CHAPTER 4 [ Bertamu]

34 2 0
                                    

Percaya aku tak kan kemana-mana.
A

ku kan selalu ada temani hingga hari tua.
Percaya aku tak kan kemana - mana.
Setia akan kujaga kita teman bahagia.

Pagi ini, hanya lagu itu yang menemani Kinal lari pagi. Sebuah earphone menempel di kedua telinganya, ia masih mengendalikan nafasnya setelah joging selama satu jam. Dia melangkah pelan, melepas earphone yang menempel di telinganya.

"Pagi, neng.", sapa mang Saswi sambil menarik pagar membukakan pintu untuk Kinal. "Pagi, mang.", balas Kinal melepas handuk kecil yang tersampir di lehernya sambil mengusap pelan keringat yang membasahi dahinya. Baru beberapa langkah Kinal berjalan masuk ke dalam rumah untuk mandi, mang Saswi sudah menahannya. "Neng, tunggu neng."

"Ada apa?", berbalik badan heran. "Ada pesan, neng." Pikiran Kinal melayang kemana-mana, memikirkan banyak hal. Kira-kira siapa yang menitip pesan dan apa isi pesannya. "Dari siapa?", tanya Kinal penasaran. "Den Rendra. Katanya nanti jam delapan dia mau kesini.", katanya menyampaikan pesan dari Rendra untuk Kinal.

Hatinya kembali berbunga-bunga, "Rendra tadi kesini?", tanya Kinal penuh perhatian.

"Ngga neng. Dia SMS saya tadi.", Kinal tercengang mendengar jawaban mang Saswi. Ia tertawa sendiri, sementara mang Saswi terlihat panik melihat gadis itu tertawa seperti orang tak waras.

"Neng.", panggil satpam itu mengayunkan telapak tangannya di depan wajah Kinal yang tengah melamun. Seketika dia kembali sadar bahwa ia tak sendiri di tempat itu.

"Eh iya, maaf mang. Oh ya mang sampaikan ke Rendra dia boleh datang kemari, tapi jangan bawa motor. Ehmmm, naik ojeg aja atau taksi.", pesan Kinal menahan tawanya yang belum kelar.

"Siap, neng.", memberikan hormat seolah siap menjalankan tugas dari seorang jenderal.

"By the way, kok bisa Rendra punya nomor teleponnya mang Saswi?", tanya Kinal kemudian pada satpam itu.

🎶💎🎶

"Jadi, tadi malam itu ...", mang Saswi mulai menceritakan kronologi kejadian tadi malam. Rendra masih berdiri di luar pagar rumah Kinal, "Mang tolong ya, saya cuma mau minta nomor HP-nya Kinal. Tolong ya mang.", memohon-mohon pada satpam itu dengan menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada seperti orang tengah berdoa.

"Ngga. Sekali ngga, tetap ngga.", jawab mang Saswi ketus.
"Masa ngga boleh si, mang. Kalau begitu saya bawain makanan buat mamang setiap saya kesini, gimana mang?", mang Saswi terlihat tengah berpikir, apakah akan menyetujui kesepakatan itu atau menolaknya.

"Maksudnya kamu nyogok saya. Ok. Tapi nomor hp saya, ya. Sayakan juga harus menjaga privasi neng Kinal.", RendraRendra melemas, dengan terpaksa ia menyetujui kesepakatan itu.

🎶💎🎶

"Mang Saswi serius?", bertanya seolah tak percaya. "Ya iyalah neng. Masa saya bohong. Makanya saya lagi nunggu makanan gratis nih nanti.", jawabnya tertawa. Kinal terkekeh mendengar cerita itu. "Ehmm. Emang mang Saswi punya nomor hp saya?", tanya Kinal selidik.

"Hehehehe..", laki-laki itu tertawa menunjukkan deretan giginya yang tersusun rapi. "Ya engga lah neng." "Hemmmm.. Mang Saswi jahil ya.", tertawa meledek.

🎶💎🎶

Di meja makan rumah Kinal.

Semua anggota keluarga duduk bersama di meja makan pagi ini untuk pertama kalinya setelah lima tahun berlalu. Nathalie menyendok kan nasi ke piring suaminya, Kinal tengah mengutak-atik hp miliknya sehingga Surya menegur putrinya, "Nal. Kita lagi sarapan loh, masa kamu main hp sendiri.", gadis itu pun akhirnya meletakkan handphone miliknya di meja.

The Treason love "Ketika Cinta Tak Selamanya Tulus"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang