Chapter 3

73 44 30
                                    



Lova menekan tombol didepan rumah Lian.

Ting tongg...

"Liaann". Lova memanggil Lian karena sedari tadi ia menekan tombol tak ada seorang pun yang membukakan pintu untuknya.

"Ngapain Lo?". Ucap Lian membuka pintu dengan muka bantalnya.

"Ini udah mau maghrib, dan Lo baru bangun tidur?"

Lian menggaruk ketiaknya lalu diciumnya aroma khas dari ketiaknya sendiri.

"Ihh, jorok banget sih lo Yan".

"Wangi kok ketek gue, mau cium gak?" Lian mendekatkan ketiaknya kepada Lova.

"Ih gak mau! Gue kesini mau minta ajarin matematika bukan nyium ketek Lo".

"Loh Lova kok gak masuk? Ajakin Lova masuk dong Yan, ayo masuk Va". Ucap mama Dhea.

"Ya ampun Yan Yan, kamu pasti belum mandi ya? Mama bangunin susah banget. Sana mandi dulu terus temenin Lova."

Lian tidak bisa membantah ucapan dari mamanya. Ia langsung kembali kedalam kamarnya untuk mandi.

*****

"Sebenernya gue ngitung nih matriks apa gunanya coba?" Omel Lova pada pelajaran yang sedang ia pelajari.

"Nah sekarang gue nanya, kenapa Lo sekolah?" Timpal Lian.

"Ya supaya pinter".

"Gimana Lo sekolah bisa pinter kalo ngeluh terus kaya gitu".

"Pokoknya gue sebel".

Lova sibuk mengerjakan contoh soal yang diberikan Lian kepadanya. Lian memperhatikan Lova yang sedang serius dalam belajar matematika. Lian tau kelemahan Lova adalah pelajaran matematika. Tiba-tiba ia teringat akan pertemuannya pertama kali dengan Lova.

Flashback on

"Dirga. Dirga udah balik kesini lagi?" Ucap gadis kecil berambut lurus tergerai dengan bando pink menghiasi rambut panjangnya.

Lian keluar rumah dan mengamati gadis kecil dihadapannya itu. Ia terpana saat pertama kali melihat Lova datang kerumahnya. Sedangkan Lova memasang raut muka bingung dengan bocah laki-laki dihapadannya sekarang.

"Lian". Ucap bocah laki-laki itu dengan mengulurkan tangannya pada Lova.

Flashback off

Mengingat itu semua membuat Lian senyum-senyum sendiri. Selama ia tinggal satu kompleks dengan Lova ia tidak pernah menyukai gadis lain selain Lova. Bahkan gadis di sekolah lamanya banyak sekali yang ingin ia jadikan pacar. Namun, Lian tetap menjaga hatinya untuk Lova. Hati yang sudah ia jaga selama sebelas tahun. Hati yang masih belum mengatakan isi didalamnya. Hati yang mampu bertahan walaupun banyak sekali rintangannya.

*****

Terdapat tiga siswa yang mencalonkan dirinya sebagai ketua kelas. Seperti yang dijanjikan pak Ghani kemarin. Hari ini adalah pemilihan perangkat kelas.

"Oke disini sudah ada Ziko,Fandi ,dan Satya . Kalian berhak memilih mana siswa yang dapat amanah untuk kalian jadikan ketua kelas. Selanjutnya siapapun yang akan menjadi ketua kelas akan memilih sekertaris serta bendahara kelas". Ucap pak Ghani sebelum voting pemilihan ketua kelas dimulai.

Seusai voting diadakan, akhirnya terpilih Satya sebagai ketua kelas XI-4 dan Fandi menjadi wakilnya. Sang ketua dipersilahkan memilih sekertaris serta bendahara kelas.

"Saya memilih Zeva sebagai sekretaris dan Valen sebagai bendahara". Ucap Satya.

"Lo liat tuh Bim, Satya pengen jadi ketua kelas tu ya karena pengen modus sama Zeva dan Valen.  Kalo ada acara kan pasti ngadain rapat perangkat kelas tuh. Nah pas itu pasti dia ngambil kesempitan dalam kesempatan". Ucap Yudha pada sahabat karibnya.

"Benerin dulu cara ngomong Lo deh Yud, yang bener itu kesempatan dalam kesempitan. Bukan sebaliknya. Kapan sih Lo pinter? Heran gue lo gak pinter-pinter."

"Jadi Lo udah ngerasa pinter Bim?"

"Belum juga sih".

"Nah gitu dong kita kan jadi couple gak pinter." Ucap Yudha sambil memeluk Bimo.

"Gausah peluk-peluk gue. Nanti Zeva curiga". Ucap Bimo melepaskan pelukan Yudha di tubuhnya.

"Karena perangkat kelas sudah dibentuk. Senin depan kalian ulangan matematika ya". Setelah mengatakan kalimat tersebut pak Ghani meninggalkan kelasnya. Terdengar keluh kesah siswa karena belum siap dengan ulangan Minggu depan.

*****

Lova memperhatikan Zeva yang sedang berada di kantin . Ia melihat Zeva selalu menjadi topik utama dalam pembicaraan setiap siswa. Ia memang siswi yang sedang populer disekolah BINA BANGSA. Ia melihat Zeva terlampau sempurna dan sangat cantik. Mustahil jika ada cowok yang menolak cintanya.

"Woy! Bengong aja Lo!" Teriak Risa tepat ditelinga kanan Lova.

"Ih Sa, gue gak tuli kali. Jangan keras-keras dong ngomongnya ". Omel Lova pada Risa.

"Ya abisnya gue liatin, Lo ngeliat Lova dari tadi gak kedip-kedip".

"Zeva cantik banget ya. Udah pinter, populer,anaknya orang kaya lagi. Gak salah kan kalo gue iri sama dia?"

Sarah dan Risa saling berpandangan dengan tatapan seolah bertanya 'kenapa sama si Lova?'

"Gak biasanya Lo kaya gini Va, biasanya aja kalo salah satu diantara kita berdua ada yang iri. Lo selalu bilang kalo manusia itu punya jatahnya masing-masing dan harus disyukuri. Kenapa sekarang Lo gak bisa nerapin apa yang Lo omongin sendiri?" Sarah mengingatkan Lova akan nasihatnya kemarin.

"Lo juga cantik kok Va, udah gitu papa sama mama Lo kan punya bisnis katering dan toko baju. Biarpun Lo gak sepopuler Zeva, tapi buktinya Lo masih punya sahabat-sahabat kaya kita." Ucap Risa.

"Kadang Manusia emang gitu ya. Dia bisa menguatkan hati orang lain. Tapi belum tentu bisa menguatkan dirinya sendiri. Kaya gue saat ini. Mungkin gue bisa bilang kalo kalian nggak boleh iri sama orang lain, tapi gue sendiri masih iri sama Zeva."

"Lo harusnya bersyukur Va, bisa deket sama cowok baru itu". Ucap Sarah sambil melahap baksonya.

"Kalo Lian mah temen gue dari SD, jadinya ya udah deket dari lama".

"Lian buat gue boleh nggak Va?" Tanya Sarah.

"Jangan! Lian gak boleh pacaran". Jawab Lova penuh penekanan.

"Hmm jadi ceritanya temen tapi mencintai nih?" Timpal Risa.

"Apaan sih nggak gitu juga kali".  Lova berusaha menyembunyikan wajah semu merahnya dihadapan kedua sahabatnya.

*****

Lova berjalan ke seberang jalan untuk menunggu angkot datang. Ia memang terbiasa pulang sekolah naik angkot daripada taxi. Alasannya yaitu karena hemat biaya. Ketika ia sudah sampai diseberang jalan ia melihat dompet berwarna cokelat tergeletak dipinggir jalan. Lova mengambil dompet tersebut dan membukanya. Terdapat dua kartu kredit dan kartu pelajar. Lova melihat kartu pelajar itu dan ternyata dompet itu milik Rachael Dirga Pradivta.

Angkot yang ditunggu Lova pun datang. Ia menaiki angkot tersebut dan menuju ke alamat yang tertera dikartu pelajar milik Dirga.

Saat sudah sampai di alamat yang dituju. Lova bingung dimana rumah Dirga berada.







Follow my Instagram
👉 anggunf_fiolita

WILL I BE WITH YOU?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang