XXI. Plan, Kill and Get Hurt

2.1K 269 43
                                    




❝ʏᴏᴜ'ʀᴇ ᴘsʏᴄʜᴏᴘᴀᴛʜ❞


Suasana kamar hotel begitu temaram diisikan dengan cahaya lampu tidur pada sisi kanan dan kiri ranjang dengan gemerlap malam. Kamar hotel tersebut berisikan desahan nafas yang saling beradu dari kedua anak manusia berpasangan -tanpa cinta- dengan tubuh polos menyatu saling mencari kenikmatan satu sama lainnya.

Rilla Otka, wanita berparas cantik itu baru pagi tadi tiba di Singapura untuk membantu Ayahnya pada sebuah proyek di sana. Hanya ditemani dengan seorang pria tampan yang merupakan Asisten pribadi yang telah bekerja cukup lama untuk Frans Otka.

Selain memiliki paras cantik, Rilla juga seorang wanita karir membantu sebagian perusahaan cabang sang Ayah. Saat ini ia mendapatkan tugas proyek yang sedang dalam masalah pada bagian keuangan yang kabarnya mengalami penyuapan sehingga proyek berjalan berantakan.

Kepergian Rilla ini tentu membuat ia mendapatkan kebebasan untuk melakukan apa yang dia inginkan. Seperti halnya yang dilakukan Rilla saat ini di kamar hotel bersama seorang pria lebih muda dan tampan.

Rilla bergumul panas dengan Asisten pribadinya -Rocky Carel. Pria tampan yang sejak lama telah bekerja mengabdi di perusahaan Frans Otka ini baru beberapa bulan yang lalu berubah posisi menjadi Asisten pribadi Rilla sekaligus teman panas yang entah bermula dari mana hingga mereka sering berakhir panas di atas ranjang mencari kenikmatan.

Bahkan terkadang, keduanya akan pergi bersama untuk menghabiskan waktu di luar batas bagi beberapa orang yang tidak menyukai dunia kebebasan. Keduanya selalu beralasan memiliki pekerjaan di luar.

Rilla mengerang dan mendesah panjang kala ia telah mencapai puncak kenikmatan sematanya diikuti Rocky yang dengan cepat melepas kepemilikannya dan segera jatuh di sisi kiri Rilla yang terpejam lelah.

"Luar biasa," bisik Rilla parau dengan nafas yang terengah-engah.

"Aku suka itu. Kau semakin luar biasa," balas Rocky dengan bisikan parau dan nafas yang terengah-engah lelah memeluk Rilla dari samping.

Baik Rilla dan Rocky, keduanya menarik nafas dan menghembuskannya hingga keduanya terengah-engah dengan nafas yang dihirup sedalam-dalamnya. Melelahkan namun luar biasa nikmatnya, menurut mereka.

Tampak sangat teramat lelah mengingat pergumulan panas mereka yang terjadi cukup lama juga hawa panas gairah yang melingkupi tubuh polos keduanya.

Rilla dan Rocky terpejam bersama hingga mata Rilla kembali terbuka kala mendengar panggilan masuk pada ponselnya yang tergeletak sembarang arah di lantai dengan ceceran pakaian mereka berdua.

Dengan malas Rilla bangkit duduk mencari ponsel dengan selimut yang menutupi tubuh polosnya begitu juga Rocky yang masih saja terpejam; tidak tidur.

Rilla sudah mendapatkan ponsel yang berada tepat pada bawah kasur bagian dirinya langsung mengangkat panggilan tersebut dari seseorang bawahan.

"Halo, Nyonya-"

"Kau sudah melakukannya? Baguslah. Akan kukirim uang itu secepatnya. Pergi sejauh yang kau bisa, pastikan tidak ada yang tahu kau di mana." ujar Rilla sebagai pembuka sekaligus penutup dalam telepon yang telah disambut dengan gembira oleh si penelepon Rilla.

Rilla tersenyum senang sembari meletakkan ponsel dan menjatuhkan kembali tubuhnya di sisi sebelah Rocky memeluk dengan menggoda.

"Mau bermain lagi?" ajak Rilla terdengar sensual pada pendengaran Rocky yang membuka mata memiringkan tubuh menghadap Rilla.

Rocky menyeringai; siapa yang akan menolak wanita cantik berada di bawah kuasanya. Belum lagi dia adalah atasannya. Rocky pun langsung menarik tubuh Rilla mengecup bibir merona wanita itu sebelum akhirnya mengeluarkan suara dengan nada yang sulit diartikan oleh Rilla.

You're Psychopath (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang