Chapter 18

20 9 2
                                        





Suara gelak tawa terdengar di indra pendengaran Lova. Sedari bel istirahat berbunyi ia terus memperhatikan kedua orang didepannya sedang bercanda gurau, tidak perduli dengan teman sekelasnya yang memperlihatkan mereka. Lova memang tidak berhak untuk mencemburui Lian yang sedang bersama Valen. Tetapi, ia juga tidak bisa menyangkal perasaan itu. Akhir-akhir ini, jarang sekali Lian datang kerumahnya. Lian juga sering memutuskan kontak mata dengan Lova, jika Lova menatapnya. Bahkan, terkahir kali mereka berbincang saat dikantin waktu itu. Sebenarnya ada apa dengan Lian?

Brakk..

Dirga sengaja menaikkan kaki kanannya keatas meja Lova dengan cukup keras. Bukan tanpa tujuan ia melakukan hal tersebut. Hal ini ia lakukan karena bertujuan supaya Lova tidak lagi memperhatikan Lian yang sedang bersama Vallen. Dirga bisa melihat dari raut mata Lova, ada kesedihan yang terpendam didalamnya. Sekilas Lian yang mendengar suara itu juga menoleh kearah keduanya, lalu melanjutkan perbincangannya dengan Valen.

"Ngagetin aja sih Lo!" Kesal Lova.

Dirga tersenyum cool memandang Lova.
"Besok pagi gue jemput." Kata Dirga mengingatkan Lova, karena besok adalah hari pertamanya latihan basket.

"Turunin dulu ini kaki lo. Bau tau gak." Ucap Lova sambil menurunkan kaki Dirga kelantai.

"Bawain air mineral juga ya. Sisa uang gue waktu itu masih ada kan?"

"Kenapa gak beli sendiri aja sih?" Gerutu Lova.

"Gak mau yaudah, gue gak usah ikut turnamen." Ucap Dirga santai lalu mengatur posisi duduknya.

"Idih baperan".

Bel masuk sudah berbunyi itu tandanya sebentar lagi pak Ghani akan memasuki ruang kelas. Dirga sudah sangat bosan dengan pelajaran di sekolah. Baginya pelajaran disekolah itu tidak menantang sama sekali. Ia memutuskan untuk tidur seperti yang ia lakukan setiap harinya.

"Ga, jangan tidur terus dong." Ucap Lova.

"Kenapa? Lo gak bisa fokus belajar kalo gak gue pandangin ya?" Ucap Dirga dengan kepala yang ia sandarkan pada tas miliknya.

"Gue bosen liat Lo tidur terus."

"Gue juga bosen kalo gak tidur."

"Nilai matematika Lo cuma dapet 20, dan Lo masih malas malasan?"

"Gue gak malas Va, gue cuma males nulis apa yang udah gue bisa." Kata Dirga masih mempertahankan posisinya.

"Gimana gue bisa percaya kalo Lo gak mau buktiin?"

"Gue bakal buktiin ulangan Minggu depan. Sekarang biarin gue tidur. Ngantuk." Dirga mulai memejamkan matanya dan selang beberapa menit sudah masuk kedalam alam mimpi.

Lova heran dengan Dirga dan teman-teman sekelasnya. Pada saat jam kosong, kebanyakan dari teman-temannya bisa tidur di dalam kelas dengan menggunakan alas empat kursi atau rebahan diatas lantai saja bisa tidur. Sedangkan Lova? Ia tidak pernah bisa tertidur didalam kelas. Ia kadang ingin tidur bersama Risa dan Sarah saat jam kosong, namun niatnya gagal karena memang matanya tidak ingin tertidur jika mendengar suara berisik.

Sedangkan teman-temannya yang lain? Ada guru saja mereka bisa tertidur, seperti Dirga misalnya. Apalagi saat jam kosong, pasti sudah menjadi surga dunia bagi mereka.

*****

Lian menuju ke perpustakaan untuk membaca buku. Ia sering sekali ke perpustakaan karena ingin membaca buku fiksi maupun non fiksi. Mangkanya tidak heran, jika Lian itu cerdas dan selalu mengedepankan logika. Ia dahulu sangat suka pelajaran sains, namun entah mengapa sejak masuk SMA ia lebih memilih masuk IPS seperti Lova. Papa Lian berkeinginan jika putra sulungnya itu masuk disekolah internasional high school, namun Lian lebih memilih untuk pindah ke sekolah Lova daripada disekolahnya yang dulu. Bukan karena ia tidak mempunyai teman disana atau karena otaknya tidak kuat sekolah disana. Ia memilih pindah sekolah karena memang ingin berdekatan dengan pujaan hatinya. Yang sampai sekarang masih ia simpan rapih didalam hatinya.

"Yan!" Lova menepuk pundak Lian dari belakang.

"Hm?" Lian hanya bergumam dan tetap membaca buku ditangannya.

"Bisa tolong ambilin buku itu gak?" Lova menunjukkan salah satu buku yang ingin ia baca, buku itu berada di rak buku nomor empat.

"Emangnya lo gak bisa ambil sendiri?" Ucap Lian tanpa memandang Lova. Ini tidak seperti Lian yang Lova kenal.

"Gak nyampe nih." Lova berusaha berjinjit menggapai buku tersebut.

Lian menatap buku yang ditunjuk Lova dan mengambilnya.
"Nih." Ucap Lian memberikan buku itu kepada Lova.

"Yan, Lo kenapa sih kok gak kaya biasanya?" Tanya Lova.

"Kaya biasanya kok." Lian masih terus membaca bukunya saat Lova berbicara padanya.

"Ini gak seperti biasanya Yan, kalo gue ngomong Lo selalu natap mata gue. Ini Lo malah tetap aja baca buku. Lo marah sama gue?"

Lian menutup bukunya dan memandang lekat manik hitam mata Lova.
"Gue lagi pengen ngomong sama Lo."

"Ya kenapa? Gue salah apa?"

"Lo gak salah, gue yang salah."

"Kenapa Lo gini sih Yan?" Lova mencoba mencari jawaban diantara kedua manik mata Lian. Namun, ia juga bingung dengan tatapan Lian kepadanya.

"Gimana rasanya, kalo Lo punya temen deket dari kecil dan dia malah lebih memilih orang baru di hidup Lo?" Lian balik bertanya dengan pertanyaan yang Lova sendiri sulit untuk menjawabnya.

"Bingung mau jawab apa?" Ucap Lian ketika mulai kesal melihat lawan bicaranya diam saja tanpa mau menjawab pertanyaannya.

Lian melangkah pergi meninggalkan Lova yang masih terdiam ditempatnya.

Tersadar dari kebingungannya, Lova mengejar Lian yang sudah sampai di koridor dekat kelasnya.

"Maksud lo orang baru itu Dirga?" Tanya Lova.

"Lo tau jawabannya."

"Bukankah dia itu sahabat lo juga? Apa gue gak boleh temenan sama temen Lo?" Lova harus menyelesaikan masalahnya dengan Lian, ia tidak suka jika Lian marah padanya.

Tanpa sepengetahuan Lian dan Lova. Dirga mendengar perdebatan diantara mereka berdua. Dirga yang tadi dari toilet berhenti dibalik tembok samping kelas ketika mendengar Lova mengatakan namanya.

"Dia emang temen gue, tapi dia gak berhak rebut Lo dari gue Va." Ucap Lian tegas, tidak seperti biasanya yang tampil dengan guyonan recehnya.

"Terus gue harus gimana?" Tanya Lova lagi.

"Jauhin dia."

Dirga mengepalkan kedua tangannya dengan sekuat tenaga. Ia tidak suka jika ada orang lain mengusik sumber kebahagiaannya, sekalipun itu temannya sendiri.

"Maksud lo apa nyuruh Lova jauhin gue?" Dirga muncul dari balik tembok samping kelasnya. Ia sudah geram dengan perkataan Lian yang menusuk hatinya.









Kira kira apa ya yang akan terjadi antara Dirga dan Lian? Tunggu next partnya ya, see you❤️





Follow my Instagram
👉anggunf_fiolita

WILL I BE WITH YOU?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang