3. Cemburu (21+)

22.7K 326 4
                                    

Setelah malam panas itu, siangnya aku harus menuntaskan tugasku di kantor untuk pergi keluar kota selama tiga hari. Memang masih sangat sakit untuk berjalan, tetapi harus aku paksakan berkerja. Untung saja Rob tidak menyuruhku untuk berhenti bekerja karena aku menyukai pekerjaanku. Well, pria itu memang tidak pernah berbicara apapun padaku apalagi menyinggung tentang pekerjaanku, haha. Malam itu, Rob tidak kembali setelah membersihkan tubuhnya, maka dari itu aku belum sempat meminta ijin padanya secara langsung untuk pergi dinas. Aku hanya mengetikkan ijin melalui text message padanya.

Aku dapat melihat seluruh pemandangan kota New York di malam hari dari sini. Angin di sini berhembus sangat kencang namun udaranya tetap terasa sejuk dari tempatku berpijak di restoran lantai 87 ini. Gedung-gedung bertingkat pencakar langit, gemerlap lampu jalanan, semuanya terlihat begitu indah. Sekarang aku sudah berada di ruang rapat di salah satu meeting room di lantai 76. Rapat seharusnya sudah di mulai lima belas menit lalu. Ini sudah pukul 7.15 pm dan investor yang kami tunggu belum juga muncul batang hidungnya. Aku dan bosku sudah sangat siap akan mempresentasikan proposal perusahaan kami tentang peragaan busana Spring Summer di New York tahun ini. Spring Summer New York Fashion Week 2025. Biasanya memang investor terbesar kami tidak pernah memunculkan mukanya secara publik. Dia selalu mengatas namakan orang lain untuk setiap meeting-meeting penting kami. Aku sangat penasaran siapakah investor kami sebenarnya.

"Duh bosen bener eike udah tigapuluh tujuh menit ni," celoteh Bon-bon, bosku sambil melihat ke arah Rolex Submariner miliknya.

Aku hanya bisa tertawa melihat kelakuannya, dia memang sangat lucu saat berbicara dengan gaya bebencongan seperti ini.

"Cong, tau gak sih denger-denger investor kita itu sebenernya Rr-"

Bon-bon tidak melanjutkan setelah mendengar suara pintu terbuka. Aku yang masih bertatapan dengannya langsung membalikkan badanku menghadap ke arah investor kami.

Rob.

Aku memperbaiki posisi dudukku beberapa kali dan masih terdiam ke arahnya saat rapat dimulai. Untung saja Bon-bon lah yang bertugas untuk berbicara. Sedari tadi aku tidak fokus dan sesekali menatap ke arah Rob mempertanyakan sebenarnya apa yang sedang terjadi.

Apakah dia berbohong kepadaku soal kebangrutannya?

Mengapa dia ada di sini, dan siapa wanita cantik di sampingnya?

Aku terus melamun hingga tanpa sadar rapat telah usai dan satu-persatu anggota rapat pergi meninggalkan ruangan.
"Cong, lu kenapa si? Kok bengong terus dari tadi, jangan-jangan lu ga ngerti intisari rapat tadi ya? Jangan-jangan lu terpesona lagi sama dia, emberrr dia emang ganteng banget cuyyyy!" Bon-bon histeris mengelu-elukan Rob.

"Tenang aja," aku kemudian menunjukkan recording pada hpku yang dapat aku putar kembali, dan tersenyum tipis.

Malam ini pokoknya aku harus bertemu dengan Rob untuk meminta penjelasan! Aku sudah berjalan ke arah kamar Rob yang merupakan panthouse di lantai teratas gedung seratus lantai ini. Setelah berbincang dengan Bon-bon tadi pun aku baru tahu jika seluruh gedung ini merupakan properti milik Rob. Aku merasa dibohongi. Kemana saja aku yang mengaku sebagai 'fans fanatik' suamiku ini? entahlah. Sepasang bodyguard berjaga di depan pintu masuk dan menanyaiku atas kepentingan apa aku menemui Rob. Untungnya aku membawa berkas kantor dan beralasan akan menanyai soal urusan pekerjaan pada bos mereka. Salah satu bodyguard berjas dan kacamata hitam menganggukkan kepalanya setelah mendengar order dari alat yang ada di telinga miliknya. Aku diijinkan masuk. Luas sekali. Ada dua lantai di panthouse ini, aku langsung diarahkan ke kamar Rob yang berada di lantai atas. Dapat aku lihat bayangan infinity pool dari floating glass stair yang sedang aku naiki ini. Pendaran lampu-lampu di sekeliling kolam renang membuat kesan romantis. Sejak pertama kali aku masuk ke dalam panthouse ini,  aku sudah jatuh cinta dengan interior yang sangan menawan. Lantai marmer dengan model chess board, dan counter table sepanjang tujuh meter pada pantry memberi kesan sangat mewah. Diamonds chandelier yang menjuntai dari lantai dua terlihat sangat magnificient, memang, semua furniture dalam panthouse ini tampak sangat extravagant.

Sesampainya di depan kamar Rob aku dipersilahkan untuk membuka pintunya setelah bodyguard wanita berambut kuncir pony tail panjang itu undur diri. Aku masuk ke dalam kamar tetapi tidak melihat keberadaan Rob. Saat aku mulai berkeliling ke dalam kamar mandi yang luasnya sebesar rumah sederhana aku dan Rob, aku mulai terkejut. Dapatku dengar suara desahan wanita dari arah bath up yang tertutupi tirai mandi. Aku dapat melihat Rob sedang menindih seorang wanita yang aku lihat di sampingnya saat rapat tadi! Aku yang geram lalu mendekati wanita yang sudah setengah telanjang itu kemudian meraih rambut ikalnya dan menariknya dengan keras! Aku mendengar jalang itu berteriak kesakitan lalu pergi meninggalkan kami berdua sambil menangis.

PLAKKKKKKKKKKKKKKKKKK!

Suara tamparan itu menggema di ruangan full marmer ini. Aku melihat tatapan murka Rob yang selama ini belum pernah dia perlihatkan padaku. Bukan tamparan yang menyakitkan tapi tindakan dia setelahnya yaitu menjambakku dengan sangat keras melebihi apa yang aku beri pada jalang itu. Aku bisa merasakan rambutku tertarik hingga tercabut. Rob melepas dasinya, menutup mulutku dengan mengikatkan dasinya erat. Selanjutnya Rob meraih rahangku dan menenggelamkan mukaku pada air susu dalam bathup. Dia menenggelamkan mukaku selama setengah menit dan membuatku kehabisan napas. Dia melakukan itu selama lima kali. Lalu menurunkan celana dalamku setelah menarik rokku ke atas, Rob memasukiku tanpa aba-aba dari belakang. Aku sudah kehabisan napas dan hampir mati saat dia menghentakkan tubuhku berirama. Membuatku menjerit tertahan.

"Jalang, jangan pernah berharap pada tubuh atau semua milikku, karena kau tidak berhak menyentuhnya!" Jambak Rob pada rambutku untuk yang kesekian kalinya.

Aku hanya bisa terengah setiap tarikan saat dia mengeluarkan miliknya dan meringis saat dia memasukiku. Dia menunggangiku hingga hampir keluar, setelahnya dia memintaku untuk meminum benihnya saat akan keluar. Dia memasukkan miliknya yang besar ke dalam mulutku hingga penuh. Aku tersedak berkali-kali karena miliknya yang besar masuk ke dalam lubang kerongkonganku yang sempit. Aku sangat lemas saat dia masih belum puas mengerjaiku. Dibukanya milikku kembali dan kemudian memasukkannya dan terus memompaku hingga dia meraih yang kedua hingga ketiga kalinya.

Aku dapat merasakan panas tubuhku saat ini. Setelah kejadian itu, entah mengapa aku sudah kembali di kamarku saat aku membukakan mataku. Esok harinya aku masih harus menemui bosku untuk bertemu dengan perwakilan-perwakilan fashion house.

"Kami ingin konsep runway kami seperti ini," perwakilan ketujuh dari fashion house yang kami temui hari ini, seorang Public Relation Chanel dengan beberapa asistennya di sampingnya, menunjukkan beberapa foto yang diinginkan dalam fashion show miliknya. Aku menyimak dan memberi beberapa masukkan seperti biasa kepada mereka hingga pertemuan kami selesai. Jam dua pagi.

"Jenius! Emang lu berbakat sama bidang ini, bangga gue sam lu Jess. Ngomong-ngomong semalem lu kemana? Kok gue cariin gak ada?"

Aku baru mau membalas saat badanku tidak bisa menahanku dan penglihatanku menggelap. Hari selanjutnya yaitu hari ketiga aku tidak bisa menemani Bon-bon dan dia memaklumi hal itu, dia pikir mungkin aku kelelahan setelah bekerja dengannya. Aku tersenyum miris sambil melihat selang infus pada pergelangan tanganku. Ya, aku berada di Bellevue Hospital Center. Aku mengkerutkan wajahku saat melihat Rob berada di bangsalku yang berisi 3 pasien lainnya. Dia mendekatiku saat aku berpura-pura memejamkan mata.

"Bangunlah, aku tahu kau pura-pura tidur." Aku yang mendengar dia berbicara seperti itu, langsung membuka mataku pelan.

"Kau akan pulang sekarang." Seketika aku melihat dokter mendekatiku dan membantuku untuk melepas infus di tanganku. Dokter itu seperti tidak yakin untuk melepasku pulang karena memang keadaanku masih belum pulih benar. Aku tahu pasti dokter ini dipaksa dan diancam oleh Rob, si penguasa.

(to be continued....)

Your Revenged DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang