Shoot @KJH

61 6 5
                                        

Kim Jihun as Jihun
You as Park Yena

.
.

"Yenaaaaa~~"

"Hm?"

Jihun mengerucutkan bibir sejenak, "Cuap, kamu kenapa sih? Kok jutek gitu sama Papa?"

"Udah lah kak.." Yena berucap malas tanpa menatap Jihun.



Jihun menghela nafas, ia tahu kenapa adik kelas yang di taksirnya itu bad mood. Pria Kim itu pun duduk manis di samping Yena yang sedang membaca buku novel.

"Iya deh.. maafin kakak. Yena baca apa?" tanya Jihun.

"Gak penting!" tanggap Yena malas.



Eric kebetulan lewat dengan tatapan meremehkan menatap Jihun yang terus berusaha menghibur Yena yang sedang patah semangat.

"Udah lah Hun.. kayak gak ada cewek lain aja, biarin tuh anak sombong banget!!" ucap Eric langsung menusuk batin Yena, namun ia diam.


Jihun menoleh padanya, lalu mengeluarkan tatapan aneh khasnya. "Hah??"

"Jihun! Gue sebagai sahabat lu, gue gak mau lu kena masalah gegara cewek itu. Lu tau kan satu sekolah benci banget sama tuh cewek!" Eric langsung meledak sembari menunjuk nunjuk pada gadis itu.


Jihun menatap Yena yang diam saja dan tetap fokus pada novel di tangannya, tapi jauh didalam hati gadis itu teriris. Ada sesuatu yang ia sembunyikan.

"Gue hargai perhatian lu Ric, makasih, gue gak papa. Tapi lu juga bisa kan hargai dia?" Jihun menatap serius pada sahabatnya.

Eric mendengus, lalu tersenyum miring "Dia gak pantes."

Jihun naik darah, ia bangkit "Kalo gak bisa, ya udah sih diem aja!!"

"Gue gak bisa diem aja kalo lu mendekati masalah, BEGO!!" Eric balas teriak.

Para murid lain sedang melihat mereka adu mulut, apalagi Jihun yang sekarang sudah mencengkeram kerah blazer Eric dengan keduanya bertatapan sengit.

"Meskipun lo sahabat gue, lo gak berhak ngatur ngatur gue sejauh ini. Dan LAGI! Yena bukan masalah, dia cuma cewek yang kalian pandang sebelah mata. Jaga mulut lo Sohn Eric!" geram Jihun.


Jihun melepaskan cengkeraman tangannya dan menatap sekelilingnya, masih sengit pada mereka yang menonton tadi.

"Lu pada liat apa?! Bubar sana!!" Jihun mendapat sorakan setelah bentakan yang ia keluarkan.

Eric merapikan blazernya dan menatap Jihun kembali, "Oke, tapi kalo lo kena masalah, lu masih bisa lari ke gue. Gue tunggu."


Eric pergi menyisakan Jihun yang sekarang kesal pada seluruh orang di sekolah. Apa sih salah Yena pada mereka??

Yena hanya gadis biasa yang sebelum ini periang dan suka dengan piano. Tapi sekarang ia berubah, datar, dingin, cuek dan tidak lagi aktif bermain piano.

Jihun melepaskan dasi dan blazernya, merasa gerah setelah meledakkan emosinya selama melihat Yena di caci maki selama dua bulan terakhir.


"Yena?" Jihun memanggil, tak ada respon.



Saat menoleh Jihun tersenyum lembut, Yena tertidur.

"Kenapa Yena berubah? Gak mungkin cuma di putusin sama Jisung jadi gini. Lagian buat apa, Jisung kan udah punya Lami, dan pindah sekolah juga. Mendingan juga Jihun ini." ucap Jihun pada Yena yang ketiduran.

Yena sangat pulas bahkan setelah sesaat tadi perdebatan antara Jihun dan Eric yang sangat berisik sampai sampai para murid datang untuk melihat apa yang terjadi.

"Kebo ih si imut.. tapi yang penting Jihun suka! Hihi.." Jihun gemas.

"Yena gak sakit apa dihina begitu? Jihun yang liat aja sakit banget." Jihun tetap bicara pada Yena.




Tentu saja sakit kak.. tapi dengan kakak gini pun aku bakal tambah sakit.. Yena membatin, sebenarnya ia pura pura tidur.

Pikirnya Jihun akan kesal dan jengah karena Yena tak perduli pada pembelaannya, lalu pergi dan tak akan perduli lagi padanya, seperti semua orang yang meninggalkannya.




.
.

Perjalanan pulang, Yena berjalan seolah tak punya semangat hidup dengan Jihun dibelakangnya mengekor dengan jarak sekitar 10 meter.

Yena berhenti di sebuah taman dan mendudukkan diri di bawah pohon, menikmati hangatnya cahaya matahari yang berbaur dengan udara yang semakin dingin, karena ini sudah hampir malam. Jihun mengikut.

Yena merasakan sakit kepala yang luar biasa datang lagi, sakit yang akan membuatnya abnormal, sakit yang tidak ia ketahui kapan datangnya, dan yang telah menghancurkan seluruh hidupnya.



"Yena.. kakak suka kamu." Jihun berucap, ia tak tahu Yena sedang sekarat di belakang punggungnya.




Yena tau harus berbuat apa tapi tubuhnya tidak mau menurut, kelebatan memori kelam mulai memenuhi otaknya dengan latar belakang suara yang mengerikan, membuatnya semakin kehilangan kesadaran. Kehilangan dirinya sendiri.

"Kakak pengen lindungin kamu, dan balikin kamu ke Yena yang dulu." Jihun tersenyum dan meremas dada kirinya yang berdentum keras.

Ia menghampiri Yena di belakangnya dan heran kenapa Yena tak merespon pernyataannya.

"Yah.. merem dia." Jihun kecewa sejenak lalu duduk di samping gadis itu, memangku dagu melihatnya tidur.



"Kak.." Yena membuka mata.

Jihun membalas dengan senyuman manis dan tatapan antusias, Yena mengulurkan tangannya ke punggung Jihun, mendekapnya erat. Sementara Jihun mematung kaget sekaligus senang.

"Yena? Kau.. memelukku?? Ini bukan mimpi?" Jihun menyentuh rambut Yena.
























Namun detik berikutnya ia memucat dan limbung ke rerumputan, dengan dada tertancap sebuah pisau lipat. Darah dengan hebat keluar dari sana, turut meletakkan noda merah di tubuh Yena.


"Y-Yena??" Jihun terkejut.

Yena mengeluarkan pistol dan membidik Jihun tepat di mulutnya, pemuda itu semakin tak bisa bernafas karena mentalnya ikut jatuh.


"I'm not Yena. Nice to meet you."













Dor






Fin.
.
.

Ehe.. maaf Ayah TRCNG, pengen yang genre lain.

Next?

Hakmin aja kali yaa...

TRCNG FF (Open Request)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang