Chapter 9

50 26 15
                                        


Namanya cinta tak terbalas itu ya sakit. Zeva sedang mengalaminya sekarang. Ia memang belum bilang secara terang-terangan kepada Dirga bahwa ia menyukainya, namun sudah sekecewa ini perasaannya. Jelas sekali terlihat oleh matanya, cokelat yang ia taruh di kolong meja Dirga dimakan oleh orang lain. Ekspektasinya tidak seperti itu, tapi realitanya menyuguhkan hal lain.

"Besok usaha lagi ya Zev, jangan menyerah". Flora memberikan semangat kepada sahabatnya itu.

"Iya gue masih semangat kok, ini kan baru langkah awal".

"Nah gitu dong, jangan sedih gitu. Senyum coba". Ucap Chika mencoba untuk menghibur sahabatnya.

Zeva menampilkan senyuman manisnya.
"Ke mall yuk pulang sekolah nanti".  Ajak Zeva kepada kedua sahabatnya.

"Emm... Gue gak bisa Zev, soalnya dirumah ada acara keluarga". Elak Flora.

"Yaahh, sekarang lo sibuk banget ya Flor, sering banget tau kita cuma jalan berdua tanpa lo". Memang benar adanya jika Zeva dan Chika jarang sekali bertiga seperti dulu. Flora selalu sibuk setiap hari nya, entah itu ia bilang ada acara keluarga, ingin mengantarkan mamanya arisan atau lain hal.

"Iya, sorry ya".

*****

Tteeettt...tteeetttt... tteeettt

Bel pulang sekolah sudah berbunyi menandakan kegiatan belajar mengajar sudah selesai. Semua murid mulai berhamburan keluar kelas, apalagi murid dikelas XI.S-4 yang sedari tadi tidak ada guru langsung melarikan diri dari kelas.

"Beli novel yuk Va". Ajak Sarah.

"Emm.. jangan sekarang deh Sar, gue lagi krisis keuangan".

"Yahh, yaudah deh besok-besok lagi".

"Oke deh".

Lova memasukkan alat tulis dan buku-bukunya yang masih berserakan diatas meja kedalam tas. Setelah memasukkan kedalam tas, Lova langsung beranjak keluar kelas karena ia tidak ada jadwal piket hari ini.

"Gue pulang duluan ya Sar, Ris" ucapnya lalu melangkahkan kakinya keluar kelas.

"Iya". Sahut Sarah.

Lova berjalan melewati koridor kelas sebelas yang ramai oleh siswa-siswi karena baru saja keluar dari kelasnya. Tanpa ia duga sebelumnya, Dirga muncul dari arah belakang dan menahan tasnya.

"Main pergi-pergi aja". Ucap Dirga dengan suara dingin,khasnya.

"Gue mau pulang". Jawab Lova.

"Lo masih punya utang sama gue, gak lupa kan?"

Lova mengernyitkan keningnya, ia tidak paham dengan pertanyaan Dirga barusan.
"Cium gue didepan Lian". Celetuk Dirga karena Lova terlihat kebingungan atas pertanyaannya.

Deg!

Jantung Lova langsung berdetak kencang saat mendengar kata 'cium gue' dari bibir Dirga. Ia lupa jika ulangan matematika Dirga nomer 8,9,10 itu benar ia akan menciumnya. Bukan. Bukan ia yang mau, tetapi Dirga yang memaksa.

"Gue.." Lova tidak tau harus berkata apa. Ia bingung.

"Besok gue tunggu".

Dirga mendekatkan wajahnya pada wajah Lova, sehingga dengan refleks Lova memundurkan badannya selangkah kebelakang.

"Mau ngapain Lo?!" Lova menahan bahu Dirga dengan tangan mungilnya.

"Kalo lo gak mau. Gue yang cium lo". Bisik Dirga tepat ditelinga sebelah kanan Lova. Dirga suka melihat ekspresi lucu dari Lova saat ia menahan malu. Setelah mengatakan kalimat itu, ia melangkah pergi dengan memasang earphone di telinganya, dan meninggalkan Lova yang masih berdiri mematung ditempat.

WILL I BE WITH YOU?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang