Chapter 16

22 12 6
                                        




Setelah mengabiskan bekal dari Zeva, Dirga mengajak Lova untuk menunggu bus bersama dihalte dekat sekolah mereka. Awalnya Lova menolak, karena ia lebih memilih naik angkot. Tetapi bukan Dirga jika menyerah begitu saja, ia terus memaksa Lova hingga akhirnya sang korban pun mau untuk menunggu bus bersamanya.

"Kok lama nunggu bus? Mending naik angkot aja deh." Ucap Lova sambil melihat ke arah jalan raya, berharap ada bus yang datang.

"Entar juga datang, sabar aja." Dirga mengeluarkan ponselnya dan membuka kamera. Lalu ditariknya bahu Lova agar mendekat kearahnya. Karena kaget akan apa yang dilakukan Dirga. Lova sedikit membuka mulutnya dengan alis yang ditautkan.

Cekrek..

Gambar berhasil diambil, dengan cepat Dirga menyimpannya dan memasukkan ponselnya kedalam saku celana.

"Ihhh apaan sih Ga, hapus foto gue!" Ucap Lova dengan kesalnya.

"Gak mau." Jawab Dirga dengan tidak keperduliannya.

"Katanya gak mau bikin gue kesel?"

"Iya nanti dirumah gue hapus."

"Gak mau, pasti Lo bohong lagi."

"Gak Va, seriusan deh."

Dari gerbang sekolah, Lian melihat Dirga dan Lova sedang menunggu dihalte. Ia memperhatikan kedekatan mereka berdua. Cemburu. Iya itu yang Lian rasakan.

"Lian!" Ucap seseorang dari belakang tubuh Lian.

Lian menoleh dan menatap siapa seorang yang memanggilnya.
"Iya Len, kenapa?"

"Emmm.. boleh nggak aku nebeng kamu?" Kata Valen.

Lian menatap Dirga dan Lova kembali, masih tetap sama seperti tadi yang ia lihat. Ia kembali menatap Valen.

"Boleh. Naik aja." Jawab Lian.

"Makasih ya."

Lova melihat Lian membonceng Valen melewati depannya. Mana mungkin Lian tidak tau jika Lova sedang menunggu dihalte? Jelas saja tadi ia menatap Lova sebentar sebelum akhirnya pergi menjauh dari jalan raya. Mengapa ia malah mengantar Valen ketimbang mengantarnya pulang? Itu yang ada difikiran Lova ketika melihat Lian mengantarkan Valen pulang.

Dirga menyadari apa yang sedang ditatap Lova. Ia berusaha mencairkan suasana kembali.
"Cewek itu biasanya suka apa?" Tanya Dirga.

Lova berhenti untuk memperhatikan Lian dari kejauhan, ia menoleh menatap Dirga.
"Kenapa emang?"

"Nanya"

"Gak tau". Jawab Lova.

"Lo kan cewek."

"Gue tipe orang yang bakal nerima pemberian dari orang lain, asalkan barang itu positif."

Dirga menganggukkan kepalanya.
"Tipe cowok yang disukai cewek?" Tanya Dirga lagi.

"Kebanyakan sih cewek suka cowok yang ganteng,pinter,gak suka bolos,gak sering tidur dikelas, dan ulangan selalu dapat nilai sempurna." Dirga merasa tersindir ketika Lova mengatakan hal yang sering ia lakukan didalam kelas.

"Itu kata siapa?"

"Kata Risa,Sarah dan temen temenku yang lain."

"Kalo tipe Lo yang kaya gimana?"

"Gak jauh-jauh dari tipe mereka sih, yang jelas dia pinter dan gak sering tidur dikelas, soalnya kalo dia pinter kan bisa ngajarin gue pr matematika sama akuntansi." Jawab Lova jujur.

"Lian termasuk tipe Lo?"

Lova menatap Dirga dengan tatapan tajam.

"Kepo." Jawabnya.

Tidak lama kemudian bus datang. Lova segera menaiki bus tersebut dan duduk dibangku yang kosong. Sesaat kemudian Dirga menyusul Lova dan duduk disampingnya.

*****

Lebih dari sepuluh menit, akhirnya bus sudah sampai di gerbang perumahann Lova. Lova dan Dirga segera turun dari bus.

"Makasih ya udah mau nganterin, besok lagi kalo mau nganter pake motor kek. Biar gue gak nunggu lama." Gerutu Lova.

"Ini kode atau paksaan?" Tanya Dirga.

"Gue ngomong jujur. Yaudah gue masuk dulu ya."

"Tunggu." Dirga menarik tangan Lova. Mencegahnya untuk tidak masuk perumahan.

"Kenapa lagi?"

Dirga berdiam sebentar sebelum akhirnya mengatakan sesuatu.
"Jangan benci gue karena sifat gue yang jauh dari kata positif ya, Lo bilang suka sama cowok pinter yang gak pernah tidur dikelas. Itu semua sifat gue, dan gue gak suka kalo Lo benci sama gue karena itu." Lova melihat keseriusan dari setiap kata yang Dirga ucapkan.

"Gue gak benci Lo kok."

"Gue gak bisa berubah kalo gak ada yang merubah." Kata Dirga.

"Gak usah dirubah kalo itu udah jadi kenyamanan buat Lo."

"Oke, thanks udah ngertiin." Kata Dirga dengan senyum tipisnya.

Lova menganggukan kepala.
"Yaudah lepasin tangannya Ga, gue mau balik. Oke?"

"Yaudah sana gue liatin sampe Lo masuk rumah."

"Gue bukan anak kecil yang harus diperhatiin kalo jalan."

"Jarang gue merhatiin cewek, harusnya Lo bersyukur."

"Serah Lo deh."

Lova menatap Dirga dari gerbang kompleks perumahan sebelum masuk kedalam rumah, dilihatnya Dirga benar-benar memperhatikannya seperti apa yang ia bilang tadi.

*****

Zeva sedang berada dikamarnya, ditemani oleh Chika sahabat yang selalu ada bersamanya. Saat ini ia sedang mencurahkan isi hatinya kepada Chika.

"Kenapa sih Chik, cinta gue kaya gini banget. Baru kali ini cinta gue ditolak."

"Lo sih orangnya pemilih, coba kalo Lo terima Satya. Dia itu udah ganteng, tajir,katua kelas, dan yang paling keren lagi ketua basket. Dia itu banyak fans dari sekolah kita dan sekolah lain. Itu yang bakalan bikin lo tambah tenar Zev."

"Satya itu sok kegantengan bukan ganteng beneran, kalo Dirga kan emang ganteng. Coba kalo waktu itu gue gak berangkat pagi. Pasti itu adik-adik kelas udah ngasih bekal juga ke meja Dirga. Sebelum mereka keterusan ya gue usir aja dari kelas." Kata Zeva sambil mengingat kejadian pagi hari yang lalu. Ketika ia berangkat pagi, sudah ada beberapa bekal diatas meja dan kolong meja milik Dirga, ia melihat ada beberapa siswi yang sengaja menaruh bekal itu disana. Semua bekal yang ada ia bawa dan ia kembalikan kepada pemberinya.

"Gak usah naruh makanan lagi ya dimeja Dirga. Kecentilan banget sih jadi adek kelas. Sana pergi!" Ucap Zeva sakartis kepada adik kelas yang memberikan bekal untuk Dirga.

Zeva mampu melakukan pengusiran terhadap adik kelas karena dia merasa pantas untuk Dirga dibandingkan dengan siswi-siswi tersebut. Tetapi tadi saat ia pulang sekolah, matanya dengan jelas menangkap kebersamaan Lova dengan Dirga dipinggir jalan. Ia dapat melihat secara jelas, Dirga begitu dekat dengan Lova. Ia bisa mengatakan seperti itu karena ia tau keseharian Dirga didalam kelas. Dirga tidak pernah mengucapkan kalimat yang banyak saat berbicara dengan teman kelasnya. Bahkan, ia tidak pernah tersenyum. Dan Lova berhasil membuat Dirga menampakkan senyumnya dihadapan orang lain. Ia juga mampu membuat Dirga mengatakan kalimat yang lebih dari biasanya ia ucapkan.

Ia merasa benar-benar gagal dalam menjalankan misinya untuk mendapatkan cinta Dirga. Zeva ingin memiliki, namun ia tidak bisa memaksakan hati orang yang ia suka untuk merasakan hal yang sama sepertinya. Tetapi ia juga sadar, menyaksikan orang yang ia suka bahagia dengan wanita lain itu sama saja seperti ada konser K-Pop tapi kita gak bisa datang. Sakit tapi tidak berdarah.















Follow my Instagram
👉anggunf_fiolita

WILL I BE WITH YOU?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang