Selesai memakan makanan yang mereka beli di kantin, mereka langsung bergegas untuk kembali ke kelas.
Mereka berjalan santai karena bel masuk belum berbunyi.
"Kau tahu kang daniel?"
"Nggg... Siswa populer teman sekelas hyung?"
"Ya, kau tahu mengapa dia berhenti sekolah?"
"Kenapa hyung?"
"Teman dekatnya cerita padaku, bahwa dibalik Daniel yang selalu terlihat bahagia, sebenarnya menyimpan banyak kesedihan"
Jaehwan mengangguk pelan dan menunggu lanjutan cerita Minhyun.
"Saat dia SMP, orangtuanya sering sekali bertengkar. bahkan bertengkar dihadapannya. Lalu saat SMA, orangtuanya lebih memilih untuk berpisah tanpa memikirkan perasaan anak satu-satunya, kang Daniel"
"Setelah berpisah, Daniel lebih memilih untuk tinggal bersama Appanya. Dan baru beberapa minggu kemarin, Appanya akan menikah untuk kedua kalinya setelah menikahi eomma Daniel. Dan hal itu membuat Daniel merasa sangat terpukul"
"Walau Daniel tak merestuinya, Namun Appanya tetap menikahi wanita itu. Menurut Daniel, Wanita itu hanya mencintai Appanya, tapi tidak menyayanginya"
"Lalu bagaimana keadaan Daniel sekarang?"
Jaehwan nampak penasaran.
"Kang Daniel kini berada di rumah sakit jiwa, tempat Appaku bekerja. kini matanya nampak kosong, Seperti tak ada lagi semangat untuk menjalani hidupnya"
"Mengapa harus di rumah sakit jiwa? Mengapa bukan Appanya saja yang mengurusnya di rumah?"
"Aku tak tahu. Tapi Appaku bilang, Daniel datang bersama Appanya"
Minhyun menghela napas.
"Apa Appanya tak mau mengurus Daniel lagi?"
Minhyun menggelengkan kepala. Tak tahu jawaban atas pertanyaan Jaehwan tersebut.
"Psikiater kini sedang berusaha menyembuhkannya. Aku percaya, Daniel akan sembuh"
Jaehwan mengangguk, lalu menundukkan kepalanya.
"jika aku menyerah atas nasibku sekarang, mungkin sekarang aku akan seperti Daniel"
Minhyun menggoyangkan lengan Jaehwan.
"Jaehwan~ah, apa yang kau lamunkan?"
"aahh bukan apa-apa hyung"
"ayo cepat, bel masuk sebentar lagi berbunyi"
Tangan Minhyun kini merangkul Jaehwan.
"lepaskan hyung, tangan hyung berat sekali"
"itu karena tanganku berotot. Kau mau lihat abs ku?"
"ishhh tidak hyung, aku tak mau melihatnya"
Jaehwan menahan tangan Minhyun yang hampir memperlihatkan bagian perutnya.
"tak usah malu-malu Jaehwan~ah"
Kini Minhyun menggoda Jaehwan.
"tidak sopan hyung, kita ini sedang di sekolah"
"baiklah, aku akan memperlihatkannya di rumahmu"
"ishh Maksudku bukan begitu hyung...
Ahhh aku malas menjelaskannya"Jaehwan cemberut, lalu mempercepat langkahnya sehingga menyusul Minhyun.
"ahhh jangan marah Jaehwan~ah, aku hanya bercanda"
Minhyun memegang bahu Jaehwan sambil tertawa kecil melihat Jaehwan yang masih tetap cemberut.
"hyung sih, selalu memaksaku"
Jaehwan melipat kedua tangannya.
"aku berjanji tak akan memaksamu lagi Jaehwan~ah"
Minhyun kini merangkul Jaehwan lagi.
"sebagai tanda permintaan maafku, aku akan mentraktirmu es krim sepulang sekolah nanti"
"ahhh hyung tau saja kalau sekarang aku sedang ingin makan es krim"
"tapi harus cium dulu"
"hyung ini... Memaksaku lagi"
Jaehwan kembali cemberut. Lalu Minhyun mencubit pipi bulat Jaehwan.
"tidak Jaehwan~ah, aku hanya bercanda"
Minhyun kini memutar-mutar pipi Jaehwan.
"aaahh hyung, hentikan..."
"kau menggemaskan sekali, aku tak bisa berhenti memainkan pipimu"
Minhyun masih terus memainkan pipi milik Jaehwan. Jaehwan mencoba mencari cara agar terbebas dari Minhyun.
Tanpa berkata apapun, Jaehwan langsung berlari meninggalkan Minhyun.
"sampai jumpa Minhyun hyung. Kutunggu es krimnya sepulang sekolah..."
Minhyun hanya tersenyum, melihat tingkah menggemaskan Jaehwan tadi.
-tbc-

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Ok?? ~ [Minhwan]
Fanfiction"Aku tidak apa - apa" Kata itu yang selalu kudengar darinya setiap hari, setelah dia mendapat perlakuan tidak baik dari teman - temannya. ©Jhwanie_