CHAPTER 3 [Pasar Malam]

36 2 0
                                    

"Aku senang melihat kamu bahagia karenaku."

“Kita mau kemana?” tanya cowok itu di tengah perjalanan.

“Terserah!" jawab Kinal singkat.

Tiba-tiba cowok itu mengerem dengan cepat, hingga Kinal tersungkur ke punggungnya.
Mereka turun dari motor, berdiri di tepi jalan.

Gadis itu hanya menatap pandangan di depannya kosong.

“Kamu kenapa? Tiba-tiba kamu ngajak saya pergi mengantar kamu, sementara kamu tak tahu akan pergi kemana sekarang!” cowok itu kesal dengan tingkah gadis di depannya yang menurutnya aneh.

“Bagaimana jika orang tuamu berpikir saya menculik dan membawa kabur kamu, kemudian mereka melaporkan saya ke polisi dan saya dipenjara?!” dia mulai kesal dan meninggikan suaranya.

Kinal menatap mata cowok itu teduh, “Bukan hanya mereka, kamupun memarahi saya sekarang. Seolah memang semua yang saya lakukan salah. Terima kasih sudah mengantar.” ucapnya.

Melihat mata gadis itu mulai basah, cowok itu merasa bersalah atas perkataannya. Bahkan ketika dia mengucapkan kata terima kasih kepadanya lalu berjalan lunglai meninggalkannya.

Pikirannya mulai dipenuhi rasa kesal dan amarah, tapi terbesit rasa peduli pada gadis itu, seolah hatinya pun ikut bersedih melihat gadis itu. Tapi ia tak tahu mengapa hatinya ikut bersedih dan  tak tahu mengapa dirinya seolah tahu apa yang dirasakan  gadis itu saat ini.

Ia masih berdiri di samping motor, mengacak-acak rambutnya dan berkata pada dirinya sendiri.

“Rendra.. Kenapa kamu harus peduli sama dia. Hiks..” Melihat helm gadis itu masih berada di atas motornya, ia semakin bimbang.

💎💎💎


Kinal masih berjalan sendiri tanpa arah dan tujuan. Ia tak tahu harus pergi kemana, kembali ke kota ini bukanlah keputusan yang ingin ia ambil. Semua ini karena keadaan yang memaksa.

Sejak kepergian mendiang mamanya tujuh tahun silam, semua kebahagiaannya seolah telah hilang bersamaan dengan kepergian mamanya.
Setahun setelah kepergian mamanya, ayahnya, Surya, menikah dengan Nathalie yang tepatnya ia adalah sahabat mamanya. Usianya sebelas tahun, ia masih belum bisa menerima Nathalie sebagai mama tirinya.

Ia pun kabur dari rumah dan pergi ke rumah kakeknya. Karena rasa sayangnya kepada cucunya, kakek dan neneknya pun membawa gadis itu tinggal bersama di luar negeri. Hingga bertahun-tahun kemudian, neneknya pun meninggal. Terpaksa kakeknya meminta gadis itu untuk kembali pada orang tuanya. Dan sekarang seperti inilah keadaannya.

“Ayo naik!” cowok itu berhenti tepat di samping Kinal, menyodorkan helm milik gadis itu. Kinal menatap cowok itu ragu, “Aku tahu tempat yang bagus, ayo!” ajaknya berusaha meyakinkan.

Gadis itu pun mulai mempercayainya. Mereka berdua pergi bersama, sepanjang perjalanan Kinal terus saja menatap pandangan di depannya kosong.

Hingga cowok itu tiba-tiba meningkatkan kecepatan motornya membuat Kinal tersungkur ke depan, tapi kemudian ia kembali ke kecepatan semula.

“Jangan ngalamun, kalau jatuh bahaya.” katanya sedikit berteriak agar suaranya terdengar.

“Iya..” Kinal tersenyum. Ia tersentak, menyadari dirinya kembali tersenyum setelah sekian lama. Mungkin karena sekarang ia merasa bahwa masih ada orang yang memberikan perhatian padanya.
Motor itu berhenti di sebuah pasar malam. Kinal masih mengedarkan pandangan ke sekitarnya, takjub.

“Ayo!” cowok itu mengajaknya masuk, ia membeli dua lembar tiket masuk. Kinal terus memandangi seorang pedagang permen kapas warna-warni yang tengah menggulung permen kapan berwarna merah muda.

The Treason love "Ketika Cinta Tak Selamanya Tulus"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang