CHAPTER 19 [ Memori Part 2 ]

12 1 0
                                    


Salah seorang perawat membuka pintu UGD, mereka mendorong brankar dengan Kinal di atasnya keluar UGD. Nathalie menghampiri dokter yang menangani putrinya, "Bagaimana keadaan anak saya, Dok?" Dokter itu membetulkan posisi kacamatanya.

"Pasien mengalami patah tulang di bagian tangannya, sehingga harus dilakukan operasi. Keadaannya sudah lumayan membaik, pendarahannya juga sudah berhenti, sementara pasien bisa istirahat di ruang rawat dan menjalani puasa sebelum melakukan operasi. Sebelumnya pihak keluarga harus menyelesaikan urusan administrasi dan menandatangani surat persetujuan untuk operasinya. Nanti ibu akan didampingi suster untuk mengurus keperluannya. Kalau begitu saya permisi, Bu.", jelas pria berjas putih dengan kemeja hitam di dalamnya.

"Terima kasih dokter."

Kinal sudah sadarkan diri, cukup banyak perban yang membalut tubuhnya, terutama bagian tangan. Rendra ikut mengantar gadis itu ke dalam kamar inap, "Masih sakit ya?", tanya cowok itu berdiri di samping ranjang Kinal setelah gadis itu dipindahkan ke atas tempat tidur di kamar inap.

Kinal tersenyum kecut menanggapi pertanyaan Rendra yang masih dalam keadaan khawatir, Syifa ikut berdiri di samping Rendra. "Semoga lekas sembuh ya, Nal. Kalau kamu udah sembuh nanti, aku janji akan ngajak kamu pergi jalan-jalan bareng.", ucap Syifa mencoba membuat gadis itu tersenyum kembali.

Namun nihil, gadis itu hanya diam tanpa ekspresi.
Nathalie masuk ke dalam kamar inap, bersama Mbak Ratna. "Syukurlah sayang kamu udah siuman.", mengusap rambut Kinal dan mencium keningnya yang kini terbalut perban.

Kinal memejamkan matanya ketika Nathalie mencium keningnya. Air mata mengalir di pipi Kinal, lalu Nathalie menghapus air mata itu. "Jangan menangis, kamu akan segera pulih kembali. Percaya sama mama." Gadis cantik itu masih tetap menangis dalam diamnya.

Kinal tahu keadaan yang menimpanya sekarang, bahkan ia bisa merasakan tubuhnya berubah kaku. Ia tak bisa menggerakkan tangan dan kakinya untuk saat ini. Surya masuk ke dalam ruangan, menghampiri putri bungsunya.

Ia masih khawatir dengan keadaan Kinal. Diciumnya kening gadis cantik itu dengan air mata yang membasahi pipi tuanya. Sampai pukul 8 malam Rendra dan Syifa menunggui Kinal. Gadis itu dijadwalkan untuk operasi malam ini, entah pukul berapa. Sehingga ia diharuskan berpuasa sebelum operasi.

Rendra dan Syifa duduk di sofa sampai ketiduran, suara telepon genggam Rendra membuat mereka terbangun. Rendra merogoh isi tas dan mencari sumber suara, lalu mengangkat panggilan yang masuk.

Itu adalah telepon dari Reta, ibu Rendra. Cowok itu keluar dari ruang rawat inap. "Halo. Assalamualaikum, Bu.", sapa Rendra membuka percakapan.
"Maaf, Bu. Rendra lupa kabari ibu. Sekarang Rendra lagi di Rumah Sakit sama Syifa.", katanya sembari duduk di bangku koridor rumah sakit.

"Bukan Bu. Rendra sama Syifa ngga apa-apa. Tadi sore Kinal kecelakaan dan Rendra nganterin dia ke sini. Nanti malam dia mau operasi, jadi Rendra pengin nungguin dia di sini, ngga apa-apa kan, Bu.", menunggu jawaban Reta.

"Makasih, Bu. Kayaknya kita pulang nanti agak malaman."

Setelah cukup lama mengobrol di telepon akhirnya Rendra menutup panggilan itu, "... Iya nanti aku salamin. Ya sudah Bu. Assalamualaikum.", cowok itu meluruskan kakinya yang terasa agak pegal kemudian membuang nafas lega.

Nathalie keluar dari dalam kamar inap dan duduk di samping Rendra, "Eh Tante.", menyadari keberadaan Nathalie, Rendra memperbaiki posisi duduknya. "Makasih ya, Ren. Sudah mau bantu Kinal dan nungguin dia sampai sekarang. Tapi Tante saranin kamu pulang saja malam ini sama Syifa. Tante ngga enak sama ibu kamu, selain itu besok kalian juga sekolah kan. Takutnya dengan kalian di sini jadi ganggu waktu kalian belajar dan istirahat di rumah.", terang Nathalie.

Wanita itu berusaha tersenyum dan membujuk Rendra secara perlahan. Seperti mengerti maksud mama Kinal, Rendrapun mengiyakan saran Nathalie.
"Iya, Tan. Kalau begitu Rendra sama Syifa langsung pulang saja, ngga apa-apa kok. Takutnya keberadaan Rendra sama Syifa di sini ganggu istirahat Kinal juga, maaf ya, Tan." Mbak Ratna datang bersama Mang Asep membawa tas hitam besar berisi pakaian bersih untuk Nathalie dan Kinal. Rendra kembali masuk ke dalam kamar inap dan berpamitan, "Nal, kita pulang dulu ya. Cepat sembuh, besok kita ke sini lagi kok buat jenguk kamu.", kata Syifa sebelum pergi.

Gadis itu sudah mulai mau tersenyum lagi. Rendra memandang wajah Kinal hangat, rasanya ia tak mau meninggalkan gadis itu sendiri tanpa dirinya.

Rendra tak mengucapkan kalimat apa pun sebelum ia pulang, hingga Kinal memanggil namanya ketika cowok itu membuka pintu kamar. "Rendra.", kata pertama yang diucapkan Kinal setelah beberapa jam diam tanpa berbicara sejak kecelakaan sore tadi.

Cowok itu langsung berbalik dan berjalan menghampiri ranjang Kinal. "Terima kasih.", ucapnya memandang manik mata Rendra teduh. Meski suaranya lirih, tapi orang-orang masih bisa mendengar suara Kinal.

Senyuman manis kembali terukir di bibir cowok ganteng itu, ia mengangguk samar kemudian berkata, "Sama-sama. Jaga diri kamu."

Bersamaan Rendra dan Syifa keluar dari kamar inap, mereka berpapasan dengan Surya, ayah Kinal. "Kalian sudah mau pulang. Terima kasih ya sudah menjaga Kinal. Saya ngga tahu harus balas kebaikan kalian bagaimana.", katanya menyalami Rendra dan Syifa.

"Sama-sama, Om. Sebagai teman kita kan harus saling membantu, kami ikhlas menolong Kinal.", jawab Syifa ramah.
Rendra masih terlalu syok mengetahui bahwa sosok Surya adalah ayah kandung Kinal.

Ia masih bersikap kaku dan canggung, "Om senang Kinal punya teman-teman seperti kalian. Makasih ya Rendra, Syifa." "Sama-sama, Om. Kalau begitu kami pulang dulu.", pamit Rendra memberanikan diri untuk berbicara dengan Surya.
Pria paruh baya itu menepuk pundak Rendra dua kali dan tersenyum tulus sebelum cowok itu pergi.

Mereka menyusuri lorong rumah sakit yang cukup ramai, perawat dan dokter jaga berseliweran ke sana kemari menangani pasien. Di persimpangan lorong itu mereka berpapasan dengan Miko, namun pemuda itu berjalan cepat tanpa melihat sekeliling mereka karena ingin segera bertemu adik semata wayangnya.

Sementara Rendra dan Syifapun melangkah cepat keluar rumah sakit menuju tempat parkir. Sehingga mereka tak menyadari keberadaan masing-masing.

Syifa duduk di balik kemudi, sementara Rendra duduk di sampingnya masih dengan lamunan yang Syifa tak tahu apa yang dilamunkan pemuda itu. Syifa yang sudah memakai sabuk pengaman tiba-tiba melepasnya dan mendekat ke arah Rendra. Ia menarik seat belt yang persis berada di samping bahu laki-laki itu. Membuat Rendra terkejut dalam beberapa detik karena jarak wajah mereka yang begitu dekat.

Gimana, part kali ini menurut kalian? Kalau mau komentar dipersilakan kok😁
Penasaran kelanjutannya, stay tuned. Maaf ya aku jarang banget update karena lagi mengerjakan beberapa project cerita lain. So sorry..
Tapi aku usahakan akan tetap upploud bab baru kok..
Terima kasih sudah mampir ke lapak ini. See you soon..😊😊

🥀Nilanura
💐Selasa, 3 Desember 2019

The Treason love "Ketika Cinta Tak Selamanya Tulus"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang