CHAPTER 20 [Memori Part 3]

22 1 0
                                    


Sepanjang perjalanan, mereka hanya saling diam. Sempat Syifa menanyakan sesuatu pada Rendra, namun karena tak ada jawaban. Gadis itu tak lagi melanjutkan pertanyaannya ataupun menuntut jawaban dari pertanyaannya.

Rendra hanya diam membisu, memangku kepalanya dengan sebelah tangan yang tersander pada jendela mobil.

💎💎💎

"Astaga, sudah jam tujuh. Gimana ini, papa bisa-bisa memarahiku,” ujar gadis kecil yang tengah duduk di bangku panjang pasar malam panik.

“Kalau gitu ayo, ku antar pulang.” Rendra berdiri merapikan bungkus permen kapas dan membuangnya di tempat sampah terdekat.

Rendra mengamit tangan gadis kecil itu dan menggandengnya keluar dari pasar malam. Masih dengan sebungkus permen kapas utuh, si gadis berjalan cepat mengikuti langkah kaki Rendra yang panjang.

Setibanya di pintu keluar pasar malam, mereka dikejutkan oleh dua laki-laki berbadan besar yang sudah berdiri menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Seorang laki-laki dengan jas hitam yang melekat di badannya keluar dari dalam mobil setelah sopirnya membukakan pintu penumpang. Ia berdiri merapikan jasnya lalu berjalan mendekat ke arah Rendra dan anak itu, “Siapa kamu? Berani-beraninya kamu mengajak anak saya pergi tanpa seizin saya?” suaranya yang berat terdengar begitu menyeramkan.

Baru saja laki-laki itu memarahi Rendra, seorang pria berkemeja biru dongker datang menarik Rendra mendekat padanya.

“Papa,” gumam anak laki-laki itu pelan.

Dua pasang mata kedua pria itu tertaut, saling melontarkan tatapan sengit.

“Huuhh,” dengus ayah si gadis.

“Jadi anak kamu yang berani menculik anak saya. Jangan-jangan kamu yang suruh anak kamu mendekati anak saya,” marah pria berjas hitam itu.

“Buat apa saya suruh anak saya untuk menculik anak kamu, kalau saya bisa melakukannya sendiri, Surya.” Mungkin kalimat itu terdengar seperti merendahkan. Namun ada sedikit ancaman di baliknya.

Seorang sopir berbadan tegap keluar dari dalam mobil milik pria berkemeja biru dongker, ia menarik Rendra untuk masuk ke dalam mobil dan mengunci pintu mobil.

Dua orang bodyguard yang siang tadi mengawal gadis kecil itu kini sudah berdiri di belakang anak majikannya.

Arman, bawa Kinal masuk ke mobil!”, perintah pria berjas hitam tegas. Ya, gadis itu bernama Kinal. Kinalia Surya Atmaja. Gadis kecil berusia sepuluh tahun yang baru saja kehilangan ibunya kemarin.

Gadis yang selama ini hidup di dalam pagar kekangan seorang ayah yang keras. Hidupnya sunyi sepi, tak ada lagi canda tawa yang menghiasi hidupnya setelah ibunya terdiagnosis kanker hati selama dua tahun dan akhirnya meninggal dunia.

💎💎💎

Rendra bersandar di sofa ruang tengah rumahnya, sementara Reta tengah merapikan dapurnya bersama para karyawan kateringnya. Pandangan dan pikiran Rendra entah tengah pergi kemana, tatapan matanya kosong. Maka tak heran bila ia terkejut dan baru menyadari keberadaan Reta yang sudah duduk selama lima belas menit di sampingnya.

“Ada apa?” tanya Reta lembut.

Ia yakin bahwa putranya itu tidak dalam keadaan baik-baik saja sekarang.

“Ngga apa-apa, Bu.” Reta meraih telapak tangan Rendra kemudian mengusapnya lembut.

“Ren, Ren. Kamu ini anak ibu. Jadi ibu tahu kapan kamu bohong dan jujur sama ibu.” Rendra ikut mengusap lembut punggung tangan ibunya yang kini sudah mulai keriput seraya tersenyum manis khas senyuman Narendra Chandra Arganta.

“Sekalipun Rendra ada masalah atau ada sesuatu yang mengganggu pikiran Rendra, percaya sama Rendra kalau Rendra bisa atasi semuanya sendiri, Bu.”

Reta mengangguk samar, tapi ia yakin bahwa putranya itu bisa mengatasi semua masalahnya sendiri. “Kalau kamu mau cerita sama ibu, apapun itu ibu siap jadi pendengar yang baik untuk kamu. Jadi gimana keadaan Kinal, pasti ada sesuatu yang terjadi di Rumah Sakit ya.”

Rendra tersenyum lalu membuang napas kasar. “Ternyata tanpa aku cerita, ibu tahu apa yang sedang aku pikirkan ya.” Reta tersenyum sambil mengangkat alisnya kemudian mengedikkan bahu.

“Ibu...” panggil Rendra sedikit manja sambil menyenderkan kepalanya ke bahu Reta. Dekat dengan Reta membuat batin Rendra menjadi tenang, terlebih lagi Reta yang begitu perhatian dengannya membuat Rendra semakin menyayangi wanita yang rahimnya pernah ia 'pinjam' selama sembilan bulan itu.

“Iya, kenapa Rendra anak ibu yang paling baik dan cakep? Kangen sama Kinal ya?” tanya Reta menggoda.

"Ah ibu," keluh Rendra menanggapi candaan Reta yang terus saja berusaha menggodanya.

"Ibu mau ke kamar dulu ya bersih-bersih, capek habis ada pesanan katering. Mau mandi, ibu bau kecut."

"Ngga kok, ibu masih tetep wangi."
Jawab Rendra. "Kamu ngeledek ibu ya? Nanti ibu kutuk jadi Malin Kundang loh."

Mendengar gurauan Reta, Rendra ikut membalasnya dengan candaan yang terdengar serius. "Kalau ibu kutuk Rendra, bukan jadi Malin Kundang dong. Tapi Narendra Kundang." derai tawa bahagia menyelimuti ibu dan anak itu.

"Eh eh eh. Berani kamu ya!" Reta berlagak serius dan marah. "Ampun Ibu, Rendra cuma bergurau tadi, Bu. Jangan kutuk Rendra, Bu."
Menyatukan kedua telapak tangannya seraya memohon kepada Reta.

"Bercanda!" tawa Reta lepas. "Ah ibu," keluh Rendra pura-pura kesal.
"Ibu ke kamar dulu ya. Itu diminum tehnya," pesan Reta sebelum melangkah pergi ke kamarnya.

Reta meninggalkan Rendra sendiri di ruang tengah dengan secangkir teh hangat buatannya.

Rendra kembali duduk termenung menatap cangkir teh di meja.

“Apa semua ini memang nyata atau hanya ilusi mata. Jika orang itu memang benar papa Kinal, maka gadis kecil itu adalah Kinal. Tapi kenapa seolah Kinal tak mengenalku sebelumnya, apa dia lupa kejadian itu. Atau mungkin gadis kecil itu memang bukan Kinal. Rasanya aku ngga mungkin salah orang.” Rendra menggumam sendiri, pikirannya campur aduk sekarang.

Purwokerto, 1 Februari 2020

Holla. Kembali lagi sama aku di sini. Tiba-tiba aja aku kangen nulis kisah Rendra-Kinal.
Aku mau cerita dikit boleh ya. Jadi beberapa waktu yang lalu aku ketemu sama Rendra in real life (Orang yang menginspirasi tokoh Rendra)

Aku kaget dong pas ketemu dia, dia berubah banget. Jadi ganteng banget. Shuuttt!! Jangan sampai Kinal dengar. Untung Kinal kemarin ngga dateng. Bisa kali ya ditikung.😄😄
Astaghfirullah author khilaf ✌️
Jadi aku pernah buat cerita yg sifat tokohnya itu sama, yakni Bagaskara Setya Fazri & Sanggita Kinalia Putri Mahesa.
Nah kalau di cerita ini sifat mereka sama kaya "Narendra Chandra Arganta & Kinalia  Surya Atmaja.
Ngga tahu kenapa suka aja sama sifat dan karakter mereka. Meski aku sadar aku belum bagus untuk men-deliver karakter mereka. Aku tengah berusaha melakukan yang terbaik. Jadi doakan ya. Sekian aja, udah banyak ternyata aku curcolnya😭
Doakan aku istiqamah di cerita ini dan cerita "Sayla" ya.

See you soon💕💕

🍁Nilanura

The Treason love "Ketika Cinta Tak Selamanya Tulus"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang