Chapter 1

129 61 43
                                        

11 tahun kemudian...

SMA BINA BANGSA

Lova sudah sampai disekolah dengan diantarkan oleh ayahnya. Ini adalah tahun ajaran baru, jadi Lova harus berangkat pagi sekali untuk memilih tempat duduk paling depan. Biasanya jika tahun ajaran baru seperti ini, yang tadinya sekelas menjadi tidak sekelas begitupun sebaliknya. Tetapi, Lova berharap masih tetap bisa satu kelas dengan kedua sahabatnya, Risa dan Sarah.

Lova memasuki kelas barunya yang bertuliskan XI.S-4, ia memasuki ruang kelasnya dan melihat bangku terdepan. Ternyata realita tidak sesuai dengan ekspektasinya. Semua bangku terdepan sudah diduduki oleh siswa siswi yang datang lebih pagi darinya.

"Va!" Panggil seorang gadis berambut pirang itu yang bernama Sarah.

"Hai". Jawab Lova dan menghampiri sahabatnya.

"Lo duduk samping kiri gue aja Va kan seru kalo kita sederet duduk bertiga. Iya nggak Ris?" Tanya Sarah pada Risa yang sedang menyantap bekal dari ibunya.

"He em bener tuh".

"Oke deh, gue duduk sini ya".

Lova melihat disetiap sudut ruang kelasnya. Banyak teman baru disini yang sebelumnya berada dikelas lain sekarang ada disatu ruangan dengannya. Ia belum terlalu mengenal teman satu kelasnya untuk saat ini hanya Risa dan Sarah yang ia kenal.

*****

Dari koridor kelas XI terdengar suara riuh tak ada hentinya ketika Zevanya Maulida sang primadona sekolah yang terkenal akan paras ayunya dan prestasi yang ia peroleh berjalan melewati mereka dengan style yang memukau. Ia berjalan tidak sendiri melainkan ada dua temannya dibelakang yang selalu menemaninya dari sejak kelas X. Disebelah kanannya dengan mata sipit serta rambut sebahu itu bernama Chika sedangkan disebelah kirinya dengan rambut berwarna cokelat itu bernama Flora.

Saat ketiganya memasuki ruang kelas XI.S-4 semua mata tertuju padanya. Hanya satu cowok yang tidak tertarik dengan pesona Zeva, ia tetap pada posisi sebelumnya. Cowok itu lebih memilih tidur di bangku paling pojok dan belakang daripada harus melihat hal yang menurutnya tidak penting.

Zeva dan sahabatnya duduk dibaris pertama karena, siswa yang pertama duduk disina pindah tempat hanya karena terpesona oleh kecantikan Zeva.

*****

Seorang pria berusia sekitar dua puluh tujuh tahun dengan memakai kacamata dan selalu menata rambutnya serapi mungkin serta membawa tas berwarna hitam memasuki ruang kelas XI.S-4.

"Selamat pagi anak-anak". Sapa pak Ghani setelah memasuki ruang kelas XI.S-4.

"Pagi pak".

"Oke, ini adalah hari pertama kalian memasuki ruang kelas yang baru serta teman baru yang pastinya berbeda dengan kelas kalian sebelumnya. Disini saya sebagai wali kelas kalian serta guru matematika kalian berharap dapat menjadi guru yang amanah, dan bertanggung jawab atas apa yang sudah menjadi tugas saya".

"Saya juga berharap pada kalian, terus tingkatkan prestasi kalian dan jangan pernah membuat keributan yang tidak diinginkan. Apakah kalian bisa melakukannya?"

"Bisa paakk". Ucap murid serentak.

Pak Ghani melihat dipojok tempat duduk terdapat siswa yang tidak mendengarkan berbicaranya sedari tadi. Ia menghampiri siswa tersebut dan menepuk pundaknya.

"Senang bertemu denganmu". Ucap pak Ghani lalu melirik nametag siswa tersebut. "Rachael Dirga Pradivta?"

Siswa itu hanya memandangnya dengan tatapan datar lalu mengalihkan pandangannya kearah lain. Bukan, kearah lain. Lebih tepatnya melihat kearah Lova.

"Jangan tidur saat pelajaran sedang berlangsung ya?" Ucap Pak Ghani menasehati Dirga.

Mendengar pak Ghani berbicara seperti itu, Dirga memutuskan kontak mata dengan Lova dan menatap dingin kearah depan tanpa menjawab pertanyaan dari pak Ghani.

*****

Bel istirahat berbunyi satu menit yang lalu, saat ini Lova dan kedua sahabatnya sedang berada di kantin.

"Burger isi daging sapi gak pake tomat ya mba, sama minumnya lemon tes". Pesan Lova pada mba Minah penjual makanan di kantin.

"Kita bertiga samaan aja deh mba persennya". Ucap Sarah ikut memesan makanan.

"Iya mba sebentar ya".

Sembari menunggu pesanan makanannya datang, Lova membaca novel yang ia beli kemarin di toko buku bersama kedua sahabatnya. Lova suka membaca, apalagi membaca novel. Maka dari itu, pelajaran bahasa Indonesia Lova sangat tinggi sedangkan nilai Matematikanya rendah.

Tapi kegiatannya menjadi tidak fokus karena masih terbayang oleh tatapan Dirga dikelas tadi. Ia merasa de ja vu dengan tatapan itu.

"Dengar-dengar mau ada murid pindahan ya?" Ucap Sarah pada kedua   sahabatnya.

"Gak tau, kata siapa lo?" Tanya Risa.

"Gue denger dari kakak kelas. Kata mereka bakalan ada murid pindahan. Mereka bilangnya ganteng gitu, berarti anak pindahan itu cowok". Ucap Sarah menjelaskan.

"Ini mba Pesanannya". Mba Minah datang disela-sela obrolan mereka dengan membawa Burger dan lemon tea pesanan mereka.

Lova masih belum menyadari jika burger pesanannya sudah datang.
"Va! Burger lo keburu dilaletin itu. Kalo gak lo makan gue makan aja nih". Risa menyadarkan Lova dari lamunannya.

"Enak aja mau lo makan, iya ini mau gue makan kok".

*****

Sekarang bukan lagi dikelas tempat tidur Dirga, melainkan diatas rooftop sekolah tempatnya berbaring merajut mimpi. Sudah sejak bel istirahat tadi Dirga melanjutkan tidurnya diatas rooftop sampai ia tidak dengar jika bel masuk berbunyi.

Bu Sandra sebagai guru seni musik memasuki ruang kelas XI.S-4 karena saat ini adalah jam ia mengajar. Ia terkenal akan paras cantiknya disekolah. Tidak hanya cantik, suara dan lekuk tubuhnya membuat kaum Adam tersirna olehnya.

"Selamat pagi anak-anak". Sapa Bu Sandra pada murid-muridnya.

"Pagi Bu". Jawab murid serentak.

Bu Sandra mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kelas, memastikan jika anak muridnya masuk dengan tertib. Tetapi, saat ia melihat bangku dipojok kanan kosong tanpa penghuni, Bu Sandra mengernyitkan dahinya dan bertanya kepada murid-murid.

"Bangku pojok itu kemana?" Tanyanya.

"Belum masuk Bu".  Jawab siswa didepan bangku Dirga.

"Kalau begitu kamu yang duduk disamping kanannya. Tolong cari dia ya. Pelajaran tidak akan saya mulai kalau satu murid belum masuk kelas saat pelajaran saya berlangsung." Tegas Bu Sandra pada semua murid.

Lova yang ditunjuk pun langsung keluar kelas. Ia bingung harus mencari cowok itu kemana.

"Gue harus cari dia dimana coba?" Tanya Lova pada dirinya sendiri.

Kaki Lova terus melangkah, ia hanya menuruti feelingnya saja. Lova menuju keatas rooftop sekolah, sesampainya di sana ia mengedarkan pandangannya

WILL I BE WITH YOU?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang