MyL: 1

11.8K 1K 29
                                    

Happy reading 😊

🍁🍁🍁🍁

Tidak ada yang ingin hidup seorang diri di dunia ini. Begitupun dengan Jisoo. Hidup sebatang kara mengharuskan dirinya untuk hidup mandiri dan mengurus segala hal seorang diri. Akan tetapi, dibalik itu semua, Jisoo masih merasa beruntung. Pasalnya dirinya masih diberi kesempatan untuk melihat wajah kedua orang tuanya. Di saat yang lain ada yang tidak bisa merasakan hal tersebut.

Mungkin jika dia tinggal di sebuah negara tempatnya lahir atau di manapun negara tersebut, dia masih bisa bertahan hidup. Contohnya dengan bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Namun, entah bagaimana ceritanya dia bisa berakhir di tempat lain. Kenapa dia tiba-tiba terbangun di tengah hutan?

"Hutan?" Gumam Jisoo mengernyit heran. "Apakah tidak ada orang satupun di sini?" Imbuhnya sembari berusaha berjalan lebih jauh.

"Aaaaakhhh!" Teriak Jisoo spontan saat tubuhnya dirasa terjun bebas ke bawah.

Apa dia akan mati sekarang? Dia belum menikmati hidup lebih lama. Bahkan, dia belum bertemu dengan jodohnya. Bagaimana bisa dia meninggal sekarang?

Tunggu dulu!

Satu detik, dua detik, Jisoo tidak merasa tubuhnya terbentur apapun. Akan tetapi, dia merasa napas hangat menerpa matanya yang kini terpejam rapat. Secara perlahan dia mulai membuka matanya dengan nyali yang sangat kecil. Detik itulah netranya menabrak netra hijau terang seorang pria yang juga menatapnya lekat.

Apa Jisoo sedang berada di Eropa? Kenapa warna mata pria ini berwarna hijau? Namun, anehnya pria tersebut mengenakan topeng di wajahnya.

Cukup lama Jisoo menatap pria yang baru dia sadari sedang menggendongnya ala bridal style. Bukan menggendong, mungkin lebih tepatnya pria ini menangkap Jisoo tadi.

Bruk!

"Aww!" Ringis Jisoo saat tiba-tiba pria tersebut menjatuhkannya.

Bahkan, posisi jatuh Jisoo benar-benar tidak elit sama sekali. Juga dia belum berterima kasih pada pria tersebut. Namun, perlakuannya tadi benar-benar menghapus keinginan Jisoo untuk berterima kasih.

"Kau! Bagaimana kau bisa setega itu?!" Seru Jisoo sembari meringis menahan sakit.

Saat Jisoo mendongak untuk menatap pria tersebut, tiba-tiba pria itu menunduk dan langsung menutup wajah Jisoo menggunakan sebuah kain. Saat itu juga, perlahan kesadaran Jisoo terenggut. Dalam hati Jisoo tertawa miris. Apa dia sedang dibius dengan kain saat ini?

---

Lagi, Jisoo terbangun untuk kedua kalinya di tempat lain. Tadi di hutan, kini di gerobak? Atau kereta kayu?

"Kau sudah bangun?" Tanya seorang wanita berusia tiga puluh tahunan dengan senyum menenangkan.

"Kau tidak sadarkan diri cukup lama." Imbuh seorang gadis yang terlihat berusia sama dengan Jisoo.

Akan tetapi, yang aneh, kenapa bahasa mereka seperti bahasa korea zaman kolosal? Terlalu formal.

"Aku... di mana?" Tanya Jisoo pada akhirnya.

"Tadi kau kami temukan di sisi hutan. Kau terlihat tidak sadarkan diri dan kami memutuskan untuk membawamu. Kami menuju ke ibu kota sekarang." Jelas wanita tadi.

"Kau bisa memanggilku Chaeyoung." Ucap gadis yang terlihat seusia dengan Jisoo.

"Berapa usiamu?" Tanya wanita yang Jisoo yakini sebagai ibu dari Chaeyoung.

"Terlihat berapa usiaku?" Tanya balik Jisoo sembari menahan rasa pusing di kepalanya.

"Tujuh belas tahun? Kurasa kau lebih muda satu tahun dariku." Tebak Chaeyoung.

"Panggil aku kakak!" Imbuh Chaeyoung ceria dan antusias.

"Itu hanya keinginanmu." Tegur ibu Chaeyoung dengan kekehan kecil.

"Kau tidak ingat namamu?" Tanya ibu Chaeyoung beralih pada Jisoo dengan senyum lembut. Kenapa Jisoo menjadi ingat dengan ibunya?

"Namaku Kim Jisoo, kurasa aku bisa menjadi adiknya." Jawab Jisoo sembari tersenyum lemah. Ya dengan kata lain Jisoo membenarkan Chaeyoung yang menganggapnya berusia tujuh belas tahun.

"Benarkah?" Tanya Chaeyoung dengan wajah gembira.

Jisoo bergumam singkat, "Hmm."

"Angkat dia menjadi bagian keluarga Kim, Ibu!" Seru Chaeyoung dengan sedikit rengekan. "Nama keluarganya juga Kim." Imbuhnya memohon.

"Apa kau mau?" Tanya ibu Chaeyoung menyetujui keinginan putrinya.

"Jika kau bersedia, kau bisa memanggilku Ibu mulai saat ini." Imbuh ibu Chaeyoung kemudian dengan senyum hangat.

"Terima kasih banyak. Tetapi apa aku tidak merepotkan kalian?" Tanya Jisoo setelah kepalanya sedikit lebih baik.

"Tidak, kami malah akan sangat senang." Jawab Chaeyoung dengan senyum mengembang.

"Akhirnya aku mendapat seorang adik." Ucap Chaeyoung dengan raut berbinar.

"Aku akan menceritakan banyak hal padamu nanti." Imbuhnya sembari menggenggam tangan Jisoo erat.

"Sekedar informasi, akan ada pesta lentera minggu depan dan kita akan bisa melihat Pangeran Kerajaan dan Putra Mahkota di sana." Bisik Chaeyoung sembari terkekeh kecil.

Sedangkan Jisoo hanya tersenyum simpul untuk menjawabnya. Dia masih belum mengerti dengan situasi saat ini. Di mana dia sekarang? Apa yang sebenarnya terjadi? Dia belum paham sepenuhnya.

Bukankah terakhir kali Jisoo berada di sebuah perpustakaan? Kenapa dia bisa berakhir di tempat seperti ini? Siapa itu Pangeran Kerajaan dan Putra Mahkota? Apa bedanya mereka berdua?

---

Haha aku bikin cerita Taesoo baru, 😊😊

Padahal yg satu baru end, baru aja malah, 😆😆

Kita bandingin ini sama yg satu ya, enak yg mana, 😉😉

Mohon maaf kalo banyak kekurangan 😊😊

Semoga kalian menikmati 😇😇

Voment boleh dong 😉😉

Terima kasih banyak 🤗🤗

---

Tbc

P: 17 Februari 2019

Masa yang Lain  ::✓::Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang