--036--

2.2K 228 34
                                    

Inspired by: The Guardian Of Devangel

***

Saat ini Shilla masih mengemasi barang-barang yang ia rasa diperlukan saat di Thailand nanti. Barang-barang yang ia bawa hanya laptop, kamera, jaket, peralatan  make up, headphone dan ponsel genggam. Hanya itu, karena jika ia membawa baju pun akan terasa percuma, ia memiliki banyak baju di Thailand yang belum terpakai hingga saat ini.

Sementara Shilla yang masih membereskan barang-barang keperluannya, Gabriel terlihat sedang memainkan ponselnya sembari menunggu Shilla. Ekpresi malas terlihat jelas di raut wajahnya yang tampan. Bahkan sesekali ia mengumpat tajam pada Rio yang seenaknya sudah menyuruhnya untuk mengantar Shilla ke Bandara.

"Awas aja lo, Yo. Gue bales entar" Gumam Gabriel kesal lalu membanting ponselnya ke meja sofa di depannya.

"Lo lama banget, sih? Cepetan! Jangan buang-buang waktu gue" Kata Gabriel kesal pada Shilla yang menurutnya sangat lelet.

Shilla mendecak sebal lalu menoleh pada Gabriel dengan tatapan sebal pula.

"Sabar dulu napa? Kalo lo gak mau nganter juga gak papa kok, gue bisa naik ojek online" Ketus Shilla sambil menyelempangkan tas mininya yang cukup untuk beberapa barang keperluannya saat bepergian.

"Lagian, tumben banget sih lo gak ngebantah. Biasanya juga lo gak mau berurusan sama gue. Kenapa sekarang jadi aneh gini, sih" Ujar Shilla seraya memakai sepatu kets merek Zara miliknya.

Gabriel mengernyit heran, mengalihkan pandangannya ke arah lain lalu kembali menatap Shilla yang kini sedang memakai jaket tebal. Dari informasi yang di dapat, sekarang ini di Thailand sedang musim hujan dan udara di sana cukup dingin.

Ia berdiri setelah sebelumnya mengambil ponsel yang tadi ia lempar di atas meja, lalu berjalan menghampiri Shilla yang kini sudah siap untuk pergi. Ia merentangkan sebelah tangannya untuk menghadang Shilla.

"Udah berani ya lo sekarang ngomong gitu ke gue, hem? Lo mau macem-macem sama gue?" Ucap Gabriel dengan nada dingin serta sorot mata yang menandakan ia tak suka akan sikap Shilla tadi.

Shilla menghela napas pelan, ia memijit pelan keningnya. Merasa sedikit frustasi dengan Gabriel yang sentimen. Padahal ia hanya mengucapkan sesuatu yang sebenarnya tidaklah mengundang banyak masalah. Lalu kenapa pemuda tampan itu bersikap demikian?

"Ternyata lo kayak gini ya, Gab? Mudah kesinggung. Padahal gue gak ngomong apa-apa" Ucap Shilla menatap lelah Gabriel yang saat ini menatap tajam dirinya.

"Udah lah. Sekarang gue lagi pusing, Gab. Belum selesai masalah gue sama keluarga gue, terus masalah Ify yang lagi ngambek sama gue. Jadi pleaseeee... Lo jangan nambah-nambahin lagi" Ujar Shilla memohon.

Kemudian gadis itu berlalu dari hadapan Gabriel tanpa mempedulikan Gabriel yang saat ini menggeram marah akan sikapnya yang bisa dibilang sedang mengibarkan bendera perang.

Namun ia tak peduli, karena yang saat ini ia pikirkan hanyalah masalah yang sedang menimpa keluarganya juga dirinya dan tentunya Ify yang tengah marah besar padanya. Urusan Gabriel bisa ia tangani nanti setelah semua masalahnya selesai.

Baru saja Shilla hendak membuka pintu, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar. Shilla mengernyit lalu dengan segera membuka pintu untuk melihat siapa gerangan yang mengetuk pintu kamarnya.

Saat pintu terbuka, Shilla terdiam ketika melihat Ify tepat di depan kamarnya. Sahabatnya itu tengah menundukkan kepalanya seraya memainkan kakinya yang menapak di lantai.

"I-ify..." Gumam Shilla yang membuat Ify seketika mendongak.

"Hai..."

Ify mengalihkan pandangannya ke arah lain setelah mengucapkan satu kata 'Hai' pada Shilla yang ia sendiri tak tahu maksudnya apa. Ia merasa canggung saat ini.

The Reger's ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang