1. Pernikahan

27.9K 400 2
                                    

Aku sudah sejak lama mencintai Robert Barry Evans. Dia adalah cinta pertamaku saat aku berada di Junior High. Dulu dia sangat tampan, cool dan pintar, begitupun dengan sekarang. Walaupun sudah lama berpisah tetapi aku selalu memantau sosial media miliknya. Melihat wajahnya saja sudah bisa membuatku tertawa kegirangan. Rob itu satu-satunya orang yang dapat membuat sepanjang hariku ceria hanya karena menatap fotonya.

Forbes Youngest Billionaire of 2020!

The Executive Man of the Year!

10 Greatest Entrepreneurs of All Time!

Top 5 Billionaire in the World!

Pokoknya semua majalah yang memuat dan ada muka Rob selalu aku beli!

Hari ini aku mendapat kabar jika Rob pergi ke rumahku menemui kedua orangtuaku. Meminta ijin untuk meminangku menjadi istrinya!

HOLY MOLYYYYYYYY!!

Hatiku berbunga-bunga saat orangtuaku menelpon untuk segera kembali dari kantor. Aku buru-buru meminta ijin ke bosku dengan alasan jika aku sedang tidak enak badan. Untungnya bosku yang bernama Bon-bon percaya. Sesampainya di rumah aku melihat sebuah mobil Lexus terparkir di depan rumahku. Itu pasti Rob! Aku melangkahkan kakiku dengan hati yang bergetar. Pintu rumahku terbuka dan saat aku masuk ke dalam, Robert sedang duduk di kursi ruang tamu. Dia.... Rob yang aku cintai benar-benar sedang berada di rumahku!!

Pernikahan dirancang setelah aku menyetujui lamaran Rob hingga tiba saatnya hari bahagia itu. Sebuah pernikahan kecil yang dihadiri keluarga inti saja. Kedua orangtuaku dan kedua orangtua Rob. Aku tidak bersedih saat Rob mengatakan bahwa dirinya jatuh bangkrut sehingga hanya bisa melakukan pernikahan kecil tanpa resepsi. Bahagiaku terlukiskan dengan senyum manis kala Rob mengecup keningku setelah kami resmi menjadi sepasang suami istri.

Rob membawaku ke sebuah rumah minimalis dengan taman yang sangat luas tidak jauh dari kantorku bekerja. Aku sangat menyukainya. Rumah sederhana yang terdiri dari dua kamar tidur dengan kamar mandi di dalamnya. Dapur bersih dengan meja bar dan ruang makan berjumlah empat buah kursi. Ruang tamu merangkap sebagai ruang keluarga dengan coffee table dan sofa berbentuk huruf L. Di belakang rumah terdapat sebuah ruang cuci yang memuat sebuah mesin cuci dan mesin pengering. Dipojok terdapat kamar mandi luar dan kolam ikan kecil dengan hiasan air terjun pada dinding yang memberikan kesan menyejukkan. Tidak ada satupun dekorasi pernikahan apapun di dalam rumah. Sangat bersih dan rapi.

Aku menapakkan kakiku masuk ke dalam rumah, entah mengapa tiba-tiba aku terjatuh dengan keras di atas lantai. Saat melihat ke arah Rob yang berjalan di belakangku, dia menunjukkan raut muka dingin tidak seperti Rob yang aku kenal, terlalu dingin. Dia mendorongku hingga jatuh kemudian langsung masuk ke dalam salah satu kamar tanpa berusaha untuk membantuku berdiri. Rob menabrakkan koper miliknya dengan koperku sehingga koperku jatuh menimpaku yang masih terkapar di lantai. Tunggu.... apakah itu Rob yang aku kenal? Aku langsung berdiri dan mengabaikan pertanyaanku.

"Kita tidur terpisah, jangan pernah masuk ke dalam kamarku atau kau akan tahu akibatnya."

DEG

Aku sungguh kaget! Rob memperingatiku ketika kakiku aku langkahkan ke kamar yang dia masukki tadi. Mataku mendongak, melihat kebenaran di matanya, kemudian menganggukkan kepalaku tanpa berani menjawabnya.

Aku menunggu Rob di rumah. Selepas berganti pakaian, Rob pergi entah kemana dan belum juga kembali. Hari telah berganti malam, ini adalah malam pertamaku sebagai seorang istri. Hatiku sangat berdebar, apakah akan sama ceritanya dengan malam pertama yang teman-teman wanitaku selalu ceritakan. Panas dan menggairahkan. Namun sepertinya malam pertama seperti itu tidak akan pernah terjadi padaku. Tanpa terasa aku menunggu Rob hingga tertidur di ruang tamu. Saat membuka mata, tampak Rob sudah kembali, aku melihat lampu kamarnya menyala. Aku pergi ke kamarnya dan menghampiri dia yang sedang tertidur pulas di sana. Mendekatinya perlahan, merasakan napasnya yang berat, menatap matanya yang terpejam, kemudian tanpa sadar mengecup kedua buah matanya dan mengelus pipinya.

"Aku mencemaskanmu," bisikku berharap dia telah masuk ke dalam alam mimpinya. Setelah menutup pintu kamar, aku bergegas melanjutkan tidur di kamarku.

Pintu kamar sudah tertutup, sepasang mata yang tadinya terlelap membuka tajam seperti mata elang yang menukik mangsanya. Senyumnya terbingkai jelas menyiratkan kebahagiaan. Bahagia karena sang itik sudah masuk ke dalam perangkapnya.

(to be continued)

Hey guys, semoga suka dengan ceritaku ya, jangan lupa vote dan komen kalo kamu menyukainya. Aku usahakan bakalan update tiap hari selama aku bisa, dan mungkin kadang bakalan aku revisi kalo ada kata-katanya sedikit aneh dan gak sesuai jalan ceritanya. Hehe maklum masih belajar nulis :D

Your Revenged DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang