CHAPTER 13 [Satu Hari Bersama Rendra Part 2]

7 1 0
                                    


Selepas membeli tiket, mereka berdua masuk ke Dufan bersisihan. Karena hari ini weekend jadi cukup ramai pengunjung yang datang.
Rendra yang sejak tadi menenteng kamera di pundaknya kinipun mulai menggunakannya untuk mengabadikan moment bersama Kinal.

“Hi..”, mengarahkan kamera ke wajah Kinal. “Please, Ren. Aku lagi nggak mau buat vlog. Aku ingin menikmati suasana ini untukku sendiri, tanpa membagikannya pada orang lain.”, mengarahkan telapak tangan kanannya menutupi lensa kamera Rendra.

“Aku juga sama. Aku ingin mengabadikan momen indah dalam hidup ku hanya untuk diriku sendiri. Karena mungkin semua ini tak akan pernah terulang lagi.”, tukas Rendra.

Melihat Rendra yang begitu bahagia hari ini, Kinal tak ingin merusak mood cowok itu. Lantas ia merampas kamera Rendra, menggunakannya untuk selfie dengan background komidi putar.
Ia melepaskan ekspresi bahagianya bebas. Hingga cowok itu berusaha merampas balik kamera miliknya.

Lelah menaiki hampir semua wahana bermain yang ada selama seharian, mereka memutuskan untuk mampir nonton film di salah satu bioskop yang berada di sebuah mall Jakarta.

Rendra melirik jam tangan yang terkait di pergelangan tangan kirinya. “Masih ada waktu satu jam sebelum nonton, gimana kalau kita makan dulu, Nal?”, menyadari tak ada jawaban dari Kinal. Ia menengok seseorang di sebelahnya. Namun perempuan di sebelahnya bukanlah Kinal, melainkan sekarang wanita paruh baya yang tengah menggandeng anaknya.

“Nal..”, panggil Rendra sedikit berteriak pada gadis yang tengah berjalan tergesa-gesa ke arah lift. Cowok itu juga ikut berlari, mendapati pintu lift yang sudah tertutup, gadis itu segera berlari ke arah eskalator yang tak jauh dari lift itu berada. Sembari masih melirik lift yang tengah turun, Kinal berlari menuruni eskalator.

Rendra berusaha mengejar gadis itu di antara banyaknya pengunjung yang berlalu lalang.
Lift itu berhenti setelah turun dua lantai dari lantai sebelumnya. Kinal menghampiri lift tembus pandang itu dan menahan pintunya dengan kedua tangannya ketika pintu itu bersiap untuk menutup kembali.

Seolah tengah mencari seseorang dan tidak menemukannya, Kinal meminta maaf pada pengunjung lain dan melepas kedua tangannya dari pintu lift.

Kinal berbalik badan dan mendapati Rendra berada persis di depannya sekarang. “Sebenarnya ada apa sih?”, Kinal hanya menggeleng.

“Kamu pasti capek, kalau gitu kita pulang aja, nggak usah nonton.”, putus Rendra cepat.

“Aku nggak apa-apa, cuman ngerasa lihat seseorang yang aku kenal. Tapi ternyata nggak ada, mungkin aku salah lihat. Kamu mau makan kan, yuk kita makan.”, ajak Kinal.
Rendra tetap diam di tempat, “Nggak, mending kita pulang aja. Kayaknya kamu perlu istirahat.”

Kinal menatap manik mata cowok di depannya lamat-lamat. “Ren, aku ngga apa-apa. Aku salah lihat mungkin karena kita belum makan.”, tertawa renyah. Akhirnya sekali lagi Rendra luluh karena ucapan gadis itu, “Oke.”

Mereka berdua masuk ke salah satu kafe yang tak jauh dari tempat lift tadi. Ketika mereka akan bermaksud memesan menu di meja pemesanan, mereka mendapati dua orang remaja seumuran mereka baru saja memesan menu.

Empat pasang mata saling berhadapan, raut wajah yang sama-sama terkejut membuat suasana menjadi kaku.

“Juna.”, ucap Kinal pelan.



“Rendra.”, ucap seorang gadis yang datang bersama seorang cowok yang baru saja Kinal sebut namanya.


Gadis yang datang bersama Juna segera menarik tangan Rendra untuk menjauh dari Kinal dan Juna.

“Apaan sih, Syif. Aku datang sama Kinal ya.”, ujar Rendra melepas tangan si gadis yang menggenggam tangannya erat ketika mereka sudah cukup jauh dari dua remaja tadi.

Rendra bermaksud kembali ke kafe di mana Kinal berada.
Namun sekali lagi gadis itu mencekal tangannya erat, “Ren.” Rendra melirik tangan si gadis yang melingkar di pergelangan tangannya.

“Kamu kenal dia, tapi kamu nggak tahu siapa dia? Gadis itu pacarnya Arjuna.”, jelas gadis itu penuh penekanan. Betapa kagetnya Rendra mendengar ucapan gadis di depannya itu.


💎💎💎


Kinal dan Juna duduk berhadapan di meja kafe yang sebelumnya akan diduduki Juna dan temannya. Mereka hanya saling diam cukup lama tanpa obrolan, hingga seorang pelayan membawakan dua gelas ice coffee americano mencairkan suasana.

“Diminum, Nal.”, ucap cowok itu kemudian.

“Ini bukan pesananku.”, jawabnya cepat. “Itu kesukaan kamu kan, lagian dia ngga akan keberatan kalau pesanannya untuk kamu.”

Kinal meraih gelas di depannya ragu, lalu menyesap sedikit isinya. “Jadi yang kemarin aku lihat di sekolah dan tadi di lift memang kamu ternyata.”, membuang napas lega.

“Maksud kamu sekolah?”, heran Juna. “Aku paham sekarang, Arjuna sahabat Rendra sekaligus Ketua OSIS SMA Cakrabuana adalah Arjuna yang sama dengan Arjuna yang kukenal empat tahun yang lalu. Arjuna yang pernah berjanji untuk pergi sementara dan akan segera kembali menemuiku. Meski kenyataannya hanya bualan semata. Bahkan ketika aku mencoba untuk menghubunginya kembali, seolah ia memutuskan hubungan ini secara sepihak.”, terang gadis itu mengangkat wajahnya setelah menunduk begitu lama sambil tersenyum miring.

Ditatapnya manik mata cowok itu dalam-dalam.
“Mungkin aku sudah gila, jatuh hati pada manusia seperti kamu. Rela kembali kesini, meski hati jelas-jelas akan kembali terlukai.”

“Cukup, Nal.”, potong Juna kemudian sebelum gadis itu berbicara lebih jauh. “Baik, jika itu maumu. Mari kita cukupkan semua drama ini.”, tukas Kinal.

Juna tak tahu harus berkata dan berbuat apa, pasalnya gadis itu sudah terlanjur kembali lagi dalam hidupnya.

“Kenapa kamu harus kembali? Akan lebih baik kamu tetap di sana. Dengan luka maupun tanpa luka, karena di sini, kamu akan semakin terluka, Nal.”, batin Juna.

Juna menahan pergelangan tangan kiri Kinal ketika gadis itu akan bangkit meninggalkannya.

“Aku ngga mau semua ini berakhir seperti ini. Pasti ada kesalahpahaman antara kita.”, ungkap Juna kemudian, membuat gadis itu kembali duduk tenang di depannya.

Suasana kafe tak begitu ramai, jadi suara Juna yang berat bisa terdengar cukup jelas oleh pengunjung kafe lainnya. “Aku tahu aku salah, karena tak mengabarimu bahwa aku tak bisa kembali ke sana. Kedua orang tuaku meminta aku untuk tetap di sini dan memutuskan hubungan dengan orang-orang di sana. Aku tak tahu alasan mereka melarang ku.”
Mata Juna meneduh, wajahnya menunduk seolah tengah menyesal.

“Lalu Syifa?”, lanjut Kinal membuat sudut bibir Juna membentuk senyuman.

“Aku, Syifa, dan Rendra memang bersahabat sejak kecil. Kami pernah bertengkar, itu wajar bukan. Tapi tak ada cerita cinta segitiga di antara kami seperti yang dirumorkan orang-orang, aku tahu pasti kamu sudah mendengar cerita itu bukan. Aku senang sekarang bisa kembali bertemu kamu, apalagi satu sekolah.”, senyuman Kinal mengembang.

Melihat senyuman Kinal yang begitu bahagia Juna amat sangat menyesal. Ia harus kembali menutupi kebohongannya dengan kebohongan lain demi melihat senyuman gadis itu. Meski pada akhirnya ia akan kembali melukai hati gadis itu ketika gadis itu tahu apa yang telah diperbuatnya.

“Maaf, Nal. Kalau kamu akan kembali terluka karenaku.”, ucapnya pada hatinya sendiri.

🍂 Senin, 9 September 2019
9-9-19

Terima kasih untuk para pembaca. Terima kasih untuk suport kalian. 💐❤️❤️ See you..

Nila

The Treason love "Ketika Cinta Tak Selamanya Tulus"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang