CHAPTER 5 [Atmaja]

30 2 0
                                    

Setelah menjemput Atmadja, kakek Kinal di bandara, mereka langsung menuju rumah laki-laki itu yang berada di salah satu kompleks elit di Jakarta.

"Ayo masuk.", mempersilahkan dua remaja itu masuk ke dalam rumahnya. Seorang asisten rumah tangga menyambut mereka dan membantu membawakan barang-barang yang dibawa Atmadja.

Rendra mengobrol banyak hal dengan kakek Kinal sementara Kinal tengah memilih barang-barang miliknya yang dipaketkan dan sudah sampai di rumah ini kemarin.

Kinal datang menghampiri mereka membawa beberapa koper berisi buku dan pakaian.

"Sudah selesai beres-beresnya?", tanya Atmaja sambil meletakkan cangkir tehnya kembali ke meja.

"Udah. Tapi aku tinggal beberapa pakaian di sini, biar kalau aku mau menginap di sini, aku ngga perlu bawa baju ganti.", duduk di samping kakeknya.

Atmaja merangkul Kinal, begitu pula sebaliknya. Rendra yang melihat hal itu tersenyum senang.

"Kalau gitu, aku pamit ya kek. Aku janji bakal sering-sering datang ke sini. Aku sayang sama kakek.", memeluk kakeknya begitu hangat. Kinal suka momen ini.

"Makasih kakek udah temani aku selama ini.", berbisik di samping telinga Atmaja. Gadis itu menyandarkan kepalanya di pundak Atmaja. Kinal melepas pelukannya, kemudian tersenyum menatap wajah Atmaja seraya menghapus air mata yang menetes mengalir menuruni lekuk wajah yang sudah keriput.

Mereka bertiga kini berada di depan pintu rumah Atmaja, "Aku pamit pulang dulu ya kek. Kakek baik-baik di sini.", ucap Kinal.

Laki-laki itu mengusap rambut hitam si gadis kemudian mengacak-acak nya.
"Ah kakek..", keluhnya manja.
"Iya, lagian di sini juga banyak orang, kakek ngga sendiri.", Atmaja melirik Rendra yang tengah berdiri di samping Kinal.
"Ren, inget ya kata-kata kakek tadi."
Cowok itu tersenyum bersemangat kemudian memberi hormat dengan tangan kanan menempel di pelipis layaknya tentara kepada Jenderal nya. "Siap kakek.!", Kinal melirik Rendra.

Iya yakin bahwa ada sesuatu yang disembunyikan mereka berdua.
"Jadi, kakek udah mulai main rahasia-rahasiaan sama Rendra. Emang apa sih, aku jadi penasaran."
Atmaja tertawa kecil mendengar ocehan cucunya. Sementara matanya melirik Rendra yang ikut tersenyum seolah menahan tawa.

"Ini rahasia laki-laki.", jawab Atmaja kemudian.
"Oohh.. Ok, ya udahlah aku mau pulang.", mencium punggung tangan Atmaja sambil memasang wajah kesal dengan memanyunkan bibirnya seperti anak kecil.

"Jangan ngambek kelamaan nanti cepet tua.", teriak Atmaja seraya tersenyum lebar karena tingkah cucu kesayangannya itu.

Renda ikut menyalami Atmaja, kemudian mereka berdua masuk ke dalam mobil.
Atmaja masih berdiri di depan pintu mengamati lamat-lamat mobil itu sampai tak terlihat batang hidungnya karena berbelok di tikungan perumahan. Ia tersenyum sendiri mengingat cucu kesayangannya kini sudah tumbuh semakin besar.

Laki-laki tua itu masuk ke dalam kamarnya, ia melirik foto berpigura yang terpasang di dinding bercat putih itu. Fotonya bersama mendiang istrinya dan Kinal yang duduk di antara mereka.

Kini ia berdiri di depan foto itu, memandangnya penuh rasa.
"Mayang, cucumu sekarang sudah besar rupanya. Dia sama cantiknya seperti dirimu dahulu. Aku amat menyayanginya. Aku tak ingin dia tahu apa yang kurasakan sekarang. Cukup akulah yang merasakan pahit dan sakitnya hidup ini, Aku tidak ingin membuatnya bersedih untuk ketiga kalinya. Ia sudah mulai kembali ceria. Dia membawa seorang laki-laki ke rumahku. Aku terkejut, namun aku yakin laki-laki itu adalah laki-laki yang dikirim Tuhan untuk menjaganya setelah diriku.", katanya pada sebuah foto yang hanya bisa menjadi saksi bisu perasaan yang kini ia rasakan.

Atmaja kembali meneteskan air matanya.
Seorang laki-laki bertubuh kekar dengan setelan jas hitam mengetuk pintu kamarnya yang terbuka. Cepat-cepat Atmaja menghapus air mata yang sudah turun cukup deras sejak tadi. Laki-laki itu masuk, kemudian mendekat.

"Waktunya minum obat tuan," menyodorkan nampan berisi segelas air putih dan tiga butir obat yang berbeda warna dan ukuran.

Atmaja duduk di tepi ranjang mengambil tiga butir obat kemudian meneguk segelas air putih sampai kosong.
"Jadi, apa tuan sudah memberitahukan keadaan tuan pada cucu tuan?", tanya laki-laki itu seraya menerima gelas yang disodorkan majikannya.

"Belum Rama. Aku tak tega memberitahukan keadaanku padanya saat ini. Aku tidak ingin menghancurkan kebahagiaannya setelah sekian lama dia terpuruk. Aku ingin dia bahagia bersama keluarganya, itu alasanku meminta dia kembali bersama keluarganya. Aku tidak ingin dia merasa kesepian apabila aku nanti benar-benar akan meninggalkannya."

Rama menyelimutkan selimut untuk menutupi tubuh Atmaja yang sudah tua dan keriput. Laki-laki tua itu sudah tertidur pulas di atas ranjangnya.

"Aku kagum padamu tuan. Bahkan aku ingin memiliki orang tua seperti dirimu. Terima kasih untuk pelajaran hidup yang telah kau berikan untukku."






The Treason love "Ketika Cinta Tak Selamanya Tulus"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang