Vanessa tahu jika dia tidak punya banyak pilihan. Dirinya memang harus mundur karena dia bukan seorang inces yang menikahi saudara kandungnya sendiri.
Gemerlap lampu disko dan bau rokok menjadi pemandangan Vanessa sekarang ini. Aunty Sara bilang jika keberadaan Rob menjadi ancaman posisinya sekarang."Rob gak mungkin seperti itu aunty."
"One day... you'll see sayang. Kamu tahu seperti apa kan papahmu. He wants a son for his legacy not a girl like you, sayang."
Percakapan itu selalu terngiang di kepala Vanessa. Apalagi Stelar dan papahnya terlihat sangat dekat. Mereka memang benar-benar ancaman buat Vanessa. Vanessa meraih sebuah gelas lalu membantingnya. Dia berjalan keluar dari private room di bar itu. Jalannya sempoyongan sambil memegangi tembok lorong yang dilewatinya.
***
Sementara itu, Rob menerobos masuk ke kamar Jess saat Jess sedang terlelap tertidur. Jess yang menyadari keberadaan Rob akhirnya terbangun.
"Maafkan aku telah membangunkanmu, sweetheart."
Jess hanya mengerjapkan matanya saja dia tidak peduli dengan posisi Rob yang sedang bermanjaan di atas perutnya.
"I miss you."
Rob memejamkan matanya."I miss us."
Dia masih berusaha untuk berbicara."I miss our first baby" Jess masih terdiam.
"Maafkan aku sayang... Andai saja dulu aku tidak egois dan mau mendengarmu pasti kita tak akan kehilangan dia."
Rob menangis namun tidak dengan Jess. Wanita itu telah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak akan lagi menangisi apa yang telah berlalu. Dia telah berhenti menangisi kesedihannya sendiri dan masih berusaha untuk berdamai dengan penderitaannya.
Jess tanpa sadar mengusap rambut Rob dengan halus. Menenangkan Rob yang sudah terisak dalam pejaman matanya. Jess menyadari ketulusan pada diri Rob. Dia bahagia karena Rob masih mengingat putra pertama mereka yang kini sudah berada di surga. Jess kali ini menutup matanya sambil berdoa dan mengucapkan kalimat rindunya dalam hati.
"Nak, kami mencintaimu. Mommy loves u and your daddy loves you too! Semoga kelak kita bertemu kembali di surga bersama. Amen."
Mereka masih berada di posisi yang sama. Jess bersandar di headboard ranjang dengan Rob masih di pangkuan Jess. Masih mencoba merekonsiliasi satu sama lain dalam diam. Rob tidak lagi menangis deras karena elusan Jess pada rambut kepalanya. Dia merasa sangat tenang di sana karena bisa bersama dengan Jess lagi tanpa ada ego yang turut serta merecoki hubungan mereka.
"I love you Jessica Leona Mitchel." Rob mencoba mendongak mendapati Jess yang sedang terpejam.
"I love you more Robert Barry Evans." Ucap Jess dalam hati.
Keduanya terlelap bersama hingga pagi menjelang.
***
"Hentikan invasi kita pada Evans Corp." Seseorang yang sedang duduk tegak di kursi Presiden Direktur angkat bicara.
"T-tapi sir...!" Asisten Archie kaget mendengar keputusan tuannya itu namun tidak berani memotongnya.
"Baik sir, akan saya lakukan." Lanjut asisten tersebut.
"Besok kita akan umumkan President Direktur yang baru. Tolong diatur semuanya, terimakasih." Asisten tersebut langsung bingung karena menurutnya keputusan Archie terlalu mendadak. Archie berjalan keluar dengan Stelar yang sedari tadi ikut bersamanya. Orang-orang kantor yang melihat mereka mulai membuat gosip aneh tentangnya.
***
"Apakah itu anak Bu Vanessa? Ya ampun sudah besar sekali!" Dua orang karyawan wanita di restroom sedang membicarakan anak kecil yang digandeng Archie saat keluar dari gedung Potts Industry.
"Gak heran sih, dia kan pelacur." Mereka tertawa sangat puas namun tiba-tiba terhenti saat melihat Sara keluar dari dalam bilik toilet yang ada di sana.
Sara mencuci tangannya lalu mengeringkannya. Kedua gadis itu masih menunduk terdiam sambil memperhatikan Sara. Mereka ketakutan karena telah lancang berbicara yang tidak-tidak pada keponakan kesayangan Sara itu.
"Kenapa kalian menunduk? Tenang saja... aku tidak akan mengadukan kalian. Asal kalian mau melakukan sesuatu untukku." Sara memberikan kartu namanya dan memerintahkan keduanya untuk datang ke alamat rumahnya. Selanjutnya Sara pergi berlalu tanpa bicara apapun lagi.
Kedua gadis itu langsung menyalahkan satu sama lain karena kebodohan mereka.
"Aduuhhhh gimana nih gue ga mau dipecat dari sini." Perempuan berambut pirang itu ketakutan.
"Lu sih tadi mulai, kan gue jadi kelepasan." Temannya menyahutinya.
"Kok salahin gue? Salahin mulut lu tuh yang kayak ga pernha di sekolahin."
Keduanya masih berdebat sementara Sara yang mendengarnya dari balik pintu hanya bisa tersenyum kecil di sudut bibirnya. Senyum penuh arti.
(To be continued)
I'm thinking to write Vanessa love's story into another different book or.... tetep di YRD ini aja? Kalian setuju yang mana? Masih banyak puzzle yang belum terpecahkan di YRD ini. Kayak... Sebenernya Sara baik ga si? Etc.As always, thanks for ur biggest supports! Ur votes, comments, follows, and putting this story into your reading lists really mean a lot for me 💖💖💖
See u on the next chapter! ;))
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Revenged Doll
Romance(Cerita ini mengandung unsur dewasa 21+++) "Aku tidak pernah bisa berhenti menatapnya meski pernikahan ini tidak pernah dia akui. Aku tak mengapa meski dia hanya menganggapku sebagai budak nafsu nya saja." Seorang Jessica Leora Mitchel yang dulunya...