang berangsur kurang. Karena itulah, Aqueena memilih berdiri dan pergi dari sana.

Sejak mengetahui Mamanya sudah meninggal, Aqueena tak pernah lagi pulang ke rumah. Dia belum ingin menemui semua orang. Aqueena butuh waktu untuk mencerna semua ini dan berdamai dengan kenyataan.

Hari ini dia berjanji bertemu Jimmy di kantin fakultasnya. Sebenarnya Aqueena tak ingin bertemu Jimmy, namun dia tak bisa menolak karena Jimmy menghubungi berulang kali. Dan setiap chat yang dikirim Jimmy padanya selalu berisikan hal sama, yang tak lain isinya 'Aqueena harus menyelamatkan dia'. Aqueena tak mengerti, siapa yang harus diselamatkannya? Apa mungkin Jimmy minta diselamatkan? Memangnya Jimmy sedang dalam masalah? Untuk mengetahui pastinya, Aqueena terpaksa menghubungi Jimmy dan meminta bertemu seusai kuliah hari ini.

Namun nyatanya, tukang ngaret tetap saja ngaret. Sejak dulu Aqueena selalu pasrah dengan kelakuan Jimmy yang tak pernah tepat waktu. Dia selalu saja membuat Aqueena menunggu. Sementara Aqueena tak suka menunggu, karena itulah Aqueena selalu mau ditemani lelaki modus agar dia tak kesepian menunggu. Dan mungkin karena itulah selama ini dia dianggap playgirl, padahal sebenarnya maaf-maaf saja, Aqueena bahkan belum pernah pacaran. Dia hanya mau dimodusin lelaki, tidak lebih. Dan dia hanya ingin bersenang-senang karena selama ini Bella dan Papa Harry selalu sibuk dengan urusan masing-masing.

The Magic Stone: Red PearlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang