Malam dengan gemuruh petir menyambar memekikan telinga. Vanessa terseok terjatuh di tebing jurang saat BMW miliknya ditabrak dari belakang oleh sebuah truk. Darah mengucur dari wajahnya, kakinya berjalan pincang karena terdapat pecahan kaca mengenainya. Dia berjalan di kegelapan pepohonan hutan mencari bantuan orang yang mungkin akan menolongnya. Tiba-tiba saja akar pohon yang sedang dipanjatnya terlepas dan membuat gadis itu terguling ke jurang lebih dalam dari sebelumnya. Matanya berkunang menatap cahaya rembulan yang ditutupi awan hitam. Detik kemudian dirinya pingsan di atas dedaunan kering yang entah berada di mana, berharap untuk ditemukan.
"T-O-LONG..." teriak Vanessa dengan serak sebelum matanya terpejam.
Padahal lusa adalah hari pernikahan Vanessa dengan Robert. Pria yang sudah dia sukai sejak mereka kuliah bersama di Inggris. Vanessa sebenarnya tahu jika Rob pernah menikah dengan cinta masa lalunya kemudian mereka bercerai. Walaupun Rob adalah seorang widower, tak mengapa bagi Vanessa asalkan Rob akan bersama-sama dengan dirinya. Dia akan melakukan segala cara untuk memenangkan hati Rob.
Ayahnya dulu selalu mengajarinya menjadi wanita tangguh. Sejak kepergian mamahnya saat Vanessa masih berusia sebelas tahun, ayahnya menjadi sosok yang sangat ambisius. Dia selalu mementingkan kepentingan perusahaan dari pada Vanessa yang saat itu masih membutuhkan sosok seorang ayah. Vanessa bertemu dengan Rob yang kebetulan menjadi kakak tingkatnya. Rob saat itu adalah seorang grup leader yang memimpin diskusi saat Vanessa mendapatkan matrikulasi mahasiswa baru di Oxford. Seketika itu, Vanessa langsung menemukan sosok pria yang dia selalu dambakan. Sosok yang tidak pernah dia dapatkan dari figur ayahnya sendiri. Tokoh seorang pemimpin yang sangat perhatian pada siapapun dan golongan apapun.
Vanessa selama ini selalu ingin memberi impresi baik di depan ayahnya. Sayangnya, Vanessa terlahir sebagai seorang anak perempuan semata wayang. Oleh karenanya, dia menjadi tak terlihat oleh ayahnya yang menginginkan seorang anak lelaki sebagai pengganti kekuasaannya kelak. Itulah yang menyebabkan Vanessa menjadi sosok wanita penggoda dengan tujuan mencaplok perusahaan pria-pria mesum yang gampang tergoda dengan belahan dadanya. Namun apa yang telah Vanessa lakukan selama ini tidak juga membuat ayahnya bangga padanya. Perusahaan-perusahaan yang akhirnya menjadi aliansi Potts Industry tak mengubah pandangan ayahnya terhadap Vanessa sebagai seorang anak perempuan yang layak dijadikan pengganti.
Harold melihat itu semua. Sebuah truk yang dikemudikan oleh pria berkulit hitam menyambar mobil di depannya setelah sebelumnya menyalip Alphard yang sedang dia kendarai. Seperti ada kesengajaan di sana. Dia kemudian mengambil ponselnya untuk merekam kejadian itu semua. Truk itu benar-benar menabrakan dirinya dengan keras dengan cara membentur-benturkan bemper depannya sebelum akhirnya mobil malang itu terjatuh ke jurang yang curam. Kemudian pengemudi truk itu melarikan diri tanpa peduli dengan asap mobil yang mulai mengebul keluar dari mobil yang ditabraknya yang kini telah berada di jurang.
"APAKAH ADA ORANG DI SANA???"
Harold terus berteriak setelah dia akhirnya terjun menuju ke arah mobil yang mengeluarkan asap itu. Dia melihat sosok yang keluar dari dalam mobil dengan terseok-seok dan berusaha memanjat ke atas. Langit malam yang buram serta dalamnya jurang menggelapkan pandangannya. Hanya sesosok bayangan hitam saja yang dia lihat sedang bergerak. Harold sudah mencoba menghubungi 911 namun sialnya, sinyal jelek membuatnya tidak dapat tersambung pada akses bantuan itu. Dia masih berteriak namun tampaknya orang itu tidak mendengar ucapannya sama sekali.
DUARRRR! Mobil itu akhirnya meledak.
Harold menatap ke arah tubuh seseorang yang tergeletak tak jauh dari tempat ledakan itu terjadi. Dirinya sudah sampai ke arah dasar tempat mobil itu terjatuh. Untung saja posisi mereka dari mobil tertutupi oleh rimbunan semak belukar dan bebatuan besar sehingga tidak ada yang terkena percikan api ataupun sisa pecahan mobil yang meledak.
Harold mendekat dan mendapati bahwa pengendara mobil itu adalah Vanessa Potts. Dia tidak mengerti siapa yang ingin mencelakai mobil tersebut sebelum melihat sosok Vanessa yang sudah berada di gendongannya. Harold tidak merasa heran jika Vanessa mendapatkan banyak masalah seperti ini karena track record gadis itu memang jelek. Menjatuhkan perusahaan lawan dengan cara tidak sehat tentu saja juga akan menciptakan banyak musuh. Banyak yang tidak suka pada Vanessa. Namun Harold tidak pernah terpikirkan bahwa nyawa Vanessa akan menjadi incarannya.
Setelah sekitar sepuluh menit Harold berjalan membawa Vanessa di atas tangannya, akhirnya dia melihat sebuah gudang kayu yang tidak berpenghuni. Untung saja, pintunya tidak terkunci. Dia meletakkan Vanessa di atas dipan kecil berukurang single yang ada di sana. Ada sebuah tungku api yang masih terpakai. Harold akhirnya menyalakannya dengan pemantik api yang dia temukan di dinding samping tungku cerobong asap itu. Api sudah menyala dan menerangi ruangan yang masih terlihat gelap itu. Harold mengerjapkan matanya dan menemukan beberapa lilin di atas ambalan yang terletak atas dipan. Dia lansung menyalakan lilin-lilin itu dan membuat ruangan terang.
Vanessa masih terpejam dengan luka yang masih sama di wajah dan kakinya. Harold melihat ada wisky di atas meja. Langsung saja dia mengambilnya dan menyiram luka Vanessa yang terbuka itu. Berusaha untuk mensterilkan luka-luka itu dan mengambil pecahan-pecahan kaca dengan pinset yang sudah dia siram juga dengan wisky. Membalut luka itu dengan sapu tangannya yang bersih.
Kayu telah terbakar habis, lilin juga sudah meleleh menyisakan nyala tipis saja. Sinar matahari menembus jendela dan menyilaukan mata Vanessa. Dia tidak ingat apa yang terjadi padanya setelah dirinya pingsan. Kakinya telah terbalut kain putih yang kini kotor terkena darahnya. Luka di dahinya pun sudah mulai mengering dan tidak mengeluarkan darah lagi.
Vanessa menyadari ada sebuah lengan kanan besar yang menjadi bantalnya sejak semalam. Perlahan dia menggeliat namun tidak membangunkan pria itu. Dia mendongak dan diilihatnya sosok pria itu.
Dia Harold Alpha Rogers, asisten calon suaminya.
Pria itu mengganjal tangannya untuk dirinya. Mereka berada di atas dipan kecil yang membuat tubuh mereka bersentuhan satu sama lain. Harold bahkan harus tidur menyamping karena tubuh besarnya memang tidak muat di atas dipan yang sepenuhnya didominasi oleh Vanessa. Vanessa tidak mengeluh ataupun marah sama sekali. Dia tahu seharusnya dia bersyukur karena pria itu telah menyelamatkannya.
"Terima kasih Tn. Alpha, tolong jangan beritahu Robert, aku tak ingin dia khawatir!"
Begitulah ucap Vanessa pada Harold. Entah mengapa gadis itu selalu memanggil nama tengahnya, sama seperti Ibunya memanggilnya.
"Baik Miss Vanessa." Harold tersenyum tipis.
Mereka pun berpisah setelah 911 akhirnya menemukan keberadaan mereka. Harold telah menyerahkan barang bukti video hasil rekamannya semalam. Plat nomor truk itu terlihat sangat jelas dan tentu saja dalang di balik kecelakaan ini akan segera ditemukan.
(To be continued)
Terima kasih banyak guys atas support kalian! Your votes and comments do motivate me to keep writing eventhough my mood is off sometimes haha...
Pokoknya nothing but thank you so so so much! Jangan lupa tetap vote, komen dan follow juga ya... buat yang udah komen untuk keberlanjutan cerita ini, terima kasih banyak!! I love you full!! ❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Revenged Doll
Romance(Cerita ini mengandung unsur dewasa 21+++) "Aku tidak pernah bisa berhenti menatapnya meski pernikahan ini tidak pernah dia akui. Aku tak mengapa meski dia hanya menganggapku sebagai budak nafsu nya saja." Seorang Jessica Leora Mitchel yang dulunya...