Chapter 10

52 23 11
                                    


Masing-masing anggota kelompok yang sudah bisa mengajarkan anggotanya yang lain, Lova mencoba untuk memasukkan bola kedalam ring. Namun hasilnya nihil, bola yang ia lempar selalu meleset. Melihat Lova yang selalu tidak berhasil memasukkan bola kedalam ring, Dirga yang sedang duduk dipinggir lapangan mendekat kearah Lova, dan berdiri dibelakang tubuh Lova dengan melipatkan kedua tangannya didepan dada. Memandang datar Lova yang sedang berusaha memasukkan bola basket kedalam ring.

"Ngapain?" Suara dingin Dirga mengalihkan perhatian Lova dari ring basket menuju ke sumber suara dibelakangnya.

"Main basket".

"Lo pikir itu bola bekel? Cara lo megang bola udah salah".

"Ya gue kan gak tau gimana cara yang bener". Dirga mengambil bola basket dari tangan Lova.

"Liatin gue".

Dirga memposisikan dirinya di garis three points, dan melempar bola kedalam ring dengan santainya. Lova melihat dengan seksama bagaimana cara Dirga memasukkan bola kedalam ring. Hanya dengan sekali lemparan saja Dirga berhasil memasukkan bola kedalam ring dengan mulus.

"Coba". Dirga memberikan bola yang ia pegang kepada Lova.

Lova memasang posisi yang menurutnya sudah benar, dan hendak melempar bola.

"Kaki lo salah kalo kaya gitu".
"Gini yang bener". Dirga mengajarkan teknik basket kepada Lova dengan telaten. Jarang sekali Dirga bersifat telaten seperti sekarang. Biasanya ia sangat malas mengajarkan sesuatu kepada orang lain, tetapi pada Lova tanpa disuruh pun ia akan melakukannya dengan senang hati.

Zeva yang sedang diajarkan oleh Satya, memperhatikan Lova dan Dirga sedang asik bermain basket. Iri. Namun ia tidak mungkin mengatakan 'GUE IRI SAMA LOVA', saat ini yang bisa ia lakukan hanya memperhatikan dari kejauhan.

"Zev". Ucap Satya menyadarkan Zeva dari lamunannya.

"Hah?!"

"Lo liatin Dirga sama Lova sampe segitunya, kenapa?"

"Nggak".

"Lo suka Dirga?"

Zeva tidak ingin berbohong, apa gunanya juga ia berbohong.

"Iya".

Kalimat yang tidak ingin didengar Satya akhirnya terucap juga dibibir Zeva. Satya memang sudah pernah menunjukkan rasa sukanya pada Zeva, namun respon Zeva tidak seperti yang ia harapkan. Pernah ia memberi Zeva donat bakery satu kotak pada saat jam istirahat. Tetapi, Zeva menolaknya dengan alasan "Makasih ya Sat, tapi sorry gak gue terima. Soalnya donat bikin gendut".

*****

Lian sedang mengerjakan matematika di perpustakaan, setelah pelajaran olahraga usai. Ia langsung menuju ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas matematika yang diberikan pak Ghani, lagi-lagi pak Ghani izin karena ada acara keluarga. Lian tidak akan bisa mengerjakan dikelas, karena pada saat jam kosong seperti ini kondisi kelas seperti taman kanak-kanak. Membuat kegaduhan yang suaranya seperti tong setan.

Lova ikut dengan Lian, karena ia juga ingin mengerjakan tugas matematika bersama Lian.

"Kemarin matriks, sekarang limit. Besok amit-amit deh ngerjain matematika". Gumam Lova.

"Oh gitu terus?". Tanya Dirga disamping tempat duduk Lova.

"Ngapain lo kesini?". Tadi saat Lova ke perpustakaan untuk belajar dengan Lian, Dirga masih tidur dikelas dengan mengenakan seragam olahraga. Namun, saat ini ia sudah berada disamping Lova dan memakai seragam khas SMA Bina Bangsa.

WILL I BE WITH YOU?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang