CHAPTER 25 [ Dua Sahabat? ]

10 1 0
                                    

Perasaan Atmaja masih belum tenang meski ia mengetahui keadaan cucunya sudah baik-baik saja. Rama, asisten pribadinya mengamati wajah majikannya dari kaca spion, ia seolah tahu apa yang tengah dirasakan kakek usia 80 tahun itu.

"Ada apa tuan? Sepertinya ada yang sedang tuan pikirkan. Bagaimana keadaan non Kinal?" Atmaja yang tanpa sadar tengah melamun tersentak ketika Rama mengajaknya bicara. "Ah, cucuku sudah baik-baik saja. Namun aku tidak tega melihatnya harus menderita seperti ini," terang Atmaja pada Rama yang duduk di samping kursi kemudi.

"Oh ya tuan, soal si penabrak." Atmaja melihat ke arah Rama penasaran, "Sepertinya Pak Surya belum menemuinya. Saya tadi sempat berbicara dengan ayah tersangka. Ternyata penabrak itu anak dari salah satu pegawai yang pernah bekerja di rumah pak Surya dulu. Namanya Arman," terang Rama.

"Arman?" nada bicara Atmaja seolah tengah berusaha mengingat satu nama itu. Dan beberapa saat kemudian Atmaja mengingatnya. "Tunggu, apa yang kamu maksud itu, Arman yang dulu pernah mengalami kecelakaan saat Kinal kecil?" Atmaja tak percaya bahwa memorinya mengantarkan dirinya ke masa kelam itu lagi.

"Benar tuan, ia Arman yang sama yang mengalami kecelakaan mobil bersama non Kinal dahulu." sontak saja Atmaja memegangi dadanya, ia merasa napasnya sesak sekarang. "Tuan, ada apa? Apa tuan baik-baik saja?" "Pak, tolong menepi sebentar!" pinta Rama pada sopir pribadi Atmaja. Mobil itupun berhenti di tepi jalan. Rama amat panik melihat keadaan Atmaja sekarang,

"Tidak, jalan saja! Aku tidak apa-apa, aku hanya syok saja, lebih cepat sampai rumah lebih baik." "Sungguh tuan?" tanya Rama lagi. "Iya, jalan saja pak!" perintah Atmaja pada sopirnya. "Baik tuan," langsung saja sopir itu menancap gas agar cepat sampai ke rumah.

--------

Mobil Reta baru saja masuk ke area halaman rumahnya, "Bu, Rendra ngga ikut turun ya. Rendra mau langsung ke rumah Arjuna, ada perlu    soalnya," ucap Rendra sesaat setelah Reta melepas seatbelt.

"Kamu udah baikkan sama Arjuna, syukurlah. kalau gitu hati-hati. Ngga sampai malem kan?" Rendra sempat berpikir bagaimana Reta tahu kalau hubungannya dengan Arjuna sedang tidak baik-baik saja? "Dari dulu baik kali, Bu. Aku usahakan ngga kok Bu, tapi mungkin aku akan mampir sebentar ke rumah mama Elen," cerita Rendra masih mencoba bercanda.

"Iya deh iya, kalau gitu jangan lupa bawa sesuatu buat mama Elen," Reta merogoh tas tangannya lalu membuka dompet mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu dari dalamnya.

"Ngga usah, bu. Rendra masih ada uang kok," tolak Rendra halus. "Udah pakai uang ini aja, orang ibu yang mau beliin."Reta memang berbeda dari perempuan lainnya, disaat seorang istri bercerai dengan suaminya tak jarang mereka akan memutuskan hubungan dengan suaminya.

Namun Reta justru tetap bersikap baik pada mantan suaminya bahkan istri barunya, meski Andra tak peduli dengan keberadaannya. Elen dan Reta juga memiliki hubungan yang baik, mereka sering ngobrol berdua di restoran atau kafe saat mereka memiliki waktu senggang sekadar sharing atau curhat.

Dalam perjalanan, Rendra memutar sebuah lagu dari rekaman pribadinya. Lagu yang ia tulis sendiri khusus untuk seseorang.

"Mungkin ini bukan suatu kebetulan lagi.
Kurasa ini takdir yang digariskan Tuhan, untuk kita berdua.
Kuharap, kau merasakan hal yang kurasa.
Karena sesungguhnya hati ini, tak pernah merasa kuat."

Mungkin lagu ini adalah isi hati Rendra sekarang. Ia bukan tipikal orang yang akan mengambil sesuatu milik orang lain. Namun entah mengapa untuk hal ini lain. Meski ia tahu pasti Kinal adalah pacar Arjuna yang notabenenya adalah mantan sahabatnya, ia masih ingin tetap memiliki hubungan yang lebih jauh dari sebatas sahabat dengan Kinal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Treason love "Ketika Cinta Tak Selamanya Tulus"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang