CHAPTER 2 [ Selamat datang ]

61 5 0
                                    


Sinar mentari sudah menerobos masuk ke dalam kamar melewati sela-sela tirai.
Seorang wanita membuka tirai itu perlahan hingga sinar matahari itu seutuhnya masuk ke dalam kamar.

“Huuhh... Siapa sih yang ganggu!” kesal pemilik kamar mengibaskan selimut yang sejak semalam membalut tubuhnya kasar.

“Maaf neng ini mbak Ratna. Neng, sarapan sudah siap di bawah, saya permisi keluar,” ucap asisten rumah tangga itu lembut. “Tolong bawa sarapan saya kemari!” Pinta si gadis pelan.

“Tapi neng, tuan meminta saya untuk mengajak neng sarapan bersama di meja makan,” jawabnya menyampaikan amanat tuannya.

Gadis itu langsung turun dari ranjang dan berkata, “Sampaikan ke tuan, bahwa saya tidak akan makan semeja dengan mereka!” Kinal menyambar handuk di gantungan baju lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah mendengar ucapan si gadis, asisten itu pun keluar kamar dan menyampaikan pesan si gadis.
Tak lama setelah itu, gadis itu pun turun dari kamarnya mengenakan pakaian rapi dan sling bag putih yang tergantung di bahunya. Dengan santainya dia melewati meja makan tanpa  melirik ataupun sekedar berpamitan. Asisten Rumah Tangganya yang sudah membawa nampan berisi nasi dan air minum mengurungkan niatnya untuk melangkah ke arah kamar gadis itu.

“Kinal mau ke mana kamu?” tanya Surya masih dengan sendok dan garpu di tangannya.

Seorang laki-laki berusia sekitar 21 tahun hanya melirik gadis yang tengah acuh dengan ucapan ayahnya. “Bukan urusan Anda,” jawabnya sewot.

“Kinal.!!” meninggikan suara dan hampir bangkit dari tempat duduknya.

Namun seorang wanita menahan lengannya. Wanita itu bangkit dan mendekati Kinal. Menahan bahu gadis itu, “Nal, sarapan dulu yuk. Mama udah masakin masakan kesukaan kamu.” “Huuhh..” mendengus risik.

“Maaf, Anda tidak perlu mencari perhatian dari saya. Seribu kalipun Anda mencari perhatian dari saya, saya tidak akan peduli dengan Anda!” meninggalkan wanita itu begitu saja keluar rumah.

Melihat anak majikannya keluar dari rumah, seorang sopir yang tengah duduk menikmati secangkir kopinya langsung berdiri.
“Maaf neng, neng mau ke mana biar saya antar,” tanyanya sopan.

“Ngga perlu mang, saya bisa pergi sendiri!” jawabnya lembut sambil tersenyum manis.

“Sungguh, neng?” tanyanya lagi tak yakin.
“Benar. Mang," ucapan Kinal tergantung seolah tengah mengingat sesuatu.
"Mang Ojo," ucap laki-laki itu kemudian.
"Iya, mang Ojo antar papa saja, mungkin dia ingin pergi menemui kliennya untuk meeting!” kata Kinal.

“Tapi hari ini bapak tidak ada acara, lagi pula bapak biasa diantar mang Asep.”

“Ngga usah mang, biar saya pergi sendiri saja. Saya butuh waktu sendiri.” pergi keluar gerbang dengan berjalan kaki.

Turun dari taksi, Kinal langsung masuk ke dalam kafe memesan sandwich dan segelas jus.
Belum habis dia menikmati sarapannya pagi ini, dua orang laki-laki duduk di mejanya, mengganggu dan mencoba menggodanya.

“Sendirian aja. Boleh dong kita berdua temani. Kayanya kita perlu kenalan deh, bolehkan kita tahu nama kamu!” melontarkan senyuman brengsek.

“Maaf saya tidak punya waktu untuk meladeni kalian, lebih baik kalian pergi!” ia pun menyudahi sarapannya, meninggalkan beberapa lembar uang puluhan di atas meja.

Di sisi lain, ada seorang cowok yang memperhatikan tingkah dua laki-laki itu pada si gadis.

Kinal keluar dari kafe itu terburu-buru, tapi dua orang laki-laki tadi masih saja mengikutinya.
“Minggir, atau saya akan teriak!” ancam Kinal pada dua orang laki-laki tadi. "Sombong amat!!"

The Treason love "Ketika Cinta Tak Selamanya Tulus"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang