16. Goodbye (21+)

13.5K 218 3
                                    

Robert benar menepati perkataannya. Dia datang kembali. Kemarin Brad menjelaskan padaku bahwa ternyata Robert adalah suamiku. Brad kemudian menceritakan padaku apa saja yang telah Robert lakukan kepadaku. Aku menangis kala Brad bilang kalau Robert membuatku kehilangan calon bayiku. Aku sempat tidak mempercayainya tetapi kemudian aku teringat akan bekas luka jahitan pada perutku. Brad mungkin memang telah bohong padaku karena mengaku sebagai tunanganku. Tetapi Brad tidaklah jahat. Aku mempercayai perkataannya kali ini. Matanya bilang bahwa dia memang berkata jujur.
Robert memaksa masuk walaupun Brad dan beberapa bodyguard Brad menyerang. Robert benar-benar menghabiskan mereka dalam waktu singkat kemudian membawaku pergi dengan paksa. Aku meneriaki Brad yang tak berdaya di atas lantai. Brad tidak sanggup mengejarku. Aku merasa sangat bersalah pada Brad yang penuh dengan luka di tubuh dan mukanya. Air mataku meleleh seketika.
"Maafkan aku Brad."
Mobil Range Rover yang membawaku pergi dari rumah Brad telah sampai di Changi Airport. Robert masih memegangiku supaya tidak melarikan diri darinya. Sedari tadi tangannya dia tidak lepaskan padaku. Jet yang kami tumpangi telah lepas landas. Aku tak tahu tujuan kami tapi aku yakin jika Robert membawaku pergi dari Singapore.
Robert membuka sebuah ruangan di dalam kabin pesawat. Sebuah kamar tidur ukuran king size langsung terhampar di hadapan kami. Robert mengangkatku di pelukannya. Tanganku secara otomatis melingkar di lehernya. Jantungku tiba-tiba berdegup lebih cepat.
"Aku merindukanmu, sayang."
Entah mengapa aku menangis mendengarnya. Hatiku merasakan sakit luar biasa.
Robert menciumiku kasar. Pria itu terus saja melumat mulutku dan tidak mengijinkanku untuk berbicara. Dia menelusuri punggungku dan mendekatkan tubuh kami hingga tiada berjarak. Aku tak membalas ciumannya. Robert menahan pukulan kasarku padanya dan aku tak sanggup melawan Robert yang sangat besar. Aku masih menangis dan Robert tidak peduli lagi padaku.
Dia sudah melepas kemejanya dan dia juga melepas milikku. Tak lama baginya untuk melucutiku. Tangannya yang kotor dia gunakan untuk menekan titik sensitifku di bawah sana. Dia terus mempermainkanku dan membuatku mengeluarkan desahan nista yang tak dapat aku sanggup tahan lagi. Aku menggigit bibirnya saat tiba-tiba Robert memasukkan jarinya ke dalam milikku. Tanganku menahan tangannya untuk segera  mengeluarkannya dari dalam sana. Aku berhasil mengeluarkannya tetapi palah dia menambahkan jarinya dan berhasil masuk ke dalamku lagi. Pria itu tersenyum saat aku menahan tubuhku untuk tidak terangsang namun gagal. Dia tahu bahwa aku akan segera merasakan pelepasanku, karenanya dia mempercepat gerakannya di bawah sana. Rob benar membuatku keluar. Aku sudah lemas kali ini dan tak sanggup melawannya lagi. Aku melihatnya tersenyum puas menatapku. Kali ini Rob semakin mendekatkan miliknya padaku. Aku ketakutan dan berusaha menutup darinya sebisa mungkin.
Robert berbisik padaku.
"Aku berjanji kau akan merasa kenikmatan seperti dulu, sayang!"
Selanjutnya, Robert melakukannya. Aku menahan rasa sakit itu. Kali ini Robert tak lagi kasar dan menuntut. Dia menahannya hingga aku terbiasa padanya. Entah mengapa dadaku kembali sesak. Mata kami bertatapan dan seakan sedang berbicara satu sama lain.
Aku tak lagi bersuara. Kami terdiam cukup lama hingga Robert menggerakan miliknya di dalamku dan aku kembali mendesah. Tiba-tiba kepalaku terasa sangat sakit. Aku merasakan kilatan memori sebuah pernikahan antara aku dan seseorang yang tidak jelas mukanya. Memori itu benar benar acak dan sepotong-potong saja membuatku bingung.
"Kita tidur terpisah..."
"Jangan berharap banyak..."
"Jangan pernah berharap...!"
"Kau hanya jalang."
"Dasar pelacur."
"Tak lebih dari seorang budak."
"Gugurkan pelacur tak tahu diri itu!"
"Itu bukan anakku!"
"Asingkan dia dari sini!"
"Gugurkan dia sekarang!"
Aku melihat gambaran muka pria itu secara jelas sekarang. Benar! Dia adalah Robert yang sedang menggauliku saat ini. Aku kembali memukul-mukul dia dengan sekuat kemampuanku dan berteriak histeris. Aku tak dapat menahan emosi yang sedang melandaku.
Dia sangat jahat!
Rob bukanlah seorang manusia!
Aku menangis saat Rob palah membuatku tersengal karena gerakannya yang sangat kasar padaku. Rob benar-benar menahanku walaupun aku sudah mencakarnya, menggigit tangannya hingga berdarah dan meninju dadanya berulang kali hingga dia kesakitan. Rob meremas pinggulku dan menenggelamkan mukanya pada dadaku. Menciumnya dan menggigitiku di sana. Aku meringis. Dia menyedotku sangat kuat dan membuat cakaranku lebih keras lagi pada punggungnya. Rob tidak berhenti sama sekali hingga dia menumpahkan spermanya di dalamku. Membawaku orgasme bersamanya saat kami berada di puncak kenikmatan bersama.
Aku masih menangis pilu walau sudah tidak memukulnya lagi. Rob membuatku menjadi miliknya kembali. Aku tak mengerti mengapa dia melakukan ini semua padaku. Aku memunggunginya sekarang. Dia sudah tidak menahan tubuhku dan aku juga tidak memukul dia lagi. Aku menahan tangisanku hingga aku tersedak. Rob menyadariku yang sudah terdiam. Kali ini dia meraihku dan memelukku dari belakang. Robert mengusap kepalaku kali ini. Dia juga mengelus punggungku dan menyelimutiku. Kami sama-sama terdiam. Aku tidak lagi memisahkan jarak di antara kami. Aku sudah tak sanggup lagi.
Aku memejamkan mataku mencoba untuk tidur. Mataku penuh dengan air mata dan membuatku sesak karenanya.
"Tidurlah, aku tidak akan menyakitimu lagi kali ini. Kamu bebas sekarang. Aku akan pergi. Kamu akan mendapatkan yang kamu mau."
"Maafkan aku, Jessica." Selanjutnya aku merasakan ciumannya pada dahiku tepat sebelum dia bangun dari tempat tidur. Ada setitik cairan basah yang aku rasakan ketika dia  mengecupku lama. Apakah pria itu menangis? Aku masih tak sanggup membuka mataku ketika pria itu menutup pintu kamar ini. Entah apa yang aku rasakan saat itu. Aku merasa lega tetapi dadaku juga palah merasa sakit secara bersamaan.
Pesawat mendarat di Miami dan aku tidak mendapati Rob saat aku turun dari sana. Saat aku kembali dari kamar mandi, sebuah surat cerai yang sudah Rob tanda tangani berada di atas ranjang. Rob benar-benar melepasku. Harusnya aku senang telah mendapatkan apa yang aku mau, tetapi entah mengapa aku menjadi sangat sedih.
Ibuku ternyata datang menjemputku di bandara. Mungkin Rob lah yang menghubunginya. Aku tak sanggup lagi menahan air mataku saat itu. Air mataku langsung tumpah seketika ketika aku memeluk Ibu. Aku masih terisak di pundak Ibuku dan tidak peduli banyak pasang mata yang memandangiku penuh tanya. Ibu hanya menepuk punggungku sambil berkata.
"Semua akan baik-baik saja sayang!"
Perkataanya sungguh membuatku merasa sedikit lebih baik saat ini. Aku sangat percaya dengan perkataannya. Mungkin memang inilah yang terbaik untukku dan semuanya kali ini.

(To be continued)
See you later!

Your Revenged DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang